Tampilkan postingan dengan label Berpikir Kreatif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berpikir Kreatif. Tampilkan semua postingan

Kreatif Dalam Menulis Lirik Lagu

Ada-ada saja pemikiran kreatif yang muncul di dunia musik. Ada yang kreatif memadukan aneka jenis musik sehingga muncul aliran musik baru, menghadirkan alat musik yang tak biasa, menulis lirik yang tidak biasa, dan lain-lain.

Salah satu yang penulis ingat adalah kreatif-nya seorang A. Rijanto dalam menulis lirik lagu. Hal ini penulis dengar dari sebuah tayangan TV yang menayangkan lagu-lagu lama (nostalgia). Di sana penulis mendapat info tentang sebuah lagu karya A. Rijanto yang berjudul "Teringat Selalu" yang dipopulerkan oleh Tetty Kadi (sepupunya). 

Jika diperhatikan, huruf awal lirik lagu ini membentuk nama asli Tetty Kadi yakni T. KRISTANTI.

Wow... keren! Di bawah ini penulis sajikan lirik lagu Teringat Selalu. Yang tidak tahu lagu ini dan ingin mendengarnya, silakan klik: Teringat Selalu



Teringat Selalu

Vocal: Tetty Kadi
Cipt: A. Rijanto




Teringat pada suatu waktu
Ku berjalan-jalan di muka rumahmu
Rasa berdebar dalam hatiku
Ingin lekat slalu


    Ref:
Sekilas nampaklah engkau di balik pintu
Tersenyum dikau menusuk hatiku

Apa daya sejak saat itu
Nurani terganggu di setiap waktu
Teringat slalu pada senyummu
Ingin ’ku bertemu 



Catatan: 
Saat googling, penulis menemukan 2 variasi lirik lagu ini pada baris ke-4: 


Ingin lekas slalu
Ingin lekas lalu


Menurut penulis artinya:

Ingin lekas slalu (rasanya selalu ingin cepat-cepat)
Ingin lekas lalu (perasaan berdebar itu ingin cepat-cepat berlalu)


Tapi pada lirik di atas, penulis mencantumkan "Ingin lekat slalu" (mungkin maksudnya ingin nempel terus dengan orang yang dicintai) setelah mendengar lagu ini berulang-ulang di  YouTube. Benarkah demikian?

Uniknya lagi, nama penyanyi lebih sering ditulis Tetty Kadi, sedangkan di sampul (piringan hitam atau kaset?) yang ada di video YouTube tersebut bertuliskan Tatty Kadi. 

Ada yang menulis pencipta lagu ini adalah Zaenal Arifin, tapi penelusuran penulis menemukan nama pencipta adalah A. Rijanto. (silakan klik 2 nama pencipta ini, akan membawa Anda ke blog yang mencantumkan nama tersebut sebagai pencipta lagu). 

Di sampul (piringan hitam atau kaset?) selain nama Tetty Kadi ada nama Zaenal Combo, yang menurut pengamat musik, Denny Sakrie Zaenal Combo adalah nama group musik yang dipimpinan oleh Zaenal Arifin.

Di Mana Kreativitas Pembuat Logo Resmi HUT RI???

Waktu mampir ke toko buku Gramedia, penulis membaca buku Kreatif Sampai Mati karya Wahyu Aditya. Keren banget!!!

Yang menarik perhatian penulis adalah kebosanan Wahyu Aditya melihat logo HUT RI yang sangat monoton dari tahun ke tahun. Perubahannya hanya menambahkan bendera.

Kritik yang disampaikan tidak hanya melalui tulisan tapi aksi nyata. Adit membuat logo sendiri dan ditampilkan di web-nya www.kdri.web.id Logo boleh dipakai oleh siapa saja.


Bandingkan logo resmi HUT RI versi pemerintah
(versi Gaul-nya ada di bawah)



Ini logo HUT ke-67 RI versi resmi dari pemerintah (versi gaul bisa dilihat di sini, klik saja: KDRI)





Anda juga bisa membaca ulasan tentang makna logo ini di sini, klik: Imaji (ini prediksi Imagi logo HUT ke-69 RI nanti).


Lain lagi Wahyu Aditya, penulis buku Kreatif Sampai Mati, Adit bahkan membuat prediksi yang tak  kalah "gila-nya" untuk logo HUT ke-83 RI (tahun 2028).





Berikut hasil rancang logo anak muda kreatif untuk HUT ke-68 RI. Silakan bandingkan dengan logo resmi HUT ke-68 RI versi pemerintah.







Bagaimana pendapat Anda??? 

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia. Merdeka... Merdeka... Merdeka...

Barang "Rusak" Lebih Mahal Daripada Barang Baru

Ini cerita ketika penulis tinggal di Jakarta. Penulis ikut saudara sepupu yang membuka usaha sablon. Salah satu kenalan sepupu penulis mempunyai usaha konveksi, tentu tahu banyak tentang dunia ini. Ini penulis ceritakan kembali dari obrolan kami.

Konsumen di Indonesia suka sekali dengan produk yang bernuansa impor dan ekspor. Impor artinya itu produk dari luar negeri yang umumnya terkenal berkualitas bagus. Lalu ekspor tentu barang berkualitas dong baru diterima di luar negeri sana.

Di tangan orang kreatif (yang berpikir kreatif, meski untuk kasus ini penulis tidak sependapat dengan ulah kreatifnya), selalu ada jalan untuk mendapatkan uang.

Anda tentu sudah tidak asing lagi mendengar barang palsu/ merek palsu. Hampir semua produk yang laris di pasaran, ada saja produk palsunya. Contohnya celana jeans merek Levi's. Banyak produk palsunya dan dijual dengan harga murah (mungkin sekitar separuh harga). Andai harga produk asli Rp 600.000, yang palsu harganya sekitar Rp 200.000- 300.000.

Pembeli biasanya cerewet menawar harga karena jelas barang yang dijual adalah produk palsu meski semua asesories (kancing, resliting, merek,...) sudah dibuat persis sama dengan yang asli (hanya yang berpengalaman yang bisa tahu mana yang asli dan mana yang palsu). Harga jual bisa jadi sampai Rp 150.000.

Bagaimana cara menaikkan harga jual produk palsu ini? Di sinilah pikiran kreatif itu bekerja. Mengatasnamakan "produk reject" (tak lolos sensor untuk diekspor), barang ini bisa dijual dengan harga lebih mahal daripada ditawarkan dengan nama "produk palsu".

Pembeli dari luar negeri (buyer) terkenal dengan kontrol kualitas yang sangat teliti. Produk yang cacat pasti dikembalikan, bahkan terkadang mereka mengirimkan barang lain yang ikut terkirim dalam produk seperti: beberapa helai rambut, isi staples, karet gelang, potongan kuku (bukan alat pemotong kuku lho, tapi potongan kuku) disertai tulisan: Kami tidak memesan ini.

Produk celana merek terkenal yang dipalsukan ini dijual dengan sebutan "produk reject" atau bisa juga "sisa ekspor" agar menarik pembeli. Kalau barang palsu ditawarkan dengan harga Rp 200.000-300.000, maka yang ini bisa ditawarkan dengan harga Rp 300.000-an dan laku. Kok bisa begitu? Di benak pembeli, ini produk asli, hanya tak layak diekspor karena ada kerusakan kecil. Asal Anda tahu saja, kerusakan ini sengaja dibuat!

Ada kancing yang tidak utuh (tidak lingkaran sempurna karena pecah sedikit di pinggirnya, pegangan resliting yang pecah sedikit ujungnya), ada tumpahan tinta sedikit di merek-nya, ada bagian tersembunyi yang tergunting sedikit. Semua cacat ini dibuat agar tidak merusak penampilan pemakainya (tak terlalu terlihat). Bila kemeja, merek yang ada di kerah  tergunting atau tertetes tinda sedikit, bagian paling bawah kemeja di sisi kiri atau kanan tergunting atau kotor karena tinta (jika saat dipakai kemeja dimasukkan ke dalam celana tidak akan terlihat cacat-nya). Semua cacat sengaja dibuat. Ketika pembeli menemukan cacat ini akan berujar "Oh ini cacatnya sehingga tak layak ekspor. Nggak apa deh, saya ambil saja. Lumayan dapat barang asli tapi murah."

Gila-nya lagi, ternyata produk asesories merek terkenal yang sengaja dibuat cacat pun ada yang jual untuk keperluan ini. Anda mau beli kancing yang cacat sedikit pinggirnya, label merek terkenal yang ditetesi tinta, resliting yang pegangannya rusak sedikit,... semua tersedia. Benar-benar kreatif!

Sampul Novel yang Kreatif

Tiap hari Minggu penulis bersama anak-anak dan istri main ke mal, pasti kami menyempatkan mampir ke toko buku (biasanya Gramedia). Sekedar melihat-lihat koleksi buku, jika ada yang bagus, tentu kami beli. Begitu juga anak-anak. Hampir tiap mampir, ada saja buku yang dibeli. 

Beberapa waktu lalu, penulis melihat 4 novel tetralogi karya Djenar Maesa Ayu: Mereka Bilang Saya Monyet, Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu), Nayla, dan Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek. Sampul buku (cover) keempat novel ini menarik minat penulis. Dan kebetulan pihak toko buku menyusunnya berurutan sehingga keempat sampul buku tersebut membentuk sebuah gambar utuh. Kreatif!

Yang ingin melihat sampul keempat novel tersebut, silakan lihat foto di bawah ini. 


 Novel tetralogi karya Djenar Maesa Ayu


Penulis juga pernah mencetak buku dengan sampul buku yang unik seperti ini ("Buku Tanpa Judul" dan "1001") yang kemudian mendapat penghargaan berupa piagam rekor dari Muri (Museum Rekor dunia Indonesia) . 

Siapa tahu setelah melihat keempat sampul depan novel ini, penulis dan juga Anda mendapat inspirasi membuat hal-hal unik dan kreatif, tak hanya sebatas sampul buku. 



Cerita Tentang Hobby (Bagian 2)

Anda bisa baca bagian pertama di: Cerita Tentang Hobby (Bagian 1) 

Hobby umumnya terjadi begitu saja. Tidak direncanakan, tapi tiba-tiba saja "jatuh cinta" pada hobby tersebut. Kalau sudah hobby, tidak ada urusan dengan biaya mahal, tempat yang jauh, uang yang dikeluarkan tak sebanding,...

Tapi setelah koleksi penulis habis dilalap si jago merah, penulis jadi berpikir. Apakah untuk hobby harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar? Apakah bisa menekuni hobby yang tanpa biaya tapi tetap asyik?

Akhirnya penulis putuskan untuk mengumpulkan sesuatu yang tidak harus mengeluarkan uang tapi unik. Tidak memakan banyak tempat untuk menyimpan dan mudah perawatannya. Apa ya? Akhirnya penulis memutuskan untuk koleksi tiket (tiket kereta api, tiket obyek wisata,...). Unik juga lihat koleksi penulis yang warna-warni. Selain unik, ada kisah di potongan tiket (perjalanan kami sekeluarga). Jadi bagus juga keputusan penulis untuk jadi kolektor tiket. Tidak harus bayar karena koleksi tersebut memang kami dapatkan saat memasuki obyek wisata. Jadi penulis juga tidak perlu berburu potongan tiket obyek wisata yang tidak pernah penulis kunjungi. Ini bukan lomba banyak tiket, tapi lebih pada mendokumentasikan sejarah perjalanan kami sekeluarga.

Ada lagi nggak ya koleksi yang mirip (tak perlu biaya, mudah disimpan, dan mudah perawatannya? Ada. Penulis juga mengumpulkan pasir! Ya, pasir pantai yang pernah kami kunjungi. Keluarga kami memang tidak terlalu sering berwisata. Pasir disimpan di botol kecil (seperti botol souvenir pernikahan yang berisi kulit kerang kecil-kecil), baru ada 4 botol yakni pasir dari pasir dari Pantai Pangandaran (Pantai Batu Karas dan Pantai Pangandaran, lupa yang mana sisi timur dan baratnya), Pantai Ancol, dan Pantai Parangtritis. 

Lalu? Bisa juga botol bekas air mineral tapi yang khusus obyek wisata: koleksi ini baru 2: Candi Borobudur dan De Ranch. Koleksi ini tanpa target. Jadi bukan karena koleksi pasir maka wisatanya hanya ke pantai. Atau hanya akan ke tempat wisata yang mempunyai kemasan air minum merek sendiri.

Khusus koleksi tiket, ada yang tidak bisa dikoleksi yaitu tiket yang di-print seperti struk kartu kredit. Tiket bioskop ada yang seperti itu. Lama-lama tulisannya hilang. Lalu ada obyek wisata yang mengambil semua tiket dan tak menyisakan potongan tiket untuk pengunjung (silakan nego saja sama penjaga, saya kolektor tiket, boleh dong minta sobekan tiketnya).

Anda mengoleksi apa???




 Sebagian koleksi tiket obyek wisata milik penulis

Botol air minum De Ranch & Candi Borobudur 

Ternyata bisa kok me-manage hobby menjadi agar hobby tidak menghabiskan banyak dana (setidaknya bagi penulis) dan tetap menyenangkan. Hobby penulis ini bermotto: "Sambil menyelam, minum softdrink." Sama halnya dengan Anda yang gemar mengumpulkan pernak-pernik dari hotel (korek api, cotton buds, sikat gigi, pasta gigi, sabun, shampo, sandal, pensil, notes,...). Pada prinsipnya, penulis hanya "memotret" kenangan berlibur selain mengabadikan liburan dengan foto dan video. Jadi, tidak ada niat berlomba memperbanyak barang koleksi. Kalau koleksi bertambah, itu karena memang kami habis berlibur ke sana dan keputusan berlibur ke sana bukan karena tiket atau pernak-pernik lainnya, karena kami memang ingin berlibur ke sana.

Bagaimana pendapat Anda???

Cerita Tentang Hobby (Bagian 1)

Apa hobby Anda? Tentu sangat beragam. Dulunya penulis hobby filateli (mengumpulkan prangko) dan correspondence (surat-menyurat) yang akhirnya diabadikan menjadi bagian dari nama penulis. Sekarang hobby menulis, menonton, dan main sulap. Kalau sudah hobby, memang susah didiskusikan dengan akal sehat.

Maksudnya? Ya, jangan Anda katakan orang tersebut "bodoh" karena rela merogoh kocek hingga ratusan juta untuk seekor burung misalnya. Atau rela menghabiskan uang banyak untuk pergi jauh ke sungai, dengan resiko digigit nyamuk atau bahkan ular, demi hobby-nya memancing. Atau hal "konyol" lainnya. Apa mau dikata, namanya juga hobby!

Hobby umumnya tidak bisa direncanakan atau diatur. Mungkin hobby bisa terpengaruh dari orangtua atau teman atau lingkungan, tapi jarang rasanya seseorang akan memilih atau merencanakan akan memilih hobby ini saja. Kalau ia sudah "jatuh cinta" pada hal itu, ya seperti yang disebutkan di atas, orang jadi tidak peduli soal  apa pun. Tidak lagi menghitung untung ruginya, tidak peduli besok harus kerja, mata sudah mengantuk, kalau sudah hobby nonton sepakbola, segala cara diupayakan. Minum kopi, kumpul bareng teman, dan lain-lain, yang penting bisa menonton pertandingan sepakbola, apalagi tim kesayangannya yang bertanding.

Itu juga yang penulis alami. Kalau sudah hobby filateli, harga prangko yang mahal, tetap saja dibeli. Kalau di jalan atau bahkan di tempat sampah melihat ada amplop berprangko, penulis akan mengambilnya. Kalau sudah mampir ke kantor pos saat mengirim surat dan mampir ke bagian filateli, pasti tak tahan jika tak membeli prangko dan SHP (Sampul Hari Pertama) untuk menambah koleksi.

Itu dulu... Ketika teknologi semakin maju, surat-menyurat tidak lagi jadi hobby karena email, SMS, BBM, dan yang lain sudah menggantikannya. Otomastis prangko juga tidak diminati? Oh...bukan. Filateli tidak lagi serius digeluti karena "putus asa" ketika rumah kontrakan penulis habis terbakar. Semua koleksi surat, foto sahabat pena, dan prangko milik penulis (dari prangko bertulisan Nederland Indie, sebutan Indonesia di zaman penjajahan Belanda, prangko bergambar Presiden Soekarno, koleksi prangko bergambar Presiden Soeharto dari nominal Rp10 hingga Rp 500, koleksi prangko lambang provinsi 27 provinsi lengkap, dan lain-lain, termasuk prangko luar negeri tentunya), habis terbakar!

Sekarang? Kalau ketemu atau diberi prangko bekas, ya masih dikumpulkan, tapi jika harus keluar uang untuk beli lagi? Tidak akan! 


Bersambung ke bagian ke-2: Cerita Tentang Hobby (Bagian 2)

Unik Itu Kreatif. Tapi Apakah Ini Termasuk Ide Kreatif???

Membuat sesuatu yang unik (beda dari yang lain), memang ide kreatif. Tapi menurut penulis, kreatif itu tak sebatas hanya "asal beda" saja. Harus tetap menarik atau bermanfaat atau nyaman dikenakan (khususnya untuk pakaian). 

Kalau sekedar berbeda saja, pasti banyak (baca: semua orang) bisa melakukan "hal kreatif" seperti hasil rancangan hasil karya desainer di bawah ini.  Silakan saja melakukan hal di luar kebiasaan (ke luar rumah tanpa alas kaki lalu sepatu atau sandal Anda letakkan di atas kepala misalnya). Unik? Ya. Aneh? Ya. Menarik? TIDAK! Jadi pusat perhatian? Ya, tapi bukan pandangan kagum yang Anda dapatkan, tapi melecehkan.  

Buat pembaca yang tidak sependapat dengan, silakan saja. Kita bebas berpendapat kok.  


Inilah contoh rancangan pakaian pria yang aneh. 
Apa pendapat Anda???

No. 3, 6, dan 7 yang paling aneh

 
 1
  2
  3
  4
  5
  6
  7
 8

Sumber foto: Yahoo News, Yahoo News

Melihat Kreatif-nya Anak Bangsa

Ceramah Raja Dangdut, H. Rhoma Irama yang dinilai bermuatan SARA ramai di perbincangkan. Penulis yakin, Anda pasti sudah  mengetahuinya. Kalau belum, silakan baca beritanya di Yahoo (klik: Yahoo)

Penulis tidak akan bahas masalah tentang isi ceramah berupa seruan agar muslim dianjurkan memilih pemimpin yang seiman. 

Penulis tergelitik dengan kreativitas para aktivis dunia maya yang menjadikan isu ini sebagai ide yang justru membalikkan semua itu. Tetap berpegang pada kalimat agar memilih yang seiman, tapi hasilnya mencengangkan. 

Silakan nikmati foto di bawah ini yang penulis ambil dari FB Kotak Humor Indonesia.







1 Kali Tembak, 2 Sasaran Kena

Penulis termasuk satu dari sekian banyak orang yang suka lagu-lagu Iwan Fals. Suka akan melodinya yang enak didengar, bisa pedas dengan kritik sosialnya, tapi juga bisa romantis dengan syair/ liriknya.

Menghasilkan sebuah lagu dengan melodi yang indah plus syair yang kuat dan tepat tidaklah mudah. Kadang ada lagu yang indah melodinya tapi tak ditunjang syair yang bagus. Atau ada yang liriknya kuat tapi tak ditunjang oleh melodi yang indah.

Tak heran kalau kita jumpai sebuah lagu yang dihasilkan oleh 2 orang atau lebih, satu menghasilkan melodi, satu lagi khusus menulis lirik. Kerja sama untuk menghasilkan yang terbaik.

Balik ke Iwan Fals, penulis tertarik dengan lagu "Kereta Tiba Pukul Berapa." Uniknya di sini, melodinya enak didengar, liriknya bagus, dan lebih hebatnya lagi, meski ini lagu cinta (entah ke sahabat atau ke pacar), sekaligus juga sambil mengkritik. Tidak tanggung-tanggung, dalam 1 lagu, ada 2 lembaga yang dikritik: kepolisian (suap) dan perhubungan (kereta api yang sering tidak tepat waktu).

Yang ingin nyanyi, ini syair lagu "Kereta Tiba Pukul Berapa"


Hilang sabar di hati dan tak terbendung lagi, Waktu itu, Lama memang kutunggu kedatanganmu, Sobat karibku, Datang telegram darimu, Dua hari yang lalu, Tunggu aku (suara cewek), Di stasiun kereta itu pukul satu.

Kupacu sepeda motorku, Jarum jam tak mau menunggu, Maklum rindu. Traffic light aku lewati, Lampu merah tak peduli, Jalan terus (asyik)

Di depan ada polantas, Wajahnya begitu buas, Tangkap aku, Tawar menawar harga pas tancap gas.

Sampai stasiun kereta, Pukul setengah dua, Duduk aku menunggu, Tanya loket dan penjaga, Kereta tiba pukul berapa. Biasanya... kereta terlambat, Dua jam mungkin biasa (rusak lu...)

Tiba kabar darimu, Dua hari yang lalu, Tunggu aku, Di stasiun kereta itu pukul satu, Kupacu sepeda motorku, Jarum jam tak mau menunggu, Maklum rindu, Traffic light aku lewati, Lampu merah tak peduli, Jalan terus.

Di muka ada polantas, Wajahnya begitu buas, Tangkap aku, Tawar menawar harga pas tancap gas.

Sampai stasiun kereta, Pukul setengah dua, Duduk Tautanaku menunggu, Tanya loket dan penjaga, Kereta tiba pukul berapa, Biasanya... kereta terlambat, Dua jam cerita lama.

Sampai stasiun kereta, Pukul setengah dua, Duduk aku menunggu, Tanya loket dan penjaga, Kereta tiba pukul berapa...

* * * * *

Sambil mendendangkan lagu cinta yang indah, Iwan Fals tetap bisa meng-kritik. Kreatif banget! Salut.

Sumber foto: 88db


Ayo Berpikir Kreatif !!!

Penulis suka dengan segala sesuatu yang unik, tak biasa. Why? Ya, tentu saja karena hal yang tidak biasa itu menarik. Semua yang tidak biasa itu menarik? Tidak juga. Banyak juga yang tidak biasa tapi tak menarik. Yang penulis sukai adalah hal tak biasa/ unik, menarik, dan mendidik.

Banyak teman yang sering bertanya kepada penulis, bagaimana caranya agar bisa tercatat di Muri (Museum Rekor dunia Indonesia)? Saran penulis? Sebaiknya lakukan sesuatu yang unik, menarik, dan mendidik. Jangan ikut latah membuat yang terbesar. Mengapa? Kalau sekedar buat yang terbesar, terpanjang, terberat, dan sejenisnya, banyak yang bisa dan rekor Anda akan terancam setiap saat. Selain itu, tentu saja biayanya yang tidak sedikit.

Penulis mencontohkan undangan dan souvenir pernikahan penulis yang unik dan tercatat di Muri. Dana untuk mencetak keduanya tergolong standar, malah biayanya di bawah standar (tidak pakai kertas yang mewah). Hanya bermodalkan kreativitas. Atau "mas kawin" pernikahan kami yang isinya hanya Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) dan pemilihan tanggal pernikahan kami yang tidak biasa (20 Maret 2003 yang jatuh pada hari Kamis, kalau dipestakan pada malamnya jadi malam Jumat he...3x). Tapi kalau dituliskan dengan angka, tanggal pernikahann kami adalah 20-03-2003 atau biasa kami tuliskan 2003 2003 atau cukup 2003 saja. Ingat tanggal dan bulan pernikahan, pasti ingat tahunnya, begitu pula se baliknya. Silakan lihat fotonya di bawah ini atau untuk cerita selengkapnya, silakan klik links berikut: Undangan Unik.




Melalui tulisan ini (juga tulisan lain dengan labels "Berpikir Kreatif"), penulis mengajak Anda untuk berpikir kreatif. Memandang sesuatu dari sudut yang tak biasa, menghasilkan sesuatu yang tak biasa, unik, menarik, dan mendidik. Semoga saja tulisan-tuisan ini bisa menularkan virus kreatif. Semoga bermanfaat.

Benci = Cinta, Percayakah Anda???

Anda pernah mendengar istilah "Benci tapi rindu"? Mulut mengucapkan benci, tapi hati merindukan orang tersebut. Atau kata benci diplesetkan jadi benar-benar cinta.

Ada juga kisah cinta yang diawali dari benci. Mula-mula Anda benci sekali terhadap orang itu, tapi akhirnya Anda malah jatuh cinta dan menikah dengan orang tersebut?

Di tangan seorang kreatif, benci = cinta, benar-benar bisa diwujudkan dalam kenyataan berupa sebuah desain. Kata benci yang dalam bahasa Inggris-nya Hate ditulis sedemikian rupa, kalau Anda lihat di cermin, kata tersebut berubah jadi cinta (Love). Luar biasa!!!

Tidak percaya? Silakan lihat foto di bawah ini. Kreatif 'kan?





Sumber foto: Hate = Love

Money Talk, Monkey Walk

Sekarang ini media massa sedang ramai-ramainya membicarakan kasus korupsi. Lagi-lagi kasus Gayus Tambunan, yang sebelumnya liburan ke Bali, sekarang liburan ke luar negeri. (Singapura, Malaysia, dan Macau) Penulis tidak ingin bicara kasus ini.

Penulis hanya jadi teringat ungkapan jaman dulu yang memplesetkan singkatan KUHP (Kasih Uang Habis Perkara atau Karena Uang Habis Perkara) untuk mengungkapkan uang sangat berkuasa untuk urusan apa pun.

Nah... waktu terungkap Gayus liburan ke Bali, dalam bincang-bincang di sebuah TV swasta seorang narasumber (maaf lupa namanya) menyebut sebuah ungkapan baru tentang hal ini. "Money talk, monkey walk."

Penulis jadi tersenyum. Bisa-bisanya orang membuat sebuah kalimat yang bagus seperti pantun (berpola a b a b). Singkat dan padat. Kreatif!

Apa pendapat Anda?

Apakah Anda Melihat Tulisan Melayang???

Ini bukan tentang orang kreatif yang membuat kata-kata unik semacam Joger's (pabrik kata-kata asal Bali dengan kaos beraneka tulisan unik). Tapi saat menemukan tulisan ini di internet, penulis terkesima. Konsepnya sederhana, tapi memukau. Mata penulis berhasil ditipu tulisan ini.

Ini hanya bentuk lain rambu parkir. Biasanya Anda akan menemukan rambu bertulisan: PARKIR, KELUAR, NAIK, dan TURUN serta tanda panah penunjuk arah di areal parkir. Tulisan rancangan desainer ini memenangkan lomba desain rambu parkir. Silakan lihat foto di bawah ini.




Ya, semula penulis pun yakin tulisan "DOWN" itu melayang di udara. Anda bisa menabrak tulisan ini bila saat Anda melintas, tulisan ini tidak diangkat seperti halnya portal di pintu masuk tempat parkir.

Tapi ternyata mata kita salah dan tertipu tulisan ini. Ini hanya tulisan biasa dengan cat, hanya saja tulisan ini tidak hanya dibuat di dinding tapi juga di lantai (jalan). Kalau Anda berada pada posisi yang tepat, Anda melihat rambu yang menunjukkan "TURUN" (turun ke lantai parkir bawah), seolah melihat melayang di udara.

Anda masih kurang percaya? Silakan lihat foto di bawah ini.



Tulisan "DOWN" tadi dilihat dari sudut yang berbeda.

Dari sudut satu ini, Anda perhatikan jalanan dari huruf N menuju ke huruf D menurun (menuju lantai parkir di bawahnya). Jadi tulisan ini dibuat di dinding dan lantai jadi satu kesatuan. Keren 'kan?

Ada-ada saja pikiran kreatif seorang seniman...
Semoga setelah membaca posting dalam Labels "Berpikir Kreatif" Anda juga tertular virus kreatif atau setidaknya Anda jadi terinspirasi.


Karya Kreatif Para Desainer

Dalam posting sebelumnya "Kreatif dalam Bermain Kata" penulis menyoroti kalimat yang dipakai suatu perusahaan atau produk. Sekarang penulis mengamati logo perusahaan atau logo produk. Banyak logo yang bagus, tapi ada beberapa yang menurut penulis luar biasa. Yang muncul di benak penulis: Kok bisa ya?

Inilah beberapa logo yang menarik perhatian penulis (disusun berdasarkan urutan abjad):




Penulis suka sekali dengan logo Formula 1 ini. Desainer-nya bisa menemukan angka 1 (warna putih) yang pas sekali menyatu dengan huruf F (warna hitam). Garis-garis merah di sisi kanan angka 1 jelas menunjukkan gerakan yang sangat cepat (ngebut)-nya mobil balap formula 1. Keren banget!



Logo Satu Indonesia

Logo dari website (anak perusahaan) Astra ini, menurut penulis sangat bagus. Nama website-nya satu-indonesia, dan logo ini jelas menggambarkannya. Kata "satu" jelas tertulis di sana. Warna tulisannya merah berada di kain putih bendera kita (merah putih). Selain itu, kata Indonesia ditulis dengan huruf awal yang diganti angka dengan angka satu (1) sehingga jadi "1ndonesia." Lalu, tak pernah terpikir, ternyata tepat di tengah nama negara kita "Indonesia" terselip kata "One" dalam bahasa Inggris yang berarti satu. Memang sudah seharusnya negara yang terdiri dari ribuan pulau ini tetap bersatu. Bersatu dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Masih ditambah lagi, ternyata kata "Satu" itu bukan hanya berarti angka 1, tapi juga singkatan "Semangat Astra Terpadu Untuk" Indonesia. Wow... keren!

Kreatif dalam Bermain Kata

Penulis sering memperhatikan kalimat yang dipakai dalam sebuah produk. Entah apa istilahnya dalam dunia periklanan (motto, semboyan, tagline atau apalah...). Misalnya seperti ini: Teh Botol Sosro: "Asli dari Sang Ahli."

Penulis senang memperhatikan kalimat-kalimat seperti itu. Banyak kalimat-kalimat bagus yang penulis temukan. Kok bisa ya mereka menemukan kalimat yang bagus seperti itu?

Tidak mudah mendapatkan kalimat-kalimat singkat, bagus, enak didengar dan mudah diingat masyarakat. Yang pada akhirnya melekat di benak konsumen dan tanpa sadar produk inilah yang jadi pilihan waktu akan membeli.

Dalam menulis, sebenarnya penulis "ogah" menuliskan nama produk. Untuk apa? Penulis tidak dibayar kok. Tapi karena menulis tentang hal ini, mau tak mau penulis terpaksa menyebutkan mereknya. Tapi semua itu semata-mata hanya untuk kelengkapan data tulisan ini.

Ini beberapa kalimat iklan produk yang menurut penulis bagus. Urutan berdasarkan susunan abjad nama/ merek produk.

  1. Dancow: Aku Dan Kau Suka Dancow
  2. D'Cost: Mutu Bintang 5, Harga Kaki 5
  3. Eski (permen, kalau tak salah): Pedasnya Pas, Sedapkan Napas
  4. Sosro: Asli dari Sang Ahli
  5. Pegadaian: Mengatasi Masalah Tanpa Masalah
  6. Philips: Terus Terang Philips Terang Terus
  7. PLN (layanan konsumen di nomor 123): Top Tanpa Tip dan Tuntas Tanpa Tatap (sama-sama 3T)


Kalimat-kalimat ini ada yang seperti pantun (berakhiran sama: asli dan ahli), ada yang permainan huruf pembentuk kata (pedas dan sedap), ada yang membalikkan kata (terus terang jadi terang terus), dan lainnya.

Sekali lagi, tidak mudah mencari kalimat seperti itu. Tapi mudah-mudahan contoh yang penulis berikan bisa menginspirasi Anda yang sedang mencari ide kalimat yang bagus untuk produk atau perusahaan Anda.

Kalau sudah coba tapi tidak mendapatkan kalimat yang bagus? Penulis ada tips. Pakai saja kata "nya" pada tengah kalimat (sebelum tanda koma), dan akhir kalimat. Kalimat seperti inilah yang paling sering penulis temukan. Mudah sekali membuatnya untuk produk apa pun.

Misal Anda menjual mie. Tinggal sebut apa yang akan Anda tonjolkan. Rasanya enak dan harga murah/ terjangkau?

Misalkan nama produk mie Anda: Mie Cap Jempol. Kalimatnya bisa seperti ini:
"Enak mie-nya, murah harganya."

Anda tukang jahit yang kerjanya cepat dan rapi?
"Cepat selesainya, rapi jahitannya."

Anda jualan bakso:
"Sedap baksonya, terjangkau harganya."

Mudah 'kan? Tapi maksud tulisan ini adalah menebar virus kreatif. Mengajak Anda berpikir kreatif, cari sendiri kalimat yang bagus. Kalau tidak dapat juga, barulah pakai kata ajaib tadi, yakni akhiran "nya."

Kalau mau dibuat kalimat untuk posting dalam labels "Berpikir Kreatif" ini, apa kalimat yang bagus? Penulis cari, dan langsung dapat:

"Berpikir Kreatif, Hasil Positif"

Keren 'kan? Jangan buru-buru menyerah lalu pakai "Kreatif Isinya, Positif Hasilnya" atau "Bagus Tulisannya, Bermanfaat Isinya." Mengapa? Karena yang seperti itu sudah sangat banyak di pasaran. Carilah yang berbeda dari yang lain sehingga produk Anda jadi lebih diingat.

Kreasi Unik di Kantong Belanja

Ada-ada saja ide kreatif yang muncul. Kali ini penulis menampilkan ide kreatif para seniman yang dituangkan di kantong belanja. Semua keren-keren, kecuali gambar kakek yang gantung diri. Kasihan... Kok tega ya? Tidak jelas apakah si kakek itu lukisan atau foto asli. Kalaupun asli, siapa tahu, si kakek malah senang. Pertama jadi terkenal (fotonya ada di mana-mana), kedua tentu saja dapat uang karena dijadikan model.

Penulis hampir menyukai semua (terutama yang gambar pistol), cuma agak kurang suka dengan yang gambar kakek gantung diri tadi. Padahal bisa saja dikreasikan menjadi gambar lain (di ujung tali kantong digambar 1 toples berisi ikan atau sesisir pisang atau yang lain misalnya). Selain tidak tega, jadi serem kalau kantong belanjaan ini digantung di kamar. Tiap terbangun di tengah malam, kita melihat ada kakek gantung diri. Iiih... serem.

Selamat menikmati kreasi kreatif di bawah ini, semoga Anda tertular virus kreatif.


Karya Kreatif Seniman Jalanan

Anda mungkin sering melihat coretan (graffiti) di rambu lalu lintas, tembok jalanan, pintu ruko, dan fasilitas umum lainnya. Bagaimana pendapat Anda?

Menurut penulis, sebagian besar merusak pemandangan. Hanya gambar asal-asalan atau tulisan nama gank/ kelompok mereka. Tidak ada nilai seninya dan tak sedap dipandang. Mungkin karena yang mencoret kurang pintar menggambar? Mungkin saja. Kalau kurang pintar menggambar, sebaiknya coretlah dinding rumah Anda, jangan di fasilitas umum.

Di bawah ini penulis tampilkan beberapa coretan karya seniman jalanan atau boleh juga disebut karya seniman yang bisa dinikmati di jalanan (kayaknya sih... ini bukan di Indonesia). Di beberapa tempat di Bandung penulis pernah melihat mural (lukisan di dinding) karya anak-anak sekolah dan juga seniman yang memang mempercantik kota.

Mudah-mudahan foto-foto di bawah ini menginspirasi yang suka corat-coret untuk membuat karya kreatif yang sedap dipandang mata dan mempercantik kota.

Foto-foto di bawah ini lebih ditekankan pada kejelian pelukis melihat sesuatu dan menjadikannya bagian dari lukisan atau ide yang pas untuk sebuah gambar yang tepat. Seperti rumput liar di trotoar yang jadi pompom yang biasa dipakai cheerleaders, dan mulut terowongan yang dibuat jadi gambar mulut manusia yang "menelan" setiap mobil yang lewat, dan tutup saluran air yang selalu mengeluarkan uap panas dilukis jadi secangkir kopi panas. Kreatif ya?



Rumput di Trotoar Jadi Pompom


Terowongan Jadi Mulut


Penutup Lubang Saluran Air Jadi Secangkir Kopi Panas


Posting ini mirip dengan posting sebelumnya dengan judul: "Ide Kreatif: Manfaatkan yang Ada." Untuk membacanya, silakan klik: "Ide Kreatif: Manfaatkan yang Ada"


Ide Kreatif: Hebatnya Produk Kami

Dhika (putra penulis) sering bertanya apa benar kejadiannya seperti iklan di TV? Misalnya setelah minum susu tersebut anak jadi cerdas. Tentu tidak persis seperti itu.

Biaya iklan sangat mahal, maka iklan pun dibuat dengan durasi sependek mungkin (yang penting target dari pembuatan iklan itu tercapai). Dengan durasi yang singkat, tentu serba terbatas. Yang terpenting, image produk itu melekat ke benak calon konsumen.

Bagi anak kecil, semua tayangan iklan jadi terlihat serba instan. Makan produk ini langsung hebat, minum produk ini langsung kuat. Pakai shampo ini rambut langsung hitam, tebal, dan sebagainya. Padahal harus dikonsumsi teratur sekian kali dan hasilnya pun tak sefantastis yang terlihat di iklan. Yah... namanya juga iklan.

Tapi jangan remehkan iklan tersebut. Iklan yang unik dan paling sering disaksikan jadi melekat di benak konsumen. Sebut saja obat. Kalau Anda batuk, merek yang pertama kali teringat tentu yang paling sering diiklankan atau yang iklannya unik. Yang unik dan menarik jadi gampang diingat.

Kali ini penulis memberikan contoh iklan kreatif di jalanan. Iklan yang dibuat ini tidak berupa papan reklame/ baliho besar yang menampilkan gambar produk mereka dan tulisan segala kehebatan produk tersebut. Para kreator di belakang iklan ini mencari tempat yang pas untuk pencitraan produk mereka. "Lihatlah tajamnya pisau produk kami yang mampu membelah tiang listrik" atau "Jangankan rambut, kabel listrik yang kusut pun bisa dirapikan dengan shampo kami" mungkin kira-kira pesan yang akan disampaikan.

Kreatif 'kan? Tanpa banyak tulisan, iklan ini sudah "mengatakan" keunggulan mereka. Anda terinspirasi dengan iklan di bawah ini?









abcs