Mengamati Kriteria Pemberian Gelar Duta

 

Duta, vokalis Sheila on Seven. Foto ini tidak ada hubungan dengan tulisan, hanya dipasang sebagai hiburan semata (kebetulan nama vokalis Sheila on Seven ini sama dengan tema tulisan ini: Duta)


Kata "duta" menurut KBBI adalah

1. n orang yang diutus oleh pemerintah (raja dan sebagainya) untuk melakukan tugas khusus, biasanya ke luar negeri; utusan; misi: Raja akan mengirimkan -- penjemput yang dikawal oleh satuan kehormatan

2. n orang yang mewakili suatu negara di negara lain untuk mengurus kepentingan negara yang diwakilinya, membantu dan melindungi warga negaranya yang tinggal di negara itu, dan sebagainya

Yang penulis tangkap dan kenyataannya (dulu), orang yang diangkat jadi "duta" adalah orang yang hebat, pintar, berprestasi, dan biasanya yang memberi gelar duta adalah lembaga resmi (pemerintah atau organisasi/lembaga tertentu). Sekarang, perseorangan (meski bukan public figure), sah-sah saja memberi gelar seperti dalam kasus pengusiran jemaah bermasker di Bekasi (Roni, korban pengusiran yang memberi gelar "duta masker" kepada Nawir (baca berita dari Kumparan).

Logika berpikirnya, orang yang berprestasi (tentu ia tahu banyak tentang bidangnya), misal Susi Susanti (pemain bulu tangkis peraih medali emas olimpiade, tentu dia paham tentang olahraga, khususnya bulutangkis dan juga mengerti tentang olahraga secara umum). Jadi kalau ia bertugas sebagai duta dan harus memberi penjelasan yang berhubungan dengan gelar duta yang disandangnya, tentu bukan hal yang sulit (memang dia ahli di bidang itu).

Tapi akhir-akhir ini, gelar "duta" menunjukkan fakta sebaliknya. Ketika ada seseorang yang melakukan kesalahan (melanggar hukum), entah karena dia tidak tahu akan hal itu atau karena hal lain, mereka diberi gelar yang berhubungan dengan pelanggaran yang dilakukannya (sangat mungkin mereka ini tidak paham hal itu, bukan ahli).

Berikut sebagian berita dan fakta tentang gelar "duta" yang pernah disandang seseorang. 

 

Versi yang masih sesuai dengan arti di KBBI:

  1. Chelsea Islan Dinobatkan Sebagai Duta Anti Bullying (OrangeMagz, 26 Oktober 2016), bisa baca kronologis kasusnya di: Video Chelsea Islan Dinilai Murni Bullying (Detik, 2 Maret 2015(
  2. Gede Eka Riadi, Penari dari Bali yang Jadi Duta Budaya di Australia (Detik, 14 Desember 2016)
  3. Kembali Jadi Duta Baca Indonesia, Ini Tugas Penting Najwa Shihab (Kompas,  24 Januari 2020)
  4. Susi Susanti Jadi Duta Pekan Olahraga Nasional - Susi Susanti adalah atlet bulu tangkis peraih medali emas olimpiade (Republika, 31 Juli 2015)
  5. Terapkan Gaya Hidup Sehat, Mikha Tambayong Terpilih Jadi Duta Yayasan Jantung Indonesia (Tabloid Bintang, 12 November 2018)
  6.  
  7.  

 

Versi yang agak berbeda (apa dan siapa yang memberi gelar duta bisa dibaca di dalam berita (tingal klik tulisan warna biru di bawah ini):

  1. Deretan Orang Tidak Percaya Corona yang Diangkat Sebagai Duta Prokes (Kumparan, 6 Mei 2021) 
  2. Ditunjuk Jadi Duta Kuliner Jawa Barat, Ini 6 Potret Ade Londok 'Odading Mang Oleh' (Liputan 6, 18 September 2020)
  3. Hina Lambang Negara, Zaskia Gotik Kok Jadi Duta Pancasila? - (Liputan 6, 7 April 2016) 
  4. Ingat Pria yang Lepas Tangan Saat Naik Motor? Kini Jadi Duta Lalu Lintas & Dapat Motor Baru (Indozone, 27 April 2021), baca juga: Marwan Santuy Naik Motor Lepas Tangan, Berujung Jadi Duta Keselamatan (Detik, 27 April 2021)
  5. Pengejek Pengunjung Mal Bermasker Jadi Duta Prokes - namanya Putu Aribawa, lokasi Surabaya (CNN, 5 Mei 2021)
  6. Nawir, Pemuda yang Usir Jemaah Bermasker di Masjid Bekasi Jadi Duta Masker - namanya Nawir dan Mas Alfa, lokasinya Bekasi (Kumparan, 5 Mei 2021) 
  7. Para Wanita Pembuat Masalah Diangkat Jadi Duta - Zaskia Gotik juga dinobatkan sebagai dokter klinik Pancasila (Merdeka, 8 Mei 2016)
  8. Sonya Depari Jadi Duta Anti Narkoba, Respon Warga? - Medan (Liputan 6, 7 Mei 2016). Sonya marah-marah kepada polwan yang menghentikan konvoi saat kelulusan (melakukan kesalahan, marah-marah, diangkat jadi duta antinarkoba).
  9.  

 
Penulis tidak ingin mengatakan versi ini benar, versi itu salah. Hanya memang logika berpikir penulis belum sampai ke sana. Di dunia maya (terutama di kolom komentar), sering netizen menulis, "Stop make stupid people famous" (maaf jika secara grammar tidak tepat, penulis memang tak mahir berbahasa Inggris). Ini reaksi warganet (salah satu alasannya adalah melihat fenomena "orang-orang bermasalah" justru diberi panggung, diundang ke berbagai acara di televisi dan menjadi terkenal karena diberitakan.

Fenomena lain yang juga "antimainstream" adalah banyak kasus yang seharusnya diproses secara hukum, tapi diselesaikan secara kekeluargaan, cukup materai Rp 6.000 (sekarang materai Rp 10.000) dan buat video permintaan maaf. Mungkin penyelesaian seperti ini yang membuat orang-orang jadi tidak takut melakukan pelanggaran hukum (nanti tinggal minta maaf, tanda tangan surat perjanjian di atas materai, dan buat video permintaan maaf, urusan jadi selesai).

Kembali ke soal pemberian gelar duta. Jika logika berpikirnya: orang-prang bermasalah, justru diangkat menjadi duta, ada beberapa duta yang belum diangkat, di antaranya:

  1. Empat Kali Ditangkap karena Narkoba, Rio Reifan Mengaku Sulit Berhenti karena Kecanduan (Kompas, 21 April 2021), bisa diangkat jadi duta antinarkoba.
  2. Empat 'Pelanggaran' Bahasa Vicky Prasetyo (Liputan 6, 11 September 2013) layak diangkat sebagai duta bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baca juga: "Vicky Prasetyo dan Fenomena Bahasa Ajaib Vickynisasi", "8 Bahasa Ajaib Vickynisasi ala Vicky Prasetyo, Mulai dari Hubungan Prematur hingga Kontroversi Hati"  
  3. Fitnah Tetangga Jadi Babi Ngepet, Ibu Wati Diusir dari Kampung (Radar Cirebon, 29 April 2021), pantaskah diberi gelar duta antifitnah?
  4. Untuk kasus korupsi, kita kenal banyak sekali koruptor di Indonesia, mungkinkah Gayus Tambunan (baca: Ingat Gayus Tambunan? Pernah Gelapkan Duit Negara Rp 74 Miliar, Sang Koruptor Kini Diterpa Kabar Bohong Meninggal di Tahanan, Kapalas Gunung Sindur Beri Penjelasan) atau IGAS (baca: Pegawai KPK Dipecat Usai Curi Emas Sitaan Korupsi 1,9 Kilo) yang layak dianugerahi gelar duta antikorupsi?



Andai Leia Se, wanita warga Rusia yang tidak pakai masker, lalu melukis masker di wajahnya untuk mengelahui petugas keamanan supermarket di Bali (baca: Leia Se, Bule Rusia yang Prank Masker Lukis Wajah di Bali Dideportasi), adalah WNI, bukan tidak mungkin ia pun akan diangkat menjadi duta masker Indonesia.

Semoga saja pelanggar hukum yang tidak diproses secara hukum malah diangkat jadi duta (bahkan ada yang dapat hadiah), tidak membuat masyarakat berpikir, "Kalau ingin terkenal, diangkat jadi duta, atau bahkan dapat hadiah, kita harus melakukan pelanggaran hukum dulu." 

Sekali lagi ini bukan soal yang ini salah, yang itu benar, mungkin logika berpikir penulis  yang memang belum sampai ke sana. 

Ehm ... saat merenung, penulis jadi terkenang masa lalu. Saat anak-anak penulis masih kecil, penulis ikut menemani mereka nonton film kartun Sponge Bob. Aha ... ternyata bisa jadi seperti ini, logika berpikir dalam memberikan gelar duta kepada yang melakukan pelanggaran hukum mungkin saja terinspirasi dari film kartun Sponge Bob berjudul "Hari Kebalikan".

Tapi di dunia bisnis, kemungkinan falsalah "Hari Kebalikan" ini tidak akan dipakai. Anggun C. Sasmi yang terkenal dengan iklan "duta sampo lain?" tentu terpilih karena rambutnya memang indah. Mungkinkah ada perusahaan sampo yang akan menggunakan orang yang rambutnya kusam, kusut, penuh ketombe menjadi bintang iklannya?

Anda ingin menambahkan info tentang pemberian gelar duta yang lain (yang terlewatkan oleh penulis), atau sekadar mengemukakan pendapat soal tulisan ini? Silakan tulis di kolom komentar.

 

Catatan:
Membaca berita "Chelsea Islan Dinobatkan Sebagai Duta Anti Bullying", penulis merasa dapat contoh yang bagus untuk kriteria pemilihan duta. Chelsea korban bullying (ada yang rekam video saat dia ganti pakaian di kamar mandi, rekaman itu diedarkan sebagai bagian dari tindakan mem-bully).

Atau contoh kasus lain. Ada senior (sebut saja: pelaku) di sebuah SMA. Saat hari pertama masuk sekolah, pelaku ini mem-bully siswa baru (sebut saja: korban). Pelaku mencaci maki, membentak, bahkan melakukan kekerasan fisik kepada korban, dan ada yang merekam. Lalu videonya viral.

Diangkat jadi duta versi yang sesuai KBBI:
Korban lebih layak diberi gelar duta antibullying (agar ia punya keberanian diri, bangkit, berani bercerita, melakukan kampanye antibullying, maju memperjuangkan nasibnya dan nasib korban-korban bullying lain, serta berjuang untuk mendapatkan pelayanannkonsultasi agar bisa bebas dari perasaan trauma di-bully). 

Diangkat jadi duta versi yang agak berbeda:
Pelaku-lah yang diberi gelar duta antibullying (padahal ia-lah pelaku bullying).

Menurut penulis, selain proses secara hukum (didenda), seharusnya juga mendapat sanksi kerja sosial seperti yang diberikan kepada Putu Aribawa (klik: Umpat Pengungjung Mal yang Pakai Masker, Putu Aribawa Didenda Rp 150.000 dan Kerja Sosial Layani ODGJ) adalah cara yang lebih baik untuk membuat jera. 

abcs