Simpan Foto di Photobucket

Banyak situs yang menyediakan tempat untuk menyimpan foto. Di ponsel Android ada instagram, di internet ada Flickr. Pengguna FaceBook bisa menyimpan foto di akun FaceBook-nya, di blog juga bisa (bisa dalam bentuk draf yang hanya bisa dilihat pemilik blog atau dipublikasi sehingga bisa dilihat semua orang).

Anda juga bisa menyimpan foto di tempat Anda menyimpan file. Khusus untuk foto ada: Google Drive, Picasa, Imageshack, dan lain-lain.

Tapi untuk keperluan blog, penulis menyimpan foto di Photobucket. Penulis tidak bisa memasukkan foto/ gambar animasi (.gif) langsung ke blog. Teman memberitahukan agar buka aku dulu diPhotobucket, unggah dulu foto ke sana, baru ambil script-nya untuk ditaruh di blog. Dengan cara ini barulah foto berekstensi .gif bisa tampil di blog.



Selengkapnya, silakan klik: Fasilitas dan Kreativitas di Dunia Maya

Belajar Sportivitas dari Sea Games

Usai Sea Games ke-26 (Jakarta-Palembang, 11-22 Nov 2011), penulis berselancar di dunia maya dan menemukan 2 berita menarik. Sama-sama dari dunia olahraga (yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas). Satu dari cabang sepakbola, dan satu lagi dari pencak silat (olahraga asal Indonesia). Namun kedua berita tersebut saling bertolak belakang: satu tentang sportifnya seorang pelatih, satu lagi atlet (termasuk ketua penyelenggara cabang pencak silat dan wasit?) yang tidak sportif.

Berita lengkapnya (termasuk komentar para pembaca), silakan Anda baca di (klik saja): Rahmad Darmawan: Maaf, Saya Gagal Jalankan Tugas dan Aksi Gigit Pesilat Indonesia.

Untuk RD, penulis sepakat dengan sebagian besar pembaca yang berkomentar. Salut atas keberaniannya secara jujur mengakui bahwa beliau gagal. Sebagian besar pembaca malah salut atas sikap "gentle" seorang RD. Selama ini, yang kita lihat sebaliknya, bila gagal, tokoh di balik itu akan cari kambing hitam. Sikap RD ini malah mendatangkan banyak simpati dan dukungan.

Sebaliknya, Dian Kristanto, pesilat kita (dan para petinggi negeri ini, termasuk juga wasit) mendapat kecaman sebagian besar pembaca.

Olahraga yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas (lebih parahnya lagi ini olahraga asal Indonesia), malah bersikap tidak sportif. Bukankah atlet beladiri identik dengan ksatria? Bagaimana negara kita yang jadi asal olahraga pencak silat bisa disegani dan dihormati kalau begini?

Pesilat kita berlari-lari menghindari lawan lalu ke luar arena pertandingan, bersembunyi di balik punggung wasit, bahkan menggigit bahu lawan. Kalau memang sudah tidak sanggup bertanding (entah kehabisan stamina atau cedera), bukankah lebih baik hal ini diserahkan kepada dokter yang mengawasi pertandingan dan wasit? Jauh lebih terhormat mendapat medali perak daripada dapat medali emas dengan cara seperti ini.

Banyak pembaca yang bahkan menyarankan agar kita mengembalikan medali emas tersebut! Atlet Thailand lebih pantas menerimanya. Karena tindakan tidak sportif itu, di situs berita maupun situs YouTube yang menampilkan video tersebut, bangsa kita jadi bahan olok-olok dan caci maki. Apa mau dikata?

Andai timnas U-23 ingin bermain dengan cara seperti ini saat melawan Malaysia di final Sea Games, bukan mustahil medali emas sepakbola ada di tangan kita. Setelah unggul 1-0, pemain kita selalu membuang bola. Setiap menguasai bola, tendang jauh-jauh ke arah gawang lawan atau buang ke luar lapangan. Tapi apakah kita akan bangga dengan medali emas dengan cara seperti itu? Penulis yakin, kita lebih bangga pada Garuda Muda yang sudah berjuang maksimal dan sportif, meski harus kalah adu penalti dan meraih medali perak. Kalah tapi terhotmat.

Silakan Anda berkomentar. Jangan lupa baca kedua berita tersebut dan tonton videonya (klik tulisan --> YouTube atau klik video di bawah ini).





Video dengan durasi lebih panjang bisa dilihat di sini, klik saja tulisan ini -->
YouTube by KamuLettew
YouTube by Orojiimaru


Hore, Juara Lomba Fotografi

TKK 3 Bina Bakti mengadakan Open House 2011 pada tanggal 4-5 November 2011. Ada pameran hasil karya anak Play Group dan TK, pentas seni, aneka lomba, bazaar, games, serta atraksi badut dan sulap.

Lomba tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga orang tua diminta ikut berpartisipasi.

Penulis memilih lomba fotografi karena tidak perlu persiapan khusus. Memang setiap ada acara, penulis membawa kamera. Acaranya relatif santai, sepanjang hari pertama. Besoknya (Sabtu, 05
November 2011) baru hasil fotonya dikumpulkan ke panitia (Miss Helen pukul 08.00-09.00 WIB).

Jadi ikut saja, sambil menyelam, minum air. Sambil menemani anak (juga mengabadikannya), bisa ikut lomba foto. Kalau menang? Itu bonus.

Keikutsertaan penulis di lomba bertema: Momen Open House ini bukanlah untuk menang (meski keinginan untuk menang itu ada). Siapa sih yang ikut lomba dan berharap kalah?

Melihat peserta lain yang membawa kamera canggih, menciutkan nyali. Maklum saja, penulis bukan orang yang hobby fotografi (tidak ikut klub fotografi, tidak belajar fotografi). Kamera pun, hanya kamera saku yang instan. Siapa pun bisa memakainya, tinggal nyalakan power, lihat obyek yang akan difoto, pencet tombolnya, jadi deh.

Kalau pun penulis diberi pinjaman kamera canggih, penulis juga tak mengerti istilah fotografi seperti kecepatan rana, diafragma, jenis-jenis lensa, dan lain sebagainya.

So, biar pakai bambu runcing, maju dengan semangat 45 melawan musuh yang bersenjata otomatis. Jangan perang terbuka, tapi perang gerilya.

Sabtu, 05 November 2011 penulis tidak mengikuti acara Open House sampai selesai karena cuaca sangat mendung. Hasil lomba biasanya diumumkan di akhir Open House.

Dari hari Senin hingga Rabu (07-09 November 2011) ketika menjemput Revata, penulis sempatkan melihat papan pengumuman. Tak ada pengumuman juara lomba fotografi. Mungkin sudah diumumkan di penututupan Open House dan penulis tidak menang. Ya sudahlah...

Kamis, 10 November 2011 (pas hari pahlawan), saat menjemput Revata, wow... ada piala lomba fotografi. Penulis jadi juara 3. Surprise!

Kalau ada acara lomba fotografi lagi pada Open House TKK 3 Bina Bakti tahun depan, penulis akan ikut lagi? Tidak. Mengapa? Memberi kesempatan kepada orang tua yang lain? Tidak juga. Tahun depan, anak penulis sudah tidak di TK lagi, tapi sudah SD.

Ehm... posting ini tidak bermaksud menyombongkan diri. Penulis juara bukan karena hebat. Hanya berusaha melakukan yang terbaik dan faktor keberuntungan (beruntung jepretan penulis yang memfokuskan pada ketajaman warna-warni pakaian badut yang cerah dan kebetulan tembok yang menjadi latar belakangnya mendukung, terlihat kontras). Dan, di mata juri ini layak dapat juara. Penulis hanya bisa bersyukur. Pesan yang ingin disampaikan: Jangan menyerah sebelum mencoba. Awalnya penulis pesimis bisa menang melihat peserta lain datang dengan kamera fotografer bak profesional dengan lensa tele yang panjang. Abadikan sebanyak mungkin momen yang dianggap menarik dan tak biasa, lalu pilih yang terbaik di antara yang ada.

Ibarat lomba mewarnai, kalau tak mampu mewarnai pakai crayon dengan teknik gradasi, warnailah gambar dengan warna yang menarik dan jangan keluar dari garis. Itu saja.


Note:
Terima kasih buat Linda, istri tercinta yang mengambil cuti khusus untuk hadir di Open House ini, menemani Dhika dan Revata sehingga penulis lebih leluasa membidik aneka peristiwa di Open House. Juga terima kasih telah memberi masukan, mana foto yang sebaiknya dicetak dan diikutkan ke lomba. Dan, itu pilihan yang tepat!




Brosur Open House


Ketentuan Lomba Fotografi


Kamera Digital Saku: Canon PowerShot SX130 IS


Piala & Bingkisan


Revata memegang piala lomba fotografi


Badut karya Hendry Filcozwei Jan


Bandung, 11-11-11 pukul 11.11.11 WIB

Masih Pantaskah Disebut Manusia yang Berhati Nurani...???

Miris membaca berita di Yahoo News "Bocah Balita Terlindas Mobil, Orang Tak Peduli" dan lebih miris lagi ketika melihat tayangan video-nya. Sejak menyaksikan tayangannya, seharian perasaan penulis tidak karuan.

Yue Yue, anak perempuan kecil berusia 2 tahun yang terlepas dari pengawasan orangtuanya berjalan menyeberangi jalan raya persis di depan toko milik orangtuanya di Kota Foshan, Cina Selatan. Ia tertabrak mobil van dan terlindas. Setelah terlindas ban depan, sopir tak berperikemanusiaan itu bukannya turun dan menolong tapi malah melindasnya sekali lagi dengan ban belakang. Kemudian Yue Yue dilindas truk lagi. Gilanya lagi, orang yang lalu lalang diam saja.

Ada binatang (misalkan kucing tertabrak pun), seharusnya ada yang menolong. Setidaknya memindahkannya ke tepi jalan, bukan dibiarkan saja atau malah melindasnya lagi. Dari komentar pembaca berita di internet, ada yang berargumen orang takut menolong karena takut malah jadi tertuduh (penabraknya). Ya, kalau yang berkendara, yang berjalan kaki? Cukup teriak saja agar orang di sekitarnya tahu ada anak kecil tertabrak dan sekarat.

Dari sekian orang yang lalu lalang (seakan tak ada kejadian apa-apa padahal bocah malang itu terbaring berdarah-darah meregang nyawa), hanya Chen Xianmei, seorang nenek yang berprofesi sebagai pemulung yang peduli.

Kini Yue Yue terbaring di rumah sakit. Menurut berita, dokter mengatakan Yue Yue dalam keadaan koma dan tak mungkin bertahan hidup. Bahkan ada yang memberitakan Yue Yue sudah meninggal. Tapi berita (update 17 Okt 2011, 8:41 AM) di Shanghailist menyatakan Yue Yue masih hidup. Bertahanlah Yue Yue, semoga nyawamu bisa diselamatkan.

Tautan

Update berita di Shanghailist yang menyatakan
Yue Yue masih hidup.
(Silakan klik gambar di atas ini untuk memperbesar gambarnya.)

Pelajaran dari kejadian ini:
  1. Orangtua jangan lengah menjaga anaknya, apalagi anak balita.
  2. Seorang pemulung (yang sering dipandang sebelah mata) lebih mulia hatinya daripada orang-orang di sekelilingnya yang berlalu lalang tanpa berbuat apa pun.
  3. Harusnya kita lebih peduli kepada sesama.


Yue Yue dalam perawatan tim medis. (sumber: Shanghailist)

Ini links ke video YouTube-nya (silakan klik):
Masih Pantaskah Disebut Manusia yang Berhati Nurani...???
atau lihat video di bawah ini:


Update:
Setelah seminggu koma (sejak Kamis, 13 Oktober 2011) akhirnya Jumat, 21 Okt 2011 Wang Yue (Yue Yue) meninggal dunia. Silakan baca di: Seminggu Koma, Balita Cina Yue Yue Meninggal dan Yue Yue Meninggal, China Tuntaskan Penyelidikan.

Selamat jalan Yue Yue...




Yue Yue semasa hidup (sumber: Thedailywh)


Yue Yue (semasa hidup) bersama Mama (sumber: Gugling)


Yue Yue bersama Papa dan Kakak Laki-Lakinya (sumber: Sesawi)

TautanChen Xianmei, Sang Penolong (sumber: Leonhart90)


Bacaan Referensi:
  1. Blog Rekor
  2. Gugling
  3. Kaskus

Tahan Sejenak Amarah Anda

 


Dalam suatu perjalanan, kereta api memperlambat lajunya dan berhenti di sebuah stasiun. Naiklah seorang ibu dengan 2 anaknya yang masih kecil-kecil ke dalam salah satu gerbong.

Penumpang sudah cukup padat. Beruntung sang ibu dan kedua anaknya bisa mendapatkan tempat duduk.

Awalnya kedua anak kecil itu duduk tenang. Tak lama kemudian, mereka mulai berlarian sambil berteriak-teriak.

Mereka juga naik ke tempat duduk, menarik bacaan para penumpang. Keduanya membuat suasana jadi gaduh dan tidak nyaman.

Setelah cukup lama menahan diri, seorang bapak yang duduk di sebelah sang ibu menegur, "Bu, kenapa Anda membiarkan saja kedua anak Anda membuat ribut dan mengganggu seisi gerbong?"

Seakan baru tersadar, sang ibu menjawab perlahan, "Saya masih bingung bagaimana menjelaskan kepada mereka begitu kami sampai di rumah sakit untuk menjemput jenazah ayahnya."

Ternyata sang ibu mendapat pemberitahuan bahwa suaminya sudah menjadi jasad di rumah sakit karena meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dia sekarang dalam perjalanan dengan anak-anaknya ke rumah sakit.

Seketika si bapak yang bertanya terdiam. Segera dari mulut ke kuping tersebar informasi tersebut dan semua penumpang yang tadinya merasa terganggu, berganti iba dan bersimpati.

Alih-alih marah kepada anak-anak yang gaduh dan ibunya yang terlihat cuek, sebagian penumpang malah mulai ikut bermain dan bercanda dengan kedua anak itu.

Setelah mengetahui lengkap/persis apa yang terjadi, reaksi penumpang berbalik 180 derajat.

Demikianlah dalam kehidupan. Mengetahui lengkap dibanding hanya sebagian, sangat mungkin membuat perbedaan respon seseorang terhadap suatu masalah/kejadian.

Di saat Anda mau marah, jika memungkinkan, cobalah tahan sejenak dan cari tahu lebih banyak. Dengan tambahan informasi, mungkin kemarahan Anda jadi batal sehingga tidak muncul penyesalan kemudian.


Kiriman Oei Cipta Wijaya via BBM


Sumber foto: Ilustrasi kecelakaan dan Suasana di dalam kereta api

Bagaimana Logika Berbahasa Seperti Ini???

Penulis bukanlah pakar bahasa Indonesia, hanya suka mengamati dan berusaha menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Kemarin (10-10-2011) waktu menjelajah dunia maya, penulis menemukan berita, yang menurut penulis kurang bagus. Bukan soal isi beritanya, tapi kalimat yang dituliskan di sana terasa tidak berhubungan (bingung dengan logika berbahasa penulis berita tersebut). Berita tersebut dari (silakan klik tulisan warna merah dan biru ini untuk mengeceknya): Kapan Lagi, yang kemudian dikutip Yahoo News. Judul berita tersebut: Poppy Dharsono Cerita Kenangan Terakhir Moerdiono.

Ini kutipan alinea ke-4 dari Yahoo News tersebut:

"Pesan dari bapak, kita harus berupaya tetap sehat. Sakit itu menyedihkan. Sakit kurang baik, jadi hidup sehat dari sekarang. Bapak orangnya disiplin, sistem kementerian itu diterapkan di rumah. Setelah ini saya selalu design baju," ujar Poppy.

Coba Anda perhatikan tulisan yang dicetak tebal. Bagaimana logikanya cerita disiplin lalu desain baju. Yang menulis berita tidak teliti, yang mengutip ceroboh. Klop!

Penulis juga menuliskan komentar di Yahoo News, jadi sangat mungkin, setelah mereka baca, tulisan berita itu bisa diralat. Jadi biar ada buktinya, ini penulis lampirkan untuk Anda. Untuk memperbesar, silakan klik pada gambar.

Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar.
 
Berita di Kapan Lagi
(yang sudah dibaca: 2.146 kali)


Berita di Yahoo News




Komentar Penulis di Yahoo News
(lumayan ada 2 yang kasih jempol)





Sumber: Kapan Lagi


Setelah membacanya, apa pendapat Anda? Silakan berikan komentar Anda di bawah ini.

Mata Hati = Kata Hati

Semalam (Senin, 10-10-2011) penulis sempatkan untuk menyaksikan tayangan Mata Hati yang dipandu Mas Maman Suherman dengan bintang tamu Widyawati. Pada episode pertama, penulis hanya sempat menyaksikan sekilas.

Waktu pertama menyaksikan tayangan Mata Hati (setelah diberitahu Mas Maman via SMS), saya langsung teringat Hitam Putih-nya Deddy Corbuzier. Apanya yang mirip? Sama-sama mewancarai artis, setting panggungnya sama (bintang tamu duduk di sofa di sisi kiri, host di meja di sisi kanan), dan kepala host-nya sama-sama gundul!

"Ya Mas, memang setting panggungnya sama dengan Ray Leno, tapi percayalah acaranya akan berbeda" begitu salah satu balasan SMS Mas Maman. Kami akan mengambil sisi yang berbeda, begitulah inti percakapan saya dengan Mas Maman via SMS.

Penulis percaya itu. Mas Maman memang baru di layar kaca, tapi di dunia media, beliau bukan orang baru. Beliau sudah banyak makan asam garam dunia media massa. Pernah jadi wartawan, sampai jadi pemimpin redaksi SeRu! (sudah almarhum hehehe) yang juga terbitan Kompas Gramedia. Juga sempat punya acara Pasti SeRu! di TV7 saat stasiun TV tersebut masih milik Kompas Gramedia sebelum diambil alih Trans Corp. dan berubah nama jadi Trans7. Sempat mencapai posisi bagus di Avicom (lalu mundur karena mempertahankan prinsip, jadi kayak almarhum Sophan Sophiaan nih), dan sekarang muncul sebagai pembawa acara Mata Hati di KompasTV (balik ke Kompas Gramedia lagi). Dulu di belakang layar, sekarang di depan layar.

Mata Hati mengingatkan penulis akan jingle iklan Kompas yang dulu pernah penulis dengar di iklan, yang sepotong syair-nya: "...Kompas Mata Hati, Kompas Kata Hati..."

Episode semalam menampilkan Widyawati sebagai bintang tamu dan menghadirkan 2 sahabat pasangan sejati Sophan Sophiaan - Widyawati: Hengky Sulaiman dan Slamet Rahardjo Djarot.

Memang agak berbeda bila pewawancara adalah mantan wartawan. Pertanyaan bisa lebih mendalam/ pribadi dan banyak tahu karena memang dulunya pernah mewawancarai narasumber (bukan hanya titipan daftar pertanyaan yang tinggal dibacakan atau info yang dibacakan adalah data yang berhasil dikumpulkan oleh tim produksinya). Ini sedikit perbedaan yang penulis lihat.

Mas Maman juga "sedikit jahil" dengan membacakan data Sophan Sophiaan yang salah (baca: sengaja disalahkan) untuk memancing seberapa jauh Widyawati mengenal sepak terjang belahan jiwanya yang dipertemukan di film Pengantin Remaja tersebut.


Sesuai nama acaranya, Mata Hati, penulis berharap acara ini bukan sekedar wawancara dengan tokoh terkenal, tapi lebih menampilkan sisi humanis sang bintang tamu yang selama ini belum (atau jarang tergali), dengan pendekatan mata hati - kata hati (bicara dari hati ke hati) antara host dengan narasumber.

Ada hal baru yang penulis dapatkan dari Mata Hati episode ini. Penulis jadi tahu sikap jujur seorang Sophan Sophiaan lewat penuturan istri dan kedua sahabatnya. Sikap jujur tanpa kompromi yang tak banyak kita temukan di negeri tercinta ini, hingga beliau memilih mundur dari Ketua Fraksi PDIP di DPR karena melihat begitu banyak ketidakjujuran terjadi di sekelilingnya. Orang di sekitarnya diam saja, tapi almarhum tidak bisa tinggal diam, beliau tetap pada prinsipnya dan itulah sebabnya beliau memutuskan mundur. Hari ini, penulis tambahkan foto Sophan Sophiaan di posting lama penulis, (silakan klik): Masih Adakah Teladan Negeri Ini???


Buat Mas Maman, konsep acara sudah bagus, sekarang tinggal pilihan pemirsa. Tampil di jam tayang Primetime, iklan masih sedikit, adalah tambahan keunggulan Mata Hati. Apakah tampil seminggu sekali (Senin, 21.00-22.00 WIB) juga keunggulan lain sehingga lebih "dikangenin" daripada acara sejenis yang tampil 5 hari dalam seminggu? Semua kembali ke selera pasar (pemirsa). Ada kalanya, acara bagus tapi tetap tak disukai pemirsa. Akankah Mata Hati banyak diminati pemirsa, rating tinggi (lalu iklan banyak ya?), dan akan tayang terus? Penulis berharap, semoga Mata Hati disukai pemirsa dan bertahan lama. Sukses selalu Mas Maman...


NB: Mas Maman, KompasTV sudah bisa dinikmati di seluruh Indonesia belum ya?


Pasangan sejati: Widyawati & Sophan Sophiaan
(sumber foto: Kompas)



Mata Hati yang dipandu Maman Suherman (Sumber: KompasTV)


Ray Leno mewawancarai
Halle Berry (sumber: Allcurious)

Mengapa Alamat Korban ditulis Lengkap oleh Media???

Waktu browsing, penulis menemukan berita berjudul: Takut Diperkosa, Juara Nyanyi di Beijing Lompat dari Angkot di Yahoo News. Alamat korban ditulis lengkap dari gang, RT, RW, nama daerah baru terakhir Pulogadung, Jakata Timur.

Banyak pembaca yang langsung bereaksi. Apa maksud wartawan menuliskan alamat lengkap korban? Bukankah ini bisa membuat korban diancam atau menjadi korban kejahatan berikutnya. Apakah korban terpaksa harus pindah rumah gara-gara pemberitaan tersebut?

Berita tersebut dikutip dari Tribun News: Takut Diperkosa, Juara Vokal di Beijing Lompat dari Angkot. Penulis langsung cek ke Tribun News, ternyata beritanya berbeda.

Menurut penulis, kemungkinan besar memang awalnya Tribun News (penulis: Nurmulia Rekso Purnomo, editor: Johnson Simanjuntak) agak teledor dengan menuliskan alamat lengkap korban (yang langsung di-copy paste oleh Yahoo News), tapi karena protes dari pembaca, langsung alamat tersebut dihilangkan.

Kini justru Yahoo News yang mencantumkan alamat lengkap korban. Buat media massa, seharusnya lebih teliti dalam menurunkan berita. Khusus media online, para editor juga harus sering memantau beritanya. Begitu melihat banyak komentar pembaca, seharusnya editor segera bisa bertindak dengan memperbaiki (dalam hal ini menghilangkan bagian yang akan merugikan korban).

Korban yang sudah jatuh, sangat mungkin akan ditimpa tangga dengan pemberitaan seperti ini.


Berikut ini potongan tersebut yang penulis ambil dari kedua situs berita Yahoo News dan Tribun News. Untuk memperbesar, silakan klik pada gambar di bawah ini:


Berita versi Yahoo News yang dikutip dari Tribun News
(alamat korban memang sengaja penulis hapus
dengan tinta warna merah)


Berita versi Tribun News


Beberapa komentar pembaca Yahoo News

Shgyn: Antara Komputer, Sulap, dan Fotografi

Shgyn (pasti Anda bingung, bagaimana membaca nama ini). Shgyn dibaca Sigin. Namanya unik, tanpa huruf vokal. Orangnya? Menurut saya cenderung pendiam, itu kesan pertama. Kalau sudah kenal dan ngobrol, orangnya asyik.

Saya mengenal Shgyn (kalau tak salah ingat dari internet, di milis para penggila sulap). Shgyn waktu itu seorang guru di sebuah SMA swasta di Bandung. Dari ngobrol via dunia maya, SMS dan telpon, akhirnya bertemu langsung dan main ke rumahnya yang berada tak jauh dari stasiun kereta api Bandung (Jl. Kebun Kawung). Diskusi kami tak jauh dari sulap dan komputer/ internet, karena memang pada dua hal ini kesamaan kami. Shgyn adalah seorang webmaster.

Saat anak sulung penulis berulang tahun, Shgyn juga hadir, bukan hanya sekedar tamu tapi juga jadi fotografer dan isi acara dengan kemahiran tangannya bermain sulap. Anda belum pernah lihat aksi sulapnya? Silakan lihat video YouTube tentang aksi sulap Shgyn (klik saja): Magic of Shgyn (aksinya yang diiringi musik Chariot of Fire dari Vangelis).

Setelah itu Shgyn hijrah ke Jakarta, kerja di bidang IT di sebuah perusahaan besar. Kami masih sering kontak baik via SMS maupun FB. Kalau penulis ada problem tentang komputer dan internet, Shgyn adalah salah satu teman yang sering jadi tempat penulis bertanya. Dari FB-nya, penulis tahu akhir-akhir ini Shgyn sedang menggilai fotografi. Ada cerita tentang hunting foto dan upload hasil karyanya di FB.

Kemarin, saya lihat di FB-nya, ada ucapan selamat. Selamat atas apa ya? Wow... foto jepretan Shgyn keluar sebagai juara pertama pada Canon Photomarathon Indonesia 2011. Jadi juara pertama dari sekitar 2.000 peserta tentu sesuatu yang luar biasa. Shgyn berhak mendapat hadiah k
amera DSLR Canon EOS 60D BODY dan Photo Clinic 8 hari ke Tasmania, Australia. Wow... Selamat buat Shgyn. Salut atas kerja kerasmu yang menghasilkan karya berkualitas dan berkelas.

Berikut ini foto karya Shgyn juara pertama untuk tema: Asri dan foto karya Rus Mulyadi yang jadi juara pertama tema Kering. Untuk memperbesar, silakan klik fotonya.



Asri karya Shgyn


Asri karya Rus Mulyadi




Kedua pemenang #CPMI2011 yang berhak mendapatkan hadiah Photo Clinic ke Tasmania, berpose bersama Joe Kamdani selaku Founder PT.Datascrip. Rus Mulyadi kiri, Shgyn Liong kanan.

Foto-foto lain (juara harapan dan lain-lain), silakan klik: CPMI 2011 dan daftar lengkap pemenang CPMI 2011 (Yogyakarta dan Jakarta) bisa dilihat di: Canon Asia

Sekali lagi, selamat buat Shgyn, sukses selalu...


NB: Anumodana buat Novi Muljana yang sudah mampir, baca, dan berkomentar. Ayo yang lain, kasih komentar dong...

Ketika Uang di Atas Segalanya (bagian 2)

Dhika, putra sulung penulis ikut les bahasa Inggris di sebuah tempat kursus rumahan di dekat sekolahnya. Selain menerima murid les bahasa Inggris, ternyata guru tersebut juga menerima les bahasa Mandarin.

"Waktu les, buku bahasa Inggris dari sekolah juga dibawa ya?" kata Ibu guru les. "Nanti akan dilihat pelajaran bahasa Inggris-nya sudah sejauh mana?" Kalau ada PR akan kita bahas" lanjutnya saat penulis mendaftarkan Dhika dan diwajibkan membayar uang pangkal Rp 50.000.

Suatu hari, Dhika dapat tugas menghafalkan puisi bahasa Mandarin. Yang jadi problem, buku cetak sekolah ini menggunakan buku yang biasa digunakan sekolah di Singapore. Jadi di bawah puisi yang bertulisan kanji tersebut, tak ada tulisan latin cara membacanya. Kalau ada huruf latinnya, penulis bisa mereka-reka bagaimana lafalnya. Meski nyaris buta aksara Tionghua, penulis masih mengerti sedikit percakapan bahasa Mandarin.

Tugas Dhika adalah menghafal puisi tentang rumah yang terdiri dari 4 baris tersebut dan mendeklamasikannya di depan kelas.

Ketika Dhika pulang, penulis menanyakan, "PR-nya sudah selesai?" Ternyata Dhika menggelengkan kepalanya. "Lho... kok belum selesai? Lupa tanya ke Miss?" tanya penulis. "Sudah, kata Miss tidak boleh tanya PR bahasa Mandarin karena Dhika les Inggris" kata Dhika.

Busyet.... baru kali ini penulis menemukan guru yang setega itu. Anak kecil (kelas 2 SD) menanyakan PR bahasa Mandarin kepada guru les bahasa Inggris-nya, dijawab seperti itu. Apa salahnya sekali ini dijawab lalu bilang lain kali tidak boleh tanya PR bahasa Mandarin kalau les bahasa Inggris.

Kalau penulis tanya pada teman di milis bahasa Mandarin, tetangga atau bahkan bertemu orang tak dikenal di jalan (yang mengerti bahasa Mandarin pun) rasanya mereka akan dengan senang hati menjawab. Ini bukan menerjemahkan akte kelahiran, surat kontrak kerja, atau dokumen negara lainnya. Juga bukan menerjemahkan novel untuk diterbitkan dan dijual secara komersial.

Hanya 4 baris kalimat puisi anak kelas 2 SD (yang tentu saja kosa katanya belum rumit). Entah karena memang tak cocok dengan cara guru itu mengajar, Dhika hanya les 1 bulan dan tak melanjutkannya lagi.

Akhirnya penulis minta bantuan Papa penulis (kakek Dhika) menerjemahannya. Berikut hasil terjemahannya (meski Anda, para pembaca blog ini bukan murid les penulis, penulis beritahukan isi puisi tersebut dalam lafal Mandarin dan artinya dalam bahasa Indonesia, GRATIS). Silakan disimak...



Su lin li, chau ti sang
(Di dalam hutan, di atas tanah/ rumput)

Yiu ce fang ce, cen phiau liang
(Ada sebuah rumah, yang sangat indah)

Hung de chiang, li te chuang
(Berdinding merah, berjendela hijau)

Cin se de ta men, san cin kuang
(Berpintu warna emas dan memantulkan cahaya keemasan)



NB:
Waktu mendaftarkan Dhika les di sana, penulis tidak sempat menanyakan nama Miss tersebut, apalagi nama Tionghuanya (karena selain tidak penting, penulis juga tidak siap kalau untuk tahu nama Mandarin-nya pun penulis tidak akan diberitahu karena tidak les Mandarin padanya). Sukses selalu Miss dan pertahankan prinsip hidup Anda. Salut!!!

Bagian pertama silakan klik: Ketika Uang di Atas Segalanya

Kasus Darsem, Siapa yang Salah?

Anda pernah mendengar nama Darsem? Ya, Darsem adalah TKI asal Subang yang terancam hukuman pancung di Arab Saudi beberapa waktu lalu. Nasibnya lebih baik dibanding Ruyati yang akhirnya terlanjur dipancung. Pemberitaan media menarik simpati banyak orang. Akhirnya banyak yang rela menyisihkan uangnya untuk menebus/ membayar diyat (pengganti nyawa) sebesar Rp 4,7 miliar.

Rakyat Indonesia bersatu menggalang dana. Kalau pemerintah tak sanggup membayar, rakyat sanggup. Penggalangan dana sepert ini sudah beberapa kali dilakukan seperti koin untuk Bilqis. Stasiun TV swasta menggalang dana, dan cukup banyak uang yang terkumpul.

Tapi akhirnya uang Rp 4,7 milyar itu dibayar oleh pemerintah dan Darsem selamat dari hukuman pancung. Menurut pemberitaan, Darsem menerima sumbangan dari masyarakat Indonesia sebesar Rp 1,2 miliar.

Dari sinilah masalah timbul. Menurut pemberitaan, Darsem hanya menyumbang Rp 20 juta untuk keluarga Ruyati. Sisanya? Beli rumah yang termasuk kategori mewah untuk lingkungannya, beli banyak perhiasan emas yang oleh warga sekitar Darsem dijuluki "Toko Emas Berjalan." Bahkan acara sunatan anak semata wayangnya berlangsung dua hari dua malam dengan menyiapkan anggaran Rp 50 juta!

Para donatur pun geram. Selayaknya uang sumbangan itu juga digunakan untuk membantu TKI (banyak TKI yang mengalami musibah, sakit/ cacat seumur hidup sepulang dari luar negeri, dll.). Warga sekitar jadi benci karena Darsem tidak lagi ramah dan senang foya-foya. Bahkan ada surat ancaman yang mengatasnamakan ratusan ribu masyarakat penyumbang bahwa mereka akan menarik dana sumbangan yang telah diterima Darsem.

Di bawah berita tentang Darsem tersebut banyak sekali komentar pembaca, ada yang positif (membela), ada yang netral, dan tentu yang paling banyak berupa sekali caci maki. Ini kutipan komentarnya:

Positif: Buat Saudara-saudaraku semuanya, baik liputan6 SCTV dan pemirsa tidak usah saling menyalahkan siapa yang salah, adalah sudah hak Darsem uang 1,2 M, digunakan untuk apa adalah hak Darsem juga.

Netral:
Yang menyumbang harus iklas, yang menerima sumbangan harus amanah.
Negatif: Sem Darsem... mending kamu dipancung aja di Saudi... Kelakuanmu... Memang kamu gak tau diri...
Dalam kasus ini, salah siapa? Donatur, penerima sumbangan, atau yang menggalang dana? Penulis tidak akan berkomentar, silakan Anda renungkan sendiri.


Berikut beberapa links ke berita tentang Darsem:
Yahoo News: Dinilai Foya-foya Darsem Diancam Donatur
Liputan6: Darsem Bangun Rumah Baru
Liputan6: Darsem Dianggap Lupa Daratan

Coba klik juga ini: 345 TKI Terancam Hukuman Mati

Links ke Info Pengobatan Alternatif Gagal Ginjal

Posting ini saya buat untuk membantu teman yang membutuhkan info tentang pengobatan alternatif gagal ginjal. Saya tidak punya referensi (misalnya teman dengan penyakit sama berobat lalu sembuh), sehingga saya tidak bisa memberikan referensi.

Saya hanya mencoba googling, mencarikan situs/ blog yang menyajikan info tersebut, baca sekilas, lalu memasangnya di bawah ini.

Buat rekan-rekan yang mengalami hal sama atau butuh info yang sama, silakan klik satu persatu links di bawah ini. Semua diserahkan kepada Anda, pilih mana yang menurut Anda terbaik. Seandainya itu berisi info tanaman yang bisa dijadikan obat, mungkin Anda akan memilih tanaman mana yang mudah diperoleh di daerah Anda. Kalau ada links ke obat tertentu, semata-mata hanya info, tidak ada niatan tersembunyi mempromosikan obat tersebut. Links ini akan terus ditambah bila penulis menemukan yang baru dan dirasa bagus.

Selamat membaca, semoga menemukan info yang bermanfaat dan bisa sembuh seperti sediakala.

Ini links-nya (links disusun berdasarkan abjad judul artikel). Langsung klik tulisan berwarna (selain hitam). Jangan lupa, jari tangan kiri selalu menekan tombol Control (Ctrl) saat tangan kanan klik links:


  1. Cara Aman Mengobati Gagal Ginjal (iklan obat)
  2. Cuci Darah Bisa Dicegah (iklan obat)
  3. Daun Sukun Sembuhkan Sakit Ginjal dan Jantung
  4. Gagal Ginjal (iklan obat)
  5. Gagal Ginjal (iklan obat)
  6. Gagal Ginjal Kronik (coba lihat komentar Iskandar di Bogor)
  7. Gagal Ginjal Kronis (ada info obat herbal-nya 
  8. Herbal untuk Gagal Ginjal
  9. Khasiat Xamthone Plus untuk Gagal Ginjal (iklan obat)
  10. Kumis Kucing, Obat Gagal Ginjal
  11. Mengobati Ginjal dengan Kedelai
  12. Obat Alternatfi Gagal Ginjal (iklan obat)
  13. Obat Gagal Ginjal (iklan obat)
  14. Obat Ginjal, dari Kumis Kucing hingga Sambiloto
  15. Obat Herbal Gagal Ginjal (iklan obat)
  16. Obat Tradisional Ginjal (iklan obat)
  17. Obat Tradisional Gagal Ginjal 2 (iklan obat)
  18. Obat Tradisional Gangguan Ginjal, Batu Empedu, Kencing Nanah
  19. Obat Tradisional untuk Menyembuhkan Sakit Ginjal
  20. Pengobatan Alternatif: Pasien Gagal Ginjal Hati-hati (Sebuah Pemikiran)
  21. Pengobatan Herbal Penyakit Gagal Ginjal (iklan obat)
  22. Pengobatan Herbal Ginjal dan Liver (iklan obat)
  23. Pengobatan Tradisional Gagal Ginjal
  24. Pengobatan Tradisional untuk Gagal Ginjal
  25. Penyakit Gagal Ginjal (hanya ulasan tentang gagal ginjal)
  26. Propolis, Stop Cuci Darah Gagal Ginjal (iklan obat)
  27. Resep Obat Herbal untuk Gagal Ginjal
  28. Sugianto - Bandung, Penderita Gagal Ginjal yang Sembuh (iklan obat)
  29. Tanaman Obat Tradisional Untuk Mengobati Gangguan Fungsi Ginjal
  30. Web Rumah Sakit di Singapura

Ketika Uang di Atas Segalanya


Undangan Pernikahan Berbentuk Unik (Kubus)
dengan 6 Bahasa Berbeda di ke-6 Sisinya


Uang bukanlah segalanya, tapi kenyataannya: hampir bisa dikatakan di dunia ini segalanya butuh uang. Itulah kenyataannya. Tapi apakah lantas semua hal di dunia ini harus selalu kita kenakan tarif tanpa pandang bulu?

Sewaktu memutuskan akan menikah, penulis dan istri (dulu masih calon istri), sepakat untuk membuat undangan pernikahan yang unik agar nantinya tercatatat di Muri (Muesum Rekor dunia Indonesia). Syukur rencana kami tercapai, undangan kami tercatat di Muri, silakan klik: Undangan Pernikahan Unik 6 Bahasa.
Tautan
Kami ke sana ke mari untuk mencari bantuan menerjemahkan beberapa kata atau kalimat singkat yang akan kami pakai di undangan pernikahan tersebut. Contohnya: undangan pernikahan, mohon maaf bila ada kesalahan penulisan nama dan gelar, hormat kami, kedua mempelai, dan sejenisnya. Hanya beberapa kata atau kalimat singkat karena selebihnya tentu nama kami dan keluarga besar, tanggal, lokasi, waktu pernikahan.

Tiap sisi undangan berisi kata yang berbeda. Misalkan sisi atas undangan hanya bertulisan: Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar dalam bahasa Inggris. Atau di sisi lain: Undangan Pernikahan Hendry Filcozwei Jan dan Linda (dalam bahasa Prancis). Jadi kata atau kalimat yang akan diterjemahkan sangat singkat.

Memang kata atau kalimat yang diterjemahkan sedikit, namun bantuan tersebut sangat besar artinya bagi kami. Untungnya kami bertemu dengan banyak teman yang secara sukarela membantu kami (nama-nama mereka sudah kami abadikan di "Buku Mini Tanda Kasih" souvenir pernikahan kami yang juga tercatat sebagai rekor Muri (silakan klik: "Buku Mini Tanda Kasih").

Bahasa Inggris kami dibantu Tjang Kian Long (dosen bahasa Inggris kenalan penulis), bahasa Prancis kami dibantu Pak Hendra Setiawan dari Pusat Kebudayaan Prancis, bahasa Mandarin kami dibantu Chen Liang Sin Sien Sheng (teman dari Papa penulis), bahasa Pali kami kutip dari kitab Dhammapada, bahasa Indonesia kami yang menuliskannya sendiri.

Yang seru tentu perjuangan mencari orang yang mau membantu menerjemahkan bahasa Jerman. Kami pergi ke sebuah lembaga bahasa Jerman di Bandung (tempat tinggal kami). Nama lembaga ini memang terkenal, bahkan penulis kenal nama ini dari buku cetak pelajaran bahasa Jerman (Kontakte Deutsch) saat masih SMA. Sekedar info, dalam nama penulis sendiri ada unsur bahasa Jerman: zwei (dua, penulis anak ke-2 dari 4 bersaudara).

Kami tiba di lembaga bahasa Jerman itu sore hari, lalu kami coba menemui salah satu pengajar di sana. Kali ini kami bernasib kurang beruntung. Ibu yang ingin kami temui tidak bersedia menemui kami (mungkin beliau sedang sibuk). Petugas yang berjaga di sana mengatakan ibunya sedang sibuk. Lalu kami titip pesan, "Pak tolong sampaikan, kami akan minta bantuan menerjemahkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman." Akhirnya sang ibu keluar sebentar, kami utarakan maksud kami untuk minta tolong menerjemahkan beberapa kata. "Silakan tinggalkan saja kertasnya, per halaman Rp 50.000" katanya.

Kami coba menjelaskan, kami hanya minta tolong terjemahkan beberapa kata dan berharap kami dibantu (maksudnya secara gratis). Karena kami pikir ini hanya beberapa kata. Ini bukan terjemahan untuk sebuah buku yang dicetak dan dijual secara komersial. "Ya, sama saja. Satu halaman atau sedikit, tetap sama" lanjutnya. "Busyet...." pikir kami. Semua pekerjaan selalu dihitung dengan uang???

Hari itu menjadi kenangan buruk bagi kami, apalagi saat pulang dari sana, kami yang mengendarai motor diguyur hujan. Tak apa, segala sesuatu memang butuh pengorbanan.

Untungnya di tempat lain kami diterima dengan sangat baik. Seperti di Pusat Kebudayaan Prancis misalnya. Pak Hendra Setiawan langsung menerima kami. Kami jelaskan ingin minta bantuan menerjemahkan kalimat ini ke dalam bahasa Prancis. Beliau menjelaskan, dalam kebiasaan bangsa Prancis, tak ada basa-basi menggunakan kalimat tersebut di dalam undangan. Kalimat seperti itu tidak lazim. "Tak apa Pak, kami hanya ingin undangan pernikahan kami menggunakan 6 bahasa yang berbeda. Biarlah kalau kalimat tersebut tidak lazim atau terlihat aneh atau lucu, kami tetap ingin Bapak bantu menerjemahkan kalimat ini" kata kami. Lalu beliau langsung menuliskan terjemahannya di kertas yang kami bawa.


Setelah undangan jadi, kami mengundang beliau (mengirimkan undangan tersebut kepada beliau). Dan surprise sekali bagi kami, beliau dan beberapa rekan beliau hadir di pesta pernikahan kami!

Oh ya, akhirnya kami dapat bantuan dari teman penulis bernama Yandy Sulaiman yang bantu menerjemahkan kata-kata yang kami inginkan ke dalam bahasa Jerman. Sama dengan yang lainnya, bantuan ini GRATIS!


Pengalaman meminta bantuan menerjemahkan beberapa kata ke dalam bahasa berbagai bahasa memberi kami banyak pelajaran. Di dunia ini ada banyak sekali karakter manusia. Di tengah jaman yang modern ini, masih banyak yang dengan sukarela membantu tanpa pamrih. Tapi di sisi lain, ada juga yang ekstrem, segala kerjanya harus dibayar dengan uang!

Kisah sejenis bagian ke-2, silakan klik:
Ketika Uang di Atas Segalanya (bagian 2)
abcs