Hidup Sudah Banyak Masalah, Jangan Cari Masalah


 
 

"Hidup ini sudah sangat banyak masalah, jangan mencari atau menambah masalah ..." itu nasihat yang sering penulis sampaikan kepada kedua putra penulis.

Bagaimana maksudnya mencari masalah? Begini, kita jalani hidup yang "wajar-wajar" saja, patuhi semua peraturan hukum yang ada. Jangan ngebut jika sedang berkendara, pakai helm ketika naik motor, menyeberang jalan di zebra cross atau jembatan penyeberangan, jangan mabuk-mabukan, jangan pakai narkoba, jangan menyetir jika ngantuk, dan lain-lain. Contoh ini baru soal berlalu lintas. Intinya patuhi semua peraturan/undang-undang.

Di luar itu, hal-hal ekstrem juga jangan dilakukan. Tidak usah naik wahana ekstrem seperti roller coaster, ikut arung jeram, dan lain-lain. Untuk hal ini, pasti banyak yang tidak sependapat. Itu terserah kepada pribadi masing-masing. Ini imbauan untuk putra penulis (bukan untuk semua orang). Sejauh ini mereka sepakat dan tidak komplain.

"Kalau sudah ajalnya, sedang duduk di rumah saja bisa meninggal," kalimat sejenis ini yang sering penulis dengar sebagai pembelaan. Entah kasus orang meninggal karena kecelakaan (dia ngebut),  orang sakit kanker paru-paru karena ia perokok berat, dan yang lain. Penulis tidak akan protes atau membantah. Percuma!

Penulis hanya bagikan pemikiran ini kepada kedua putra penulis. Orang sering berkata seperti itu, "Kalau sudah ajalnya, sedang duduk di rumah saja bisa meninggal." Kalimat itu benar, JIKA kita sudah melakukan hal terbaik (sesuai aturan), barulah berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.

Nyetir dalam kondisi mabuk atau nyetir ngebut melebihi batas kecepatan maksimal yang diperbolehkan, atau ngebut dan menerobos lampu merah, lalu tabrakan, kalimat itu tidak berlaku. TIDAK LOGIS dan KONYOL.

Orang sering mengatakan itu sudah ajalnya, sudah takdirnya, tanpa mau memahami apakah orang itu sudah melakukan yang terbaik. Contoh ekstrem-nya begini. Anda mengendarai motor di jalan ramai sambil merem, lalu Anda berkata dalam hati, "Kalau belum ajal, pasti akan aman-aman saja, tidak akan celaka apa lagi sampai meninggal." 

Kita harus berusaha melakukan yang terbaik, setelah itu barulah kita berserah. Jodoh dan rezeki pun seperti itu. Tidak bergaul dengan orang sekitar (menutup diri) atau malas cari kerja atau yang punya toko bukanya siang lalu sore sudah tutup, jangan mengucapkan kalimat,  "Kalau sudah jodohnya pasti akan dapat pasangan, rezeki sudah ada yang atur atau rezeki tidak akan tertukar, kalau memang rezeki pasti tetap jadi milik kita."

Balik ke video di atas. Orang-orang di jembatan sudah melebihi kapasitas yang diperbolehkan, ada yang goyang-goyang jembatan tua (meski baru selesai direnovasi), ada yang tendang-tendang kawat jembatan. Mungkin orang di sana juga berprinsip, "Kalau belum ajalnya, tidak mungkin jembatan ini ambruk dan menyebabkan kematian."

Kita fokus ke kalimat ini, "Hidup ini sudah sangat banyak masalah, jangan mencari atau menambah masalah ..."

Masalah atau bencana atau bahaya ada di mana-mana (ini tentang hal-hal yang dapat menyebabkan kematian). Anda tentu pernah mendengar: Pengemudi Motor Tewas Tertimpa Pohon, Petani Tewas Tersambar Petir, Rem Blong, Truk Tronton Tabrak Mobil-Motor di Lampu Merah Balikpapan, Pengemudi Mobil Tewas Kena Peluru Nyasar saat Polisi Bersihkan Pistol, ... dan yang lainnya.

Kita menjalani kehidupan secara normal (mengikuti aturan yang berlaku). Misalkan saja kasus pengemudi yang tewas terkena peluru nyasar. Dia bukan nyetir sambil mabuk, dia tidak menerobos lampu merah, dia tidak nyetir saat ngantuk

Nah ... kita semua berpeluang seperti itu (tidak ada yang bisa tau ada bencana di mana). Tidak mungkin karena takut tertimpa pohon, begitu lihat di sepanjang jalan ada pohon besar, kita cari jalan lain. Atau turun dari motor, lalu periksa satu per satu apakah pohonnya sudah tua dan rapuh? Atau kisah penjual cakue yang tewas tertabrak mobil XPander (lihat videonya di sini: Lansia setir Xpander tabrak angkot, mobil melompati pembatas jalan, lalu menabrak dan menewaskan pedangang cakue).

Di mana pun bencana bisa terjadi, dan siapa pun bisa jadi korban (termasuk pedagang cakue yang berjualan di depan toko justru tertabrak mobil dari jalur yang berbeda). 

Kalau teman penulis mengucapkan kalimat lain (yang lebih kasar kedengarannya), "Kita semua pasti akan mati, tidak perlu takut mati, tapi juga tidak usahlah cari mati."

Kita semua punya peluang meninggal karena tertabrak mobil (misalnya). Misalkan korban tertabrak truk tronton rem blong saat menunggu lampu merah di Balikpapan. Tidak ada yang tau, mereka justru orang-orang yang tertib berlalu lintas. Atau bisa juga terkena musibah seperti ini (anak-anak sedang tertidur di rumah penitipan anak di Thailand tiba-tiba diberondong peluru oleh mantan polisi), Rumah Ditabrak Truk, Penghuni yang Sedang Tidur Tewas Seketika, dan banyak lagi). Belum lagi bencana alam seperti badai, tsunami, gempa, banjir, dan lain-lain.

Hal itu tak bisa kita hindari, biar itu saja yang kita sebut takdir. Kita jangan melakukan sesuatu yang bisa mengundang masalah (seperti menerobos lampu merah, menerobos pintu perlintasan kereta api yang sudah mulai ditutup, berkendara sambil main ponsel, dan lain-lain). Tanpa merokok pun (tidak keluar uang untuk beli rokok) kita tetap berpeluang terkena kanker paru-paru karena terpapar asap rokok orang lain (perokok pasif), mengapa juga kita harus bayar untuk itu?

Mungkin "tidak terlalu masalah" jika pelaku (entah yang mabuk, ngebut, menerobos lampu merah, ...) meninggal dunia seorang diri karena menabrak pohon. Ia yang melakukan kesalahan, ia yang jadi korban. Apa jadinya kalau orang lain yang tak bersalah jadi korban, terlebih lagi seorang kepala keluarga (tulang punggung keluarga yang tugasnya mencari nafkah) meninggal secara tragis meninggalkan istri dan anak-anaknya???

Ini hanya pendapat pribadi dan hanya untuk kalangan sendiri. Anda tidak harus sependapat dan menjalankan hal yang sama. Kasihan pemilik wisata arung jeram, wahana ekstrem di tempat hiburan, pemilik pabrik rokok, dan yang lainnya. Kalau semua memiliki pendapat yang sama dengan penulis, dunia juga sepi. Bayangkan di Dufan (Dunia Fantasi) tak ada wahana yang memacu adrenalin seperti: Kora-Kora, Pontang-Pontang, Kicir-Kicir, Hysteria, Halilintar, dan Tornado. Cuma ada Istana Boneka, Carousel, dan sejenisnya. Pasti kurang asyik 'kan?

0 Responses

Posting Komentar

abcs