Sejak Jakarta dilanda banjir besar (17-01-2013), di tayangan TV, penulis lebih banyak menyaksikan Jokowi, Gubernur DKI Jakarta yang muncul di pemberitaan. "Ehm... ke mana Ahok ya?" batin penulis. Tapi pikiran yang terlintas itu hilang begitu saja seiring waktu. Penulis lupa googling dan mencari tahu di mana keberadaan dan aktivitas Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok.
Hari ini, secara tidak sengaja penulis menemukan jawaban, maka langsung saja penulis posting.
Penulis menemukan tulisan ini di blog milik Pancasyah (agar tidak salah, penulis copy paste secara utuh dan di bawah penulis cantumkan links ke narasumbernya).
Asli air mata penulis mengalir deras membaca kisah yang dirajut dari timeline Twitter @indahbeauty dimulai dari percakapannya dengan Janes. Juga mata penulis berkaca-kaca saat membaca (nyaris 300 pembaca yang ikut berkomentar). Selamat membaca...
Nggak lama setelah @janes_cs sharing tentang 100 Hari Jokowi,
temannya yang juga reporter stasiun TV berita yang saat ini bertugas
meliput Ahok selama menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI juga ikut
berbagi cerita pengalamannya menjadi ‘follower’ Ahok. Berikut kisah dari @indahbeauty di timeline Twitternya yang diproteksi itu, dimulai dari percakapannya dengan Janes…
Baik Jokowi maupun Ahok, memang peduli ya, Janes, sama kuli tinta
kayak kita. Kalau di Ahok, selalu ingatkan stafnya untuk kasih lunch
buat wartawan. Bukannya kita kuli tinta yang nempel Ahok, ngeliput cuma
buat dapat lunch. Tapi kepeduliannya itu, yang jarang kita temui di
pejabat-pejabat lain. Poinnya, mereka anggap kita bukan sekadar pencari
berita, tapi penghargaan mereka akan kerja keras kita dihargai. Boss
tempat kita kerja aja, nggak segitu-gitunya merhatiin kita ya, Janes.
*Peluk Jokowi-Ahok.*
Ahok juga suka marah-marah sama kepala dinas yang nggak becus. Tapi
dia nggak ragu muji, sama kepala dinas yang sudah diomelin, terus balik
kerja bagus.
Gue salut sama Jokowi-Ahok, yang bisa atasi banjir, padahal APBD
belum ketok palu. Meski belum sempurna, ya tapi memang tidak ada sesuatu
yang sempurna. Yang penting bagi Jokowi-Ahok, kerja buat masyarakat,
yang untung harus masyarakat, bukan pemerintahnya yang untung. Itu kata
Ahok, loh.
Kemarin seharian ngobrol sama Ahok. Salut, bagaimana dia kerahkan
segala upaya untuk bantu evakuasi pengungsi. Ingat, dana APBD belum
turun, loh! Ahok memang nggak bawa media saat mengungsikan 2000 warga
dari waduk Pluit pakai kapal Dishub dan pinjam kapal pengusaha lewat
laut. Yang utama saat itu bagi Ahok adalah bagaimana menyelamatkan nyawa
warganya, bukan pemberitaan yang ujung-ujungnya nanti dikira
pencitraan.
Kata Ahok, “bawa media dikira pencitraan. Nggak ada pemberitaan
dikira nggak kerja.” Tapi pada tahu nggak, Ahok bantu evakuasi dari pagi
sampai malam? Cuma mau nanya sama yang suka nyinyir (menyindir) sama
Jokowi-Ahok, kalian mau nggak kerja keras buat warga seperti itu? Cuma
mau nanya aja, sih.
Jadi Ahok cerita, pas Kamis, dia sampai Balai Kota, kondisi sudah
banjir. Listrik mati, jadi dia disuruh Jokowi balik ke utara, pantau
banjir. Sampai Pluit, kondisi banjir sudah tinggi. Dia pun kerahkan
segala upaya, evakuasi warga waduk Pluit yang sudah terkepung banjir.
Dengan bantuan kapal Dishub dan kapal-kapal pengusaha, tembok komplek
Pantai Mutiara, dijebol buat mengangkut sekitar 2000 warga.
Hanya sekitar dua jam, warga-warga tersebut diangkut ke tempat yang
lebih aman. Lalu Ahok juga cari pasir dan batu buat tanggul
Laturharhary. Dalam kerjanya, Jokowi dan Ahok, memang membagi tugas.
Ahok fokus ke banjir di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Sejak banjir melanda daerah Pluit dan Muara Baru, Ahok keliling
memohon warga untuk mau dievakuasi, mumpung air belum terlalu tinggi.
Tapi warga banyak yang menolak, takut hartanya dijarah. Itu bikin Ahok
kesal. Makanya dia ajak Wakapolda keliling untuk meyakinkan warga, bahwa
aman. Tapi dasar warga bandel. Dan juga manja. Jadi kalau ada yang
ngetweet, belum dapat bantuan jangan langsung percaya. Mereka rata-rata
menolak dievakuasi. Alasannya, takut harta bendanya dijarah. Jadi mereka
maunya relawan bolak-balik distribusi makanan sehari 3 kali. Tugas
relawan ‘kan buat evakuasi warga. Bukan petugas delivery makanan.
Makanya ada tempat pengungsian, biar diatur dengan baik. Kalau setiap
hari relawan harus antar makanan ke warga yang bertahan di rumahnya, 3
kali sehari, terus bagaimana proses evakuasi warga? Makanya masyarakat,
harus bisa diajak kerjasamanya. Nggak cuma kalian yang butuh bantuan.
Masih banyak warga lain yang butuh. Sementara, sarana terbatas. Be wise,
lah.
Jadi dari Kamis sampai Minggu, Ahok konsentrasi di daerah utara dan
barat. Bahkan, mengajak warga Pluit untuk mau dipindahkan ke rusun yang
disiapkan. Rusunnya nggak main-main, loh. Sudah full-furnished, mulai
dari perabot sampai sembako, baju, dll. Pokoknya tinggal bawa badan aja.
Artinya, pemerintah nggak main-main, ingin mensejahterakan warganya.
Tapi kadang niat ini, dikritik sinis, sama orang-orang yang nggak paham.
Ahok pernah cerita, sebenarnya, dia bukannya marah-marah kalau
ngomong. Sebagai orang pesisir, memang begitu cara dia bicara. Cuma
orang suka salah tafsir.
Ahok juga ramah, baik sama kuli tinta, atau dengan siapa pun warga
yang datang mengadu kepadanya. Buat dia, pelayanan masyarakat lebih
penting. Ahok juga nggak kaku, kalau diajak foto-foto sama warga. Sama
kayak Jokowi. Pokoknya orangnya menyenangkan dan pekerja keras.
Saya sering ikut pejabat, tapi saya kagum dengan Ahok dan Jokowi,
yang punya komitmen besar untuk kesejahteraan masyarakat. Kata Ahok,
kami kerja buat untung masyarakat, bukan untung pemerintahan. Yang
penting masyarakat bisa hidup layak. Beda dengan pejabat lain, yang
kadang menjaga jarak dengan kuli tinta kayak saya. Sejak mengikuti Ahok,
nggak ada, tuh, jaim-jaiman.
Bahkan nggak jarang, kita diajak masuk ke ruangannya untuk lihat dia
kerja. Pernah dia bongkar kulkasnya, dan ngobrol-ngobrol santai sama
wartawan. Pokoknya membumi banget. Saya ngomong begini, bukan maksud
apa-apa, tapi saya lihat bagaimana Ahok dan Jokowi, kerja keras benahi
Ibukota.
Wartawan lantai 2, biasa kita sebut yang suka mengikuti Ahok, suka panggil Ahok “Daddy Bas” atau “Kokoh”.
Pembagian tugas Jokowi-Ahok, kalau Jokowi “blusukan”, Ahok lebih
mengurus soal anggaran. Dan bagaimana caranya bisa melakukan
penghematan. Dan nantinya, uang penghematan itu, bisa dialokasikan ke
program-program yang lebih bermanfaat buat masyarakat. Seperti KJP, KJS,
dll. Dan kalian tahu nggak, sih, kalau sampai sekarang RAPBD belum
diketok palu? Artinya anggaran belum keluar. Pernah tanya nggak,
bagaimana pajak online bisa jalan? Terus integrasi bus sedang bisa
jalan, banjir kemarin, meski belum sempurna, tapi lumayan, lah… Ingat,
loh, anggaran belum ada. Itulah hebatnya Jokowi-Ahok, yang bisa lakukan
berbagai upaya, meski anggaran belum turun.
Saat ditanya, siapa yang harus disalahkan banjir di Jakarta. Dengan
tegas dan besar hati, Ahok bilang, itu salah pemimpin Jakarta, yaitu
Jokowi-Ahok. Kata Ahok, sejak hari pertama dilantik, bila ada kesalahan
anak buah atau apa pun, itu tanggung jawab pemimpin. Mana ada coba
pemimpin yang mau mengakui kesalahannya, meski belum tentu itu kesalahan
mereka. So gentleman.
Buat Daddy Bas dan Oom Jokowi, selamat 100 hari kepemimpinan. Setia dengan komitmen awal dan jangan terlena. Semangat!!!
Oh ya, tempo hari Ahok mengundang wartawan makan siang bersama. Dia
meminta kritikan dan masukan dari kami tentang hasil kerja mereka. Ahok
juga minta kita kasih informasi fakta di lapangan, yang mungkin luput
dari perhatian mereka. Ahok sangat terbuka dengan segala kritik dan
masukan. Bagi Ahok, menjadi Wagub bukan sekadar jabatan, tapi amanah
menjadi pelayan masyarakat yang baik, agar masyarakat sejahtera dan
hidup lebih layak.
Perjalanan Jokowi-Ahok masih panjang, masyarakat tetap harus kritis
dan mengontrol kepemimpinan mereka. Agar tetap pada komiten awal.
Oh iya satu lagi, Ahok itu punya kakak muslim dan kyai, loh… Jadi yang suka pakai SARA buat menyerang Ahok, be wise, lah…
Banyak cerita tentang Ahok, tapi sudah ngantuk. Besok harus jagain Kokoh (Ahok) lagi. Nite…
Terima kasih untuk sharingnya, Kak Indah. Ditunggu cerita-cerita lainnya tentang pasangan Jokowi dan Ahok.
*Tweet dirangkum dari timeline @indahbeauty mulai pukul 9:03 PM – 22 Jan 13 sampai 12:05 AM – 23 Jan 13.*
**edited at 12:37PM January 24, 2013.**
**edited at 22:04PM January 25, 2013.**
Untuk yang bertanya-tanya dapat dari mana pasangan ini dana untuk
menanggulangi banjir Jakarta 2013 padahal dana APBD belum turun.
Jawabannya dari CSR Swasta dan kantong Pak Jokowi sendiri. Salah satu
telco kuning menyumbang Rp2miliar. Salah satu bank menyumbang Rp7miliar.
Tapi Pak Jokowi minta bantuan hanya dalam bentuk barang, bukan tunai.
Ditambah dana APBN juga turun Rp2triliun. Demikian.
Posting Komentar