Gesang, Mengalir Sampai Jauh...


Bersama Gesang. Kenangan kami (Hendry F.Jan & Linda
mengapit Gesang) saat diundang ke Muri, Semarang
pada Kamis, 30 Januari 2003.

Dari TV penulis mendapat info bahwa: Gesang Martohartono, sang maestro keroncong Indonesia (bahkan dunia) menghembuskan napas terakhirnya di RS PKU Muhammadiyah, Solo pada
Kamis, 20 Mei 2009 pukul 18.10 WIB di usia 92 tahun.

Lagu keroncong "Bengawan Solo" yang beliau ciptakan tahun 1940 (saat beliau berusia 23 tahun) bukan hanya dikenal di Indonesia tapi juga sampai ke manca negara (China, Jepang, Belanda, Korea). Lagu ini setidaknya telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, di antaranya bahasa Inggris, Mandarin, dan Jepang. Bahkan penggemar Gesang mendirikan Yayasan Gesang di Jepang. Lagu Bengawan Solo juga sempat menjadi lagu dalam sebuah film layar lebar di negeri matahari terbit itu.

Selain Bengawan Solo, karya Gesang yang lain di antaranya: Jembatan Merah, Caping Gunung, Aja Lamis, dan Pamitan.

Penulis dan istri punya kenangan tersendiri dengan Gesang, sang maestro keroncong. Kamis (30 Januari 2003) kami bertemu secara langsung di acara pengujian rekor di Muri (Museum Rekor dunia Indonesia), Semarang. Saat itu kami sedang pengujian rekor undangan pernikahan unik berbentuk kubus dengan 6 bahasa berbeda di ke-6 sisinya. Sedangkan Gesang diundang untuk menerima piagam rekor Muri sebagai seniman tertua yang masuk dapur rekaman. Album Gesang tersebut berjudul "Sebelum Aku Mati" digarap di studio GNP Jakarta dan Pusaka Semarang pada Agustus dan September 2002. Saat rekaman album itu, beliau berusia 85 tahun.

Pada kesempatan itu Gesang didaulat Jaya Suprana (Bapak kelirumologi yang juga pemilik Muri) untuk menyanyikan masterpiece beliau "Bengawan Solo." Tentu itu sebuah kenangan (dan juga kehormatan) bagi kami (para calon rekoris), wartawan media cetak dan elektronik, dewan juri Muri dapat mendengarkan secara langsung lagu Bengawan Solo yang dinyanyikan oleh sang penciptanya sendiri.

Selesai acara (wawancara dengan wartawan), kami menyempatkan diri minta foto bersama dengan sang maestro yang dijawab dengan anggukan dan senyuman. Maka terabadikanlah sebuah foto penuh kenangan bersama legenda musik keroncong yang bersahaja itu.

Hari ini, Kamis (20 Mei 2010) putra terbaik Indonesia kelahiran Surakarta, 1 Oktober 1917 telah pergi untuk selama-lamanya. Menurut rencana beliau akan dimakamkan di pemakaman keluarga trah Martodiharjo di Pracimaloyo, Makam Haji, Sukoharjo pada Jumat, 21-05-2010.

Selamat jalan Eyang Gesang. Gesang telah pergi untuk selamanya, tapi karya beliau sudah dan akan terus mengalir sampai jauh... (zwei)*


*ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan ditambah aneka data pelengkap dari internet.


Masih Adakah Rasa Malu???

Seorang tetangga didatangi penagih hutang (debt collector) beberapa kali. Tapi setiap kali didatangi pintu selalu terkunci rapat. Diketuk sampai lama dan dipanggil-panggil, tidak ada sahutan. Ketika mereka mencoba cari tahu via penulis, sebagai orang timur yang tidak mau banyak mengurusi urusan orang lain, penulis hanya bilang: Tidak tahu. 

Apakah orangnya ada di dalam ataukah sedang keluar, penulis tidak tahu. Sang debt collector mencoba memancing rasa ingin tahu penulis dengan menceritakan bahwa sudah sekian bulan sang tetangga tidak membayar hutang kartu kreditnya senilai sekian juta rupiah. Ditelepon tidak diangkat, didatangi, selalu tidak ada. Karena tidak mendapat reaksi yang diinginkan, sang debt collector pun berlalu.

Penulis teringat peristiwa debt collector yang terkadang menggunakan kekerasan agar pemilik kartu kredit mau membayar. Mulai dari kekerasan verbal (teror telpon) sampai kekerasan secara fisik sampai penculikan.

Penulis jadi teringat kejadian serupa (debt collector yang menagih hutang kartu kredit) di kota tempat tinggal penulis terdahulu. Debt collector ini lumayan cerdik menggunakan trik. Ia tidak memilih cara kekerasan (baik verbal maupun fisik), ia lebih menggunakan teror rasa malu. 

Ia dekati tetangga pemilik kartu kredit sambil mengumbar data hutang korban secara halus (tidak main teriak-teriak, tapi jelas ia sedang membongkar aib si pemilik hutang). Misalkan tanya ke tetangga korban "Bu, Pak Anu masih tinggal di rumah itu? Aduh, saya capek ke sini terus tagih hutang kartu kredit Pak Anu yang cuma Rp 15 juta yang sudah menunggak 6 bulan. Beberapa kali bolak-balik, tidak pernah ketemu. Kira-kira kapan Pak Anu ada di rumah ya Bu?"

Kadang di warung dekat rumah sang pemilik hutang, sambil beli rokok atau jajanan ringan, ia secara halus mengumbar cerita hutang tersebut. Jumlah hutang, lamanya menunggak, telepon tidak diangkat, dan lain-lain. 

Tak disangka, hal yang sama juga dilakukan via telepon ke kantor tempat pemilik hutang ini bekerja. Ke teman seruangan, satpam, personalia, dan lain-lain. Semua orang akhirnya tahu kalau Pak Anu punya hutang dan selalu menghindar. Bahkan sampai ke  Ternyata cara ini efektif! Akhirnya hutang dilunasi (entah uangnya dapat dari mana). Si debt collector tak peduli, yang penting tugasnya selesai, tagihan dilunasi, tidak perlu pakai cara kekerasan yang bisa berujung di kantor polisi atau penjara.

Penulis pikir, apakah hal semacam ini masih dilakukan debt collector sekarang? Daripada pakai cara kekerasan yang berujung kriminal dan berurusan dengan hukum, cara ini jelas lebih efektif (setidaknya menurut penulis). Atau sekarang memang rasa malu itu sudah tidak ada lagi???

Koruptor yang tertangkap dan ditayangkan di TV santai-santai saja tanpa perlu tutup wajah dan masih tersenyum manis melambaikan tangan ke wartawan. Mungkin sang koruptor berpikir, tenang saja, vonis masih bisa ditawar (tergantung uang sogokan), fasilitas di penjara bisa dibeli, di dalam tidak dipukuli seperti maling kelas bawah, nanti masih ada remisi, sekian tahun kemudian keluar dari penjara sudah jadi orang kaya. Entahlah...

Prioritaskan Catat Rekor Perorangan

Sejak pertama kali menerima piagam rekor, penulis jadi tertarik dengan berita tentang rekor (baik Indonesia maupun internasional/rekor dunia). Penulis juga giat mempopulerkan kata rekoris sebagai sebutan untuk pemegang rekor (via blog, tulisan di media massa, dan buku yang penulis terbitkan). 

Bahagia rasanya, semula kata rekoris belum dipakai, hingga akhirnya sekarang media ramai dan sudah biasa menggunakan kata rekoris sebagai sebutan untuk pemegang rekor. Bahkan buku rekor Muri resmi menggunakan kata rekoris sebagai pengganti kata pemegang rekor. Anda bisa lihat di sini (klik saja): Rekoris.
  
Penulis sering mendapat pertanyaan via email dan via kolom komentar di blog tentang cara mencatatkan diri di Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia). Agar tidak perlu menjawab pertanyaan satu persatu, akhirnya penulis membuat posting dengan judul "Cara Menjadi Rekoris Muri" agar pengunjung blog yang butuh info tersebut tinggal baca. Posting dibuat dalam bentuk tanya jawab. Yang butuh info tersebut, silakan klik tulisan warna biru di atas ini.

Sekarang ada satu lagi yang sering penulis anjurkan kepada para penanya, yang sebagian besar adalah perseorangan. Buatlah rekor yang keren!

Keren bagaimana? Rekor yang berbiaya murah dan rekor yang lebih tahan lama


Biaya Besar
Untuk mencatatkan rekor, kita tentu butuh biaya. Carilah yang berbiaya murah. Kriteria rekor Muri ada 4: PPUL (Paling, Pertama, Unik, Langka). Rekor dengan kriteria 2 hingga 4 (Pertama, Unik, Langka), relatif lebih aman dari pemecahan rekor. kalau Anda bisa catatkan rekor dengan kriteria ini, selamat buat Anda karena relatif jarang ada pemecahan rekor untuk kriteria ini.

Kita bahas yang paling atau ter. Ini rekor yang "relatif lebih mudah" diraih (khususnya rekor yang besar, banyak, panjang, dan sebagainya). Rekor yang maksimal (dari segi jumlah orang, bahan, lokasi, biaya, dan lain-lain).

Misalkan saja untuk rekor patung. Ada 2 rekor paling atau ter yakni: mini atau maksi. Patung terkecil atau patung terbesar.

Yang maksi (maksimal), relatif mudah tapi berbiaya mahal dan mudah dipecahkan rekornya. Contoh patung terbesar tadi. Misalkan ada rekor (ini misalnya saja), patung terbesar tingginya 50 meter. Anda ingin pecahkan rekor? Siapkan dana besar, bentuk tim, cari pemahat atau pembuat patung, dan bayar. Anda minta dibuat patung yang lebih tinggi dari 50 meter. Selesai dibuat, kirim pengajuan rekor ke Muri, diverifikasi tim dewan juri Muri, jika benar, Anda terima piagam rekor, tercatat sebagai rekoris Muri.

Rekor sejenis (yang sering diajukan perusahaan atau instansi pemerintah) adalah rekor maksimal seperti ini adalah rekor massal (rekor yang melibatkan banyak orang). Makan tahu dengan peserta terbanyak, keramas dengan peserta terbanyak, ganti oli dengan peserta terbanyak, dan lain-lain. Atau seperti patung terbesar tadi, pembuatan lontong terbesar, pembuatan kursi terbesar, pembuatan kemeja terbesar,... (silakan sesuaikan dengan keahlian Anda). Dan tentunya uang yang besar (banyak).


Mudah Dipecahkan
Risiko rekor yang maksi adalah relatif mudah dipecahkan. Ada sebuah fakta yang penulis dengar dari dewan juri Muri. Pembuatan makanan (nggak usah sebut deh makanannya) terbesar. Minggu ini dewan juri Muri hadir di kota X untuk verifikasi makanan terbesar itu. Dua minggu kemudian, dewan juri akan memverifikasi rekor makanan terbesar yang sama di kota Y (memang makanan tersebut lebih besar daripada yang di kota X). Rekor di kota X hanya bertahan 2 minggu!


Mengapa Tidak Pilih yang Terkecil?
Nah... mengapa Anda sebagai perorangan yang ingin mencatatkan diri sebagai rekoris tidak memilih kategori terkecil?

Patung terbesar, butuh biaya besar. Patung terkecil? Anda bisa membuatnya dari sebatang korek api. Hanya saja masalahnya, Anda mampu atau tidak?

Penulis punya kenalan rekoris pembuat catur terkecil (ia membuat 1 set bisak catur plus papan caturnya). Tiap bidak catur dibuat dari sebatang korek api. Peralatannya hanya sebuah cutter. Penulis yakin hampir semua orang mampu membeli sekotak korek api dan sebuah cutter. Jika Anda mampu membuatnya, tidak banyak orang yang mampu mengalahkan rekor Anda. Untuk memecahkan rekor terkecil, menurut penulis, relatif lebih sulit daripada yang terbesar.

Semua orang mampu menyediakan bahannya, tapi tidak semua orang mampu melakukannya. Di sinilah uniknya.


Ada banyak rekor terkecil yang sudah tercatat di Muri, misalnya: bidak catur terkecil, lampion terkecil, origami terkecil, replika ketupat terkecil, patung Buddha terkecil, dan masih banyak lagi.


Rekoris Perorangan
Nah... blog ini akan mencatat rekor perorangan. Mengapa perorangan? Karena rekor yang dicatatkan perusahaan, instansi pemerintah atau pejabat pemerintah, biasanya sudah ramai diberitakan. Acaranya yang spektakuler dihadiri banyak orang, juga dari media massa, dan tentu saja sudah diberitakan di media cetak dan media elektronik.

Jadi, penulis lebih prioritaskan mencatat rekoris perorangan karena kemampuan sang rekoris lebih terasa. Meski demikian, rekor yang dibuat atas nama beberapa orang, misal tim paduan suara yang sering juara di kompetisi internasional atau tim olahraga yang banyak meraih penghargaan internasional, termasuk yang akan kami catat di sini.

Salut untuk semua yang telah berusaha dan tercatat sebagai rekoris. Meski penulis prioritaskan mencatat rekor perorangan, ini tidak berarti "mengecilkan" rekoris perusahaan atau instansi pemerintah. Semua yang tercatat sebagai rekoris adalah prestasi dan sudah diakui lembaga pencatat rekor.

Aneka Huruf dengan Tanda Khusus


Abjad yang kita kenal adalah:

a b c d e f g h i j k l m n o p q e s t u v w x y z 

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z 



Tapi ada banyak huruf lain dengan tanda khusus seperti ini:


a à á ǎ ā ä Ā Á e è é ē ě i í ǐ o ò ó ǒ u ù ú ü ū ḥ ī Í Ī ṁ ṇ ṅ ń ñ ņ Ņ Ń ô ṭ ţ Ţ ū ÿ 

Pidato Anak 12 Tahun yang MEMBUNGKAM Para Pemimpin Dunia di PBB

Kisah ini menceritakan pengalaman nyata mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization (ECO).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yang mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan Hidup PBB, pada saat itu Severn yang berusia 12 tahun memberikan sebuah pidato kuat yang memberikan pengaruh besar (dan membungkam) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yang disampaikan oleh seorang anak kecil berusia 12 tahun hingga bisa membuat ruang sidang PBB hening, lalu saat pidatonya selesai, ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yang berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)


"Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization.

Kami adalah kelompok dari Kanada yang terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq, dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang ke sini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada Anda sekalian orang dewasa bahwa Anda harus mengubah cara Anda, hari ini, di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada di sini untuk berbicara bagi semua generasi yang akan datang.

Saya berada di sini mewakili anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada di sini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak didengar.

Saya merasa takut untuk berada di bawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yang dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya, hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah Anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika Anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin Anda sekalian menyadari bahwa Anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaimana cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.

Dan Anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika Anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Di sini Anda adalah delegasi negara-negara Anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan, atau politisi - tetapi sebenarnya Anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan Anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air, dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama, kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuangnya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu, tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan, dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer, dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: "Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian, dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta, dan kasih sayang."

Jika seorang anak yang berada di jalanan dan tidak memiliki apa pun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran Anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia; seorang korban perang Timur Tengah, atau pengemis di India.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di Taman Kanak-Kanak, Anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa Anda kemudian melakukan hal yang Anda ajarkan pada kami supaya TIDAK BOLEH dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa Anda menghadiri konferensi ini, mengapa Anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak Anda semua.

Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tempati. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, "Semuanya akan baik-baik saja, kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya."

Tetapi saya tidak merasa bahwa Anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas Anda semua? Ayah saya selalu berkata, "Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu."

Jadi, apa yang Anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang ANDA, cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya."


Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konferensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir di ruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

"Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya lingkungan dan isinya di sekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun naskah untuk berpidato. Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh asisten saya kemarin. Saya... tidak, kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun."


Tolong sebarkan tulisan ini ke semua orang yang Anda kenal, bukan untuk mendapatkan nasib baik atau kesialan kalau tidak mengirimkan, tapi mari kita bersama-sama membuka mata semua orang di dunia bahwa bumi sekarang sedang dalam keadaan sekarat dan kitalah manusia yang membuatnya seperti ini yang harus bertindak untuk mencegah kehancuran dunia. *(Copyright from: Moe Joe Free)*

Dikutip dari: Kaskus

Penasaran dengan wajah Severn Suzuki? Silakan klik: Open

Atau mau lihat video-nya di Youtube? Silakan pilih: Pidato 1 atau Pidato 2


Pidato 1




atau Pidato 2 di bawah ini:




Spoiler:










abcs