Ada banyak rekor terkecil yang sudah tercatat di Muri, misalnya: bidak catur terkecil, lampion terkecil, origami terkecil, replika ketupat terkecil, patung Buddha terkecil, dan masih banyak lagi.
Sejak pertama kali menerima piagam rekor, penulis jadi tertarik dengan berita tentang rekor (baik Indonesia maupun internasional/rekor dunia). Penulis juga giat mempopulerkan kata rekoris sebagai sebutan untuk pemegang rekor (via blog, tulisan di media massa, dan buku yang penulis terbitkan).
Bahagia rasanya, semula kata rekoris belum dipakai, hingga akhirnya sekarang media ramai dan sudah biasa menggunakan kata rekoris sebagai sebutan untuk pemegang rekor. Bahkan buku rekor Muri resmi menggunakan kata rekoris sebagai pengganti kata pemegang rekor. Anda bisa lihat di sini (klik saja): Rekoris.
Penulis sering mendapat pertanyaan via email dan via kolom komentar di blog tentang cara mencatatkan diri di Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia). Agar tidak perlu menjawab pertanyaan satu persatu, akhirnya penulis membuat posting dengan judul "Cara Menjadi Rekoris Muri" agar pengunjung blog yang butuh info tersebut tinggal baca. Posting dibuat dalam bentuk tanya jawab. Yang butuh info tersebut, silakan klik tulisan warna biru di atas ini.
Sekarang ada satu lagi yang sering penulis anjurkan kepada para penanya, yang sebagian besar adalah perseorangan. Buatlah rekor yang keren!
Keren bagaimana? Rekor yang berbiaya murah dan rekor yang lebih tahan lama.
Biaya Besar
Untuk mencatatkan rekor, kita tentu butuh biaya. Carilah yang berbiaya murah. Kriteria rekor Muri ada 4: PPUL (Paling, Pertama, Unik, Langka). Rekor dengan kriteria 2 hingga 4 (Pertama, Unik, Langka), relatif lebih aman dari pemecahan rekor. kalau Anda bisa catatkan rekor dengan kriteria ini, selamat buat Anda karena relatif jarang ada pemecahan rekor untuk kriteria ini.
Kita bahas yang paling atau ter. Ini rekor yang "relatif lebih mudah" diraih (khususnya rekor yang besar, banyak, panjang, dan sebagainya). Rekor yang maksimal (dari segi jumlah orang, bahan, lokasi, biaya, dan lain-lain).
Misalkan saja untuk rekor patung. Ada 2 rekor paling atau ter yakni: mini atau maksi. Patung terkecil atau patung terbesar.
Yang maksi (maksimal), relatif mudah tapi berbiaya mahal dan mudah dipecahkan rekornya. Contoh patung terbesar tadi. Misalkan ada rekor (ini misalnya saja), patung terbesar tingginya 50 meter. Anda ingin pecahkan rekor? Siapkan dana besar, bentuk tim, cari pemahat atau pembuat patung, dan bayar. Anda minta dibuat patung yang lebih tinggi dari 50 meter. Selesai dibuat, kirim pengajuan rekor ke Muri, diverifikasi tim dewan juri Muri, jika benar, Anda terima piagam rekor, tercatat sebagai rekoris Muri.
Rekor sejenis (yang sering diajukan perusahaan atau instansi pemerintah) adalah rekor maksimal seperti ini adalah rekor massal (rekor yang melibatkan banyak orang). Makan tahu dengan peserta terbanyak, keramas dengan peserta terbanyak, ganti oli dengan peserta terbanyak, dan lain-lain. Atau seperti patung terbesar tadi, pembuatan lontong terbesar, pembuatan kursi terbesar, pembuatan kemeja terbesar,... (silakan sesuaikan dengan keahlian Anda). Dan tentunya uang yang besar (banyak).
Mudah Dipecahkan
Risiko rekor yang maksi adalah relatif mudah dipecahkan. Ada sebuah fakta yang penulis dengar dari dewan juri Muri. Pembuatan makanan (nggak usah sebut deh makanannya) terbesar. Minggu ini dewan juri Muri hadir di kota X untuk verifikasi makanan terbesar itu. Dua minggu kemudian, dewan juri akan memverifikasi rekor makanan terbesar yang sama di kota Y (memang makanan tersebut lebih besar daripada yang di kota X). Rekor di kota X hanya bertahan 2 minggu!
Mengapa Tidak Pilih yang Terkecil?
Nah... mengapa Anda sebagai perorangan yang ingin mencatatkan diri sebagai rekoris tidak memilih kategori terkecil?
Patung terbesar, butuh biaya besar. Patung terkecil? Anda bisa membuatnya dari sebatang korek api. Hanya saja masalahnya, Anda mampu atau tidak?
Penulis punya kenalan rekoris pembuat catur terkecil (ia membuat 1 set bisak catur plus papan caturnya). Tiap bidak catur dibuat dari sebatang korek api. Peralatannya hanya sebuah cutter. Penulis yakin hampir semua orang mampu membeli sekotak korek api dan sebuah cutter. Jika Anda mampu membuatnya, tidak banyak orang yang mampu mengalahkan rekor Anda. Untuk memecahkan rekor terkecil, menurut penulis, relatif lebih sulit daripada yang terbesar.
Semua orang mampu menyediakan bahannya, tapi tidak semua orang mampu melakukannya. Di sinilah uniknya.
Ada banyak rekor terkecil yang sudah tercatat di Muri, misalnya: bidak catur terkecil, lampion terkecil, origami terkecil, replika ketupat terkecil, patung Buddha terkecil, dan masih banyak lagi.
Rekoris Perorangan
Nah... blog ini akan mencatat rekor perorangan. Mengapa perorangan? Karena rekor yang dicatatkan perusahaan, instansi pemerintah atau pejabat pemerintah, biasanya sudah ramai diberitakan. Acaranya yang spektakuler dihadiri banyak orang, juga dari media massa, dan tentu saja sudah diberitakan di media cetak dan media elektronik.
Jadi, penulis lebih prioritaskan mencatat rekoris perorangan karena kemampuan sang rekoris lebih terasa. Meski demikian, rekor yang dibuat atas nama beberapa orang, misal tim paduan suara yang sering juara di kompetisi internasional atau tim olahraga yang banyak meraih penghargaan internasional, termasuk yang akan kami catat di sini.
Salut untuk semua yang telah berusaha dan tercatat sebagai rekoris. Meski penulis prioritaskan mencatat rekor perorangan, ini tidak berarti "mengecilkan" rekoris perusahaan atau instansi pemerintah. Semua yang tercatat sebagai rekoris adalah prestasi dan sudah diakui lembaga pencatat rekor.
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar