Merokok Bukan Satu-satunya Penyebab Kanker Paru-paru

Minggu, 07 Juli 2019   Dadi Haryadi   

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Sebesar 90 persen kasus kanker paru memang disebabkan kebiasaan merokok, tapi bukan berarti orang yang tidak merokok akan jauh dari penyakit tersebut, justru ada beberapa faktor lain yang menjadi penyebab kanker paru. 

Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia pada Minggu pukul 02.00 WIB di Guangzhou, China, setelah menjalani pengobatan kanker paru-paru. 

Sebelum meninggalkan Tanah Air untuk pengobatan lebih lanjut di Guangzhou pada 15 Juni 2019, Sutopo mengaku kaget dirinya divonis kanker paru stadium empat karena ia bukanlah perokok. 

Setidaknya enam faktor yang menyebabkan berkembangnya sel kanker paru, selain kebiasaan merokok aktif, seperti dikutip dari Antara, Minggu (7/7/2019). 

1. Perokok pasif 
Perokok pasif atau menghirup asap tembakau dari orang lain yang berada di sekitar Anda dapat menjadi penyebab kanker paru. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang tidak merokok yang tinggal dengan perokok memiliki peningkatan risiko kanker 24 persen jika dibandingkan dengan bukan perokok lainnya, bahkan 7.300 kematian akibat kanker paru-paru terjadi setiap tahun di Amerika Serikat yang disebabkan oleh perokok pasif. 

2. Serat asbes 
Serat asbes adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup di jaringan paru-paru setelah terpapar asbes. 

Tempat kerja adalah sumber paparan serat asbes yang umum, karena dulu asbes banyak digunakan untuk bahan isolasi termal. Saat ini, penggunaan asbes terbatas atau dilarang di banyak negara termasuk Amerika Serikat. 

Paparan asbes jangka panjang terkait dengan peningkatan risiko kanker paru-paru. Penambang, pekerja pabrik atau orang yang mungkin menghirup serat asbes memiliki risiko lebih besar terkena kanker paru-paru. 

3. Gas radon 
Radon adalah gas inert alami yang secara kimia merupakan produk peluruhan alami uranium. Gas itu meluruh untuk membentuk produk yang memancarkan jenis radiasi ion. Gas radon diketahui sebagai penyebab kanker paru-paru, dengan perkiraan 12 persen kematian akibat kanker paru-paru disebabkan oleh gas radon, atau 15.000 hingga 22.000 kematian terkait kanker paru-paru setiap tahun di AS. 

Gas radon dapat melakukan perjalanan melalui tanah dan memasuki rumah melalui celah di fondasi, pipa, saluran air, atau lubang lainnya. Badan Perlindungan Lingkungan AS memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumah di AS mengandung tingkat gas radon yang berbahaya. Gas radon tidak terlihat dan tidak berbau, tetapi dapat dideteksi dengan alat tes sederhana. 

4. Genetik 
Faktor genetik juga dapat berperan dalam peluang seseorang terkena kanker paru-paru. Riwayat keluarga dengan kanker paru-paru mungkin menimbulkan risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Jika orang lain di keluarga Anda pernah atau pernah menderita kanker paru-paru, penting untuk mengungkapkan hal ini ke dokter Anda. 

5. Menghirup bahan kimia 
Menghirup bahan kimia atau mineral, seperti asbes, arsenik, kromium, nikel, jelaga, atau tar dari waktu ke waktu dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada seseorang. Pekerja di industri manufaktur atau pertambangan tertentu mungkin memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap bahan kimia ini. 

6. Polusi Partikel 
Polusi partikel mengacu pada campuran partikel padat dan cair yang sangat kecil di udara yang kita hirup. Bukti menunjukkan bahwa polusi partikel seperti yang berasal dari asap knalpot dan polusi udara dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Penulis: Dadi Haryadi
Editor : Dadi Haryadi

Sumber: AyoBandung
---------


Anda mau merokok, orang lain tak bisa melarang. Itu hak asasi Anda. Tapi tidakkah Anda berpikir, Anda bisa menjadi "pembunuh" bagi orang di sekitar Anda. Orang lain itu (selain Anda), bukan cuma seperti Pak  Sutopo Purwo Nugroho di dalam berita di atas. Orang lain itu bisa istri Anda, anak Anda, orangtua Anda, kakak dan adik Anda, juga kerabat Anda yang lain.


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.

Mulai 2014, Bikin KTP, KK, dan Akta Kelahiran GRATIS

Petugas mengujicoba penggunaan mesin pembaca chip e-KTP (card reader) di Kementerian Dalam Negeri, Rabu (8/5/2013). Kementerian Dalam Negeri menghimbau kepada seluruh instansi pemerintah dan perbankan untuk menyediakan card reader e-KTP, sebab terhitung sejak 1 Januari 2014 KTP non elektronik tidak berlaku lagi. Selain itu e-KTP juga tidak boleh difotocopy karena dapat merusak chip.(KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

JAKARTA, KOMPAS.com —
Proses pengurusan dan penerbitan semua dokumen kependudukan, mulai dari akta kelahiran, kartu tanda penduduk (KTP) elektronik, hingga akta kematian akan bebas dari pungutan biaya.

Hal ini tercantum dalam Rancangan Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan yang baru saja disahkan dalam forum rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Selasa (26/11/2013).

Wakil Ketua Komisi II DPR Arief Wibowo menuturkan, pengurusan dan penerbitan itu meliputi penerbitan baru, penggantian karena rusak atau hilang, perbaikan akibat salah tulis, dan atau akibat perubahan elemen data.

"Dengan demikian, diharapkan, semua warga negara dapat dengan mudah memiliki segala dokumen kependudukan yang diperlukan," ujar Arief saat membacakan laporan Komisi II DPR terkait proses pembahasan RUU yang sudah diusulkan sejak tahun 2012 ini.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, semua anggaran untuk penerbitan dokumen itu sudah ditanggung oleh anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk sama-sama mengawasi aparatur perangkat daerah untuk memastikan bahwa tidak ada pungutan liar (pungli) yang terjadi dalam proses kepengurusan data kependudukan. Ia meminta agar masyarakat segera melapor jika ada aparat yang mengumpulkan pungli.

"Apa pun dokumen kependudukannya, mulai dari akta kelahiran, ada KTP, akta kematian, tidak boleh dipungut biaya. Semua anggaran itu akan dibiayai pemerintah pusat," katanya.

Sebelumnya, Gamawan menuturkan bahwa pemberlakuan biaya gratis dalam membuat dokumen kependudukan itu akan dimulai sejak awal Januari 2014. Pemerintah mengingatkan, aparat yang masih memungut biaya diancam dengan  pidana dua tahun penjara atau denda seberat-beratnya Rp 25 juta.

Selain itu, semua penerbitan dokumen kependudukan dikeluarkan oleh dinas  kependudukan dan catatan sipil (disdukcapil) di semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, warga tidak perlu lagi ke pengadilan hanya untuk mendapatkan akta kelahiran.


Penulis : Sabrina Asril 
Editor: Hindar Liauw

Sumber: Kompas


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mulai 2014, Bikin KTP, KK, dan Akta Kelahiran Gratis!", https://nasional.kompas.com/read/2013/11/26/1821506/Mulai.2014.Bikin.KTP.KK.dan.Akta.Kelahiran.Gratis..
Penulis : Sabrina Asril

Link ke berita sejenis: 
  1. Pembuatan Akte Lahir, KTP, dan KK Kini Gratis (Tempo)
  2. Catat! Pungli KTP, PNS Bisa Dibui 6 Tahun atau Denda Rp 75 Juta (Detik)
  3. Kalau Masih Ada Pungli, Bisa Dibui Atau Denda Rp 75 Juta (RMOL)
  4. Kemendagri: Urus E-KTP Gratis, Jangan Pernah Mau Bayar (Viva)
  5. Pembuatan e-KTP Gratis atau Berbayar? ( www.lapor.go.id)
  6. Pembuatan e-KTP Keluarkan Biaya? Segera LAPOR-kan (Pikiran Rakyat)

Pencak Silat Memeluk Semua yang Mencintainya

 

29 Agustus 2018

Segala hal tentang hidupku serupa paradoks.

Aku seorang perempuan. Aku berdarah Tionghoa dan papaku warga negara Singapura. Aku bertarung untuk Indonesia.

Ada sebuah streotipe di negara ini bahwa orang-orang Tionghoa pasti mapan dan berada. Tentu saja itu omong kosong. Percayalah, jika situasi ekonomi setiap keluarga ibarat garis start bagi anak-anak yang terlahir darinya, aku mulai jauh, jauh, dari belakang.

Pada mulanya keluarga kami berkecukupan. Namun, suatu ketika Papa, yang berbisnis kayu, ditipu rekannya sendiri. Hidup seketika jadi bak abu di atas tanggul. Segalanya goyah, lalu ambruk. Bank menyita rumah, mobil, dan harta lainnya. Hidup di kota semakin menekan. Kemiskinan mendesak kami ke tepi.

Papa memboyong seluruh keluarganya ke kampung halaman Mama di Ciamis. Tinggal di kota kecil tak serta merta membuat hidup kami membaik. Papa enggan menumpang di rumah nenek karena ia enggan jadi beban. Ia ingin mandiri walau sulit.

Kami tinggal di rumah kontrakan yang sempit. Papa dan Mama mencoba bangkit berkali-kali, mulai dari berjualan bakso hingga barang-barang kelontong. Kami berdiri, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi.

Utang membengkak. Kami bahkan tak sanggup menanggung biaya keperluan sehari-hari seperti beras, minyak, gula dan lain-lain. Suatu kali listrik rumah kami diputus karena pembayaran terlalu lama ditunggak. Bermalam-malam gelap gulita. Untuk mengecas ponsel Papa, satu-satunya alat komunikasi kami, aku terpaksa menumpang di rumah tetangga.

“Memang listrik punya nenek moyang lu?”

Bentakan itu akan selalu tergiang dalam kepalaku.

Papa bernama asli Yeo Meng Tong. Ketika ia masih berduit, orang-orang memanggilnya Mr. Tong dengan lagak manis. Begitu kami kere, orang enteng saja menyapanya Atong. Terkadang malah Otong. Itu membuatku jengkel. Kau tahulah, itu nama yang sering diberikan laki-laki buat alat kelaminnya sendiri.

Bagaimana pun, aku selalu merasa beruntung memiliki Papa yang tangguh dan penyabar. Dia tak pernah menyuruh istri atau anak-anaknya bekerja buat meringankan bebannya. Bahkan hal-hal sepele seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring, sering ia lakukan sendiri.

Aku pernah memergokinya berkata, dengan mesra, kepada Mama: “Biar Papa saja.” Papa adalah pemimpin keluarga kami, dan ia mengerti bahwa pemimpin sejatinya ialah pelayan.

Papa tak banyak bicara. Dia selalu memberi contoh dengan tindakan. Sifat konsekuen papa mulai kutiru sejak aku kecil. Sedari dulu aku sudah menyadari aku harus punya andil dalam keluarga ini.


Sejak kecil aku terbiasa bergaul dengan laki-laki. Aku jago bermain kartu dan gundu. Jika menang, gundu dan kartu mereka yang kumenangkan bisa kujual kembali. Uangnya kuserahkan ke Mama.

Itu bukan satu-satunya trik yang kupunya buat mencari uang. Bukan, bukan beternak tuyul. Dulu, ada snack berharga Rp 500 yang kadang berisi hadiah uang Rp 5.000. Di warung langgananku, satu demi satu bungkus snack itu kukocok, kutimbang, kudengarkan bunyinya. Kalau cocok, aku ambil. Jika tidak, dengan polosnya aku akan berlalu meninggalkan penjaga warung yang cemberut karena barang dagangannya aku acak-acak. Konyol, jelas. Naif, mungkin. Tapi kisah itu benar belaka.

Saat aku lahir, Papa menamaiku Yeo Chuwey. Dalam bahasa Indonesia, artinya cukup keren: nomor satu yang paling bersinar. Sayang, kegaduhan politik di Indonesia waktu itu membuat Papa berpikir nama Tionghoa hanya akan membuat hidupku makin sulit. Maka, di akta kelahiranku tertera nama utama yang “lebih Indonesia”: Wewey Wita.

Sampai di sini, setelah mengetahui latar belakang keluargaku, kau mungkin mengira aku seorang atlet badminton, wushu, kungfu, basket, bridge, atau olahraga-olahraga yang telanjur lekat dengan etnis Tionghoa. Salah, aku adalah seorang pesilat.

Pencak silat cenderung lebih dekat dengan identitas keindonesiaan yang dibatasi pada satu entitas yakni etnis Melayu. Berkulit coklat, bukan kuning. Tentu pencak silat sendiri tak melahirkan sekat-sekat itu. Pembatasan, kukira, hanya ada dalam kepala kita. Pencak silat, seperti Indonesia, memeluk siapa saja yang mencintainya, termasuk aku.

Aku sendiri tak menyangka silat bisa jadi bagian dari hidupku. Memang semasa kecil aku biasa bermain dengan anak lelaki dan ikut beragam ekstrakurikuler olahraga, mulai dari voli dan basket hingga karate dan taekwondo. Mama selalu memaksaku menampakkan sisi feminin, sampai-sampai dia pernah memaksaku ikut lomba peragaan busana yang diadakan Radio Pitaloka, stasiun radio terkenal di Ciamis. Aku terpilih sebagai juara 2.

Tetapi aku tak peduli. Buatku, berlenggak-lenggok itu tak nyaman. Kurasa bakatku memang olahraga. Semua guru olahraga mengenalku. Dalam berbagai kejuaraan olahraga antar sekolah, namaku selalu muncul dan mereka banggakan. Lalu, terjadilah sesuatu yang mengubah hidupku.

Dalam sebuah pesta perpisahan kakak kelas, seorang guru mendatangiku. Dengan enteng dia bilang: “Wewey, Bapak udah daftarin kamu, ya. Uang pendaftaran sudah masuk. Dua hari lagi pertandingan.”

Tentu aku terbelalak. “Tanding apa, Pak?” kataku.

“Silat.”

Aku bingung. Mau membantah takut durhaka. Tapi kalau harus mengembalikan uang pendaftaran, aku tak tahu harus mencari ke mana. Dengan terpaksa, aku menurut.

Hanya ada dua hari untuk belajar. Dan yang lebih ajaib, guru itu hanya mengajariku etiket masuk gelanggang, salam kepada wasit, dan hal-hal sepele lainnya. Sama sekali tak ada teknik pertarungan. Dan, oh, untuk kejuaraan pertamaku itu, meski masih kelas 4 SD, berat badanku melewati ambang batas yang ditentukan. Maka, aku diturunkan melawan anak-anak SMP.

Takut? Jelas. Musuhku adalah atlet-atlet pencak yang punya jam terbang, sedangkan aku cuma berlatih memberi salam selama dua hari. Aku menang dengan skor 3-2 dalam pertandingan pertamaku berkat teknik tendangan karate. Tendang, tendang, dan tendang. Aku gagal menjadi juara umum, namun saat juara terbaik diumumkan, namaku disebutkan di podium. Sejak saat itulah aku diminta guru-guru menggeluti pencak silat secara serius.

Popwilnas. Popda. Popnas. Satu demi satu kejuaraan berjenjang untuk pelajar itu kuikuti.

Seperti aku jelaskan di awal, hidupku penuh paradoks. Dan itu terjadi lagi di kejuaraan senior pertamaku, saat membela Kabupaten Ciamis di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda).

Dalam sebuah kompetisi, lazimnya kasus pencurian umur terjadi saat si atlet mengurangi umur agar tak melebihi batasan. Aku malah sebaliknya. Waktu itu, atlet Porda harus berusia 17-35 tahun, sedangkan aku baru 14 tahun. "Kalau kamu siap, gampang, semuanya bisa diurus," kata pelatih kepadaku.

Saat itu, aku tak begitu paham dan peduli apakah yang kulakukan benar. Yang kuinginkan hanya ikut kejuaraan dan berprestasi. Lagi pula, kita sama-sama tahu, sulap-menyulap bukan hal yang aneh di negara ini.

Aku memenangkan emas. Kabar soal pencurian umur yang kulakukan pun bocor dan jadi perbincangan. Namun, orang-orang sepertinya malah bangga sebab seorang atlet berusia dini mampu mengalahkan atlet-atlet yang lebih senior.

Emas Porda itu semestinya berarti bonus Rp10 juta untukku, tetapi yang kuterima hanya Rp7,5 juta—kukira aku tak perlu menjelaskan kepadamu bagaimana itu bisa terjadi. Aku tak mempermasalahkan hakku yang raib, lagi pula Rp7,5 juta bagi seorang anak SMP sepertiku saat itu sudah teramat besar.

Dari titik itulah karierku sebagai atlet pencak silat melejit. Aku bergabung dengan PPLP di Bandung.

Selain Papa dan Mama, aku beruntung memiliki kakek dan nenek yang amat berjasa ketika aku meniti karier di Bandung. Meski sulit, mereka selalu memaksaku menerima uang pemberian mereka, yang aku tahu didapat dengan susah payah.

Saat di Bandung, aku kadang tak bisa makan dengan lahap. Apakah keluarga di Ciamis sudah makan atau belum? Aku merasa telah meninggalkan keluargaku dalam situasi sulit.

Namun, pilihan pelik merantau ke Bandung harus kuambil. Hanya dari sanalah aku bisa berharap membantu Mama, Papa, dan lima adikku menyambung hidup dengan uang saku dan bonus kemenanganku di pelbagai kejuaraan.

Jika boleh jujur, aku sebenarnya sudah letih. 15 tahun aku bertarung, bertarung, bertarung. Aku sadar bahwa menjadi atlet bukan jaminan pasti untuk masa depan—ibarat bunga, segar dipakai, layu dibuang. Namun, di sisi lain, kerja belum selesai, belum apa-apa. Aku akan berhenti hanya jika sudah memberikan prestasi terbaik bagi bangsaku, negaraku: Indonesia.


Tulisan: Wewey Wita (atlet pencak silat, peraih medali emas ke-30 bagi Indonesisa di Sea Games ke-18 Jakarta-Palembang - Indonesia, dikutip dari: Tirto

Pembuatan Aplikasi GRATIS untuk Komunitas

Ada kabar bagus nih buat komunitas. Ada pembuatan aplikasi GRATIS untuk komunitas. 

Untuk komunitas apa nih?
Komunitas apa saja (asal positif ya?).

Apa saja syaratnya? Hubungi ke mana? 

Untuk info selengkapnya, silakan download aplikasi di bawah ini (klik saja gambar di bawah ini), semua info ada di sana. 

Cerita Panjang dari Sebatang Rokok yang Pendek

  1. "Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan Kehamilan dan Janin”yang tertera di bungkus rokok, tidak terlalu berpengaruh bagi perokok.
  2. "Peringatan: Merokok Membunuhmu" yang jadi gantinya juga tidak banyak berpengaruh.
  3. Jika seseorang merokok dan beberapa saat kemudian orang tersebut langsung meninggal akibat asap rokok yang dihisapnya, mungkin orang-orang baru akan stop merokok. Selama tidak memberi efek langsung, cuek saja...
  4. Info mengenai bahaya merokok sudah sangat banyak, perokok tidak peduli (info bahaya merokok, silakan klik "Fakta Mengejutkan Tentang Rokok dan Perokok")
  5. Wanita merokok, tidak usah heran (bahkan wanita hamil sekalipun). Anak kecil merokok, tidak perlu heran. Seorang dokter merokok, ini baru heran.
  6. Perokok ditegur karena merokok di depan umum, mereka bisa lebih galak daripada yang menegur. Merokok adalah hak asasi (dia tak tahu, orang lain juga punya hak asasi untuk menghirup udara bebas asap rokok).
  7. Merokok dapat memperpendek usia seseorang (tangkisan dari perokok: hidup, mati, jodoh, rezeki,... ada di tangan Tuhan). Kalau belum ajalnya, orang tidak akan mati. Sayang tidak ada yang berani menguji teori ini dengan melompat dari gedung tinggi (di bawah hanya aspal atau semen, tak ada jaring penyelamat di bawahnya). Sambil melompat dari gedung tinggi Anda berucap, "Jika belum ajal, saya tidak akan mati."
  8. Cerita humor: Seorang perokok membaca berita di koran, merokok akan membunuhmu. Sejak saat itu, si perokok berhenti. Ya, sejak saat itu ia berhenti membaca koran (tetap melanjutkan merokok). 
  9. Saya yang mengendarai motor beberapa kali kelilipan debu rokok ketika dengan santainya perokok mengeluarkan tangannya dari jendela mobil sambil menjentikkan abu rokok dari rokok yang dipegangnya.
  10. Setiap ada wacana stop rokok demi kesehatan rakyat Indonesia, diskusi ini selalu beralih pada masalah "banyaknya manfaat rokok". Berapa banyak petani tembakau, penyerapan tenaga kerja (buruh pabrik rokok), penyumbang pajak terbesar, dan lain-lain. 
  11. Kontradiksi: Acara olahraga (di Indonesia dan juga dunia) yang bertujuan menyehatkan tubuh banyak disponsori oleh produsen rokok.
  12. Lucu juga rasanya bila mendengar seorang pria mengatakan bahwa ia sangat mencintai istrinya dan sangat menyayangi anaknya tapi merokok di dalam ruangan yang sama dengan istri dan anaknya. Juga mengurangi uang belanja dan uang jajan anak demi kelangsungan kebiasaan merokoknya.
  13. Panjang jika mau dituliskan kerugian yang disebabkan rokok: bahaya bagi perokok, bagi orang di sekitarnya (perokok pasif), bau yang ditimbulkan (tangan, pakaian, mulut,...). Api rokok sering menyebabkan terjadinya kebakaran, merusak banyak fasilitas umum, dan lain sebagainya.   


Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar


Peringatan Bahaya Merokok (bagian ke-2)


Kandungan Racun Dalam Sebatang Rokok


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.

Mengenang Jalan Sunyi Jenderal Polisi Hoegeng, 1 dari 3 Polisi Jujur Versi Kelakar Gusdur

Jendral Hoegeng Imam Santosa

TRIBUN-TIMUR.COM - Tanggal 14  Juli 2004 silam, atau 14 tahun yang lalu, Indonesia kehilangan salah satu figur yang akan dikenang karena kejujurannya, Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santosa, dalam usia 82 tahun.

Kejujurannya jadi legenda
Hingga Presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid Gusdur pernah berkelakar. "Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng."

Dalam momen-momen seperti hari ulang tahun Bhayangkara ke-72 yang diperingati tiap 1 Juli, kejujuran dan kesederhanaan Soegeng selalu diceritakan. 

Sosok polisi yang terkenal akan kejujuran dan keberaniannya. Namanya begitu melegenda di republik ini.

Berikut adalah salah satu fragmen kehidupan mantan Kapolri RI 1968-1971 ini.

 Jendral Hoegeng Imam Santosa
Yogyakarta, 21 September 1970. Sumarijem, seorang penjual telur berusia 18 tahun, tengah menunggu bus di pinggir jalan. Tiba-tiba dia diseret ke dalam mobil oleh beberapa pria.

Sum dibius dan dibawa ke rumah kecil di wilayah Klaten. Di sana dia diperkosa bergiliran oleh para penculiknya. Setelah itu Sum ditinggal begitu saja dipinggir jalan.

Gadis malang ini kemudian melapor ke polisi. Bukannya dibantu, Sum malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu. Dia diancam akan disetrum jika tidak mau menurut.

Sum pun disuruh membuka pakaiannya, dengan alasan polisi mencari tanda palu arit di tubuh wanita malang itu. Karena melibatkan anak-anak pejabat yang berpengaruh, Sum malah dituding anggota Gerwani. 

Kasus Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Jaksa menuntut Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan. Tapi majelis hakim menolak tuntutan itu.

Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sum tak terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sum harus dibebaskan.

Belakangan polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo. Trimo disebut sebagai pemerkosa Sum. Dalam persidangan Trimo menolak mentah-mentah.

Dalam putusan hakim dibeberkan pula nasib Sum selama ditahan. Dia dianiaya  dan dipaksa mengakui berhubungan badan dengan Trimo, sang penjual bakso. Hakim juga membeberkan Trimo dianiaya saat diperiksa polisi.

HOEGENG TURUN TANGAN
Hoegeng terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sum, Hoegeng memanggil Komandan Polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah Kombes Suswono.

Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum.

“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” tegas Hoegeng.

Jenderal pemberani ini lantas membentuk tim khusus bernama Tim Pemeriksa Sum Kuning.

Kasus ini terus membesar dan menjadi santapan media. Sejumlah pejabat polisi dan sipil yang anaknya terkait dengan kasus ini coba membantah lewat media massa.
 
Tak disangka, kasus ini terus membesar dan dianggap mengganggu stabilitas nasional.

Presiden Soeharto bahkan sampai turun tangan agar kasus ini berhenti.

Dia meminta agar kasus ini diserahkan ke Tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.  Wow!

Persidangan lanjutan pun digelar.

Polisi mengumumkan tersangka pemerkosa Sum ada 10 orang dan semuanya bukan anak pejabat seperti yang dituding Sum.

Para terdakwa ini membantah keras dan menyatakan siap mati jika benar memperkosa.

Hoegeng seperti tersadar. Ada kekuatan besar yang membelokkan kasus ini.

Benar saja.  Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri. 

Usai dipensiunkan di umur 49, seperti dikisahkan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono, Hoegeng kemudian mendatangi ibundanya untuk sungkem.

“Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu,” kata Hoegeng.
 
Sang ibunda menjawab tenang. “Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam,” kata sang ibunda.

Kalimat sang ibunda menenangkan hati Hoegeng dan keluarganya.

Dan, hingga akhir hayatnya, Hoegeng tetap setia di jalan kejujuran yang dipilihnya.

Tahun 2001, Gaji Rp 7500
Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yg anti disogok.

Pria yg pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah.

Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yg kemudian menjadi satu-satunya mobil yg ia miliki.

Pengabdian yg penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari.

Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.

Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran.

Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.

“Bahkan anak-anak tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun,” kata Merry.

Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu.

“Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.

Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.

Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis.

Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga. Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500!

Dalam acara Kick Andy, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000.

Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia yang ke 83 tahun.

Ia meninggal karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya. Hoegeng mengisi waktu luang dengan hobi melukisnya.(*)

Editor: Mansur AM


Sumber: Makassar Tribun News

Ini Akibat Mengabaikan "Rokok Membunuhmu!"

Kamis, 25 Juni 2015 13:11   Editor: Sudarwan


 

Laman Facebook Robby Indra Wawhyuda yang menderita kanker laring karena merokok sejak kecil.

SRIPOKU.COM, JAKARTA - Rokok membunuhmu! Peringatan itu tertulis jelas pada bungkus rokok. Gambar-gambar seram seperti kanker pita suara, kanker paru-paru pada bungkus rokok juga menjadi peringatan betapa bahayanya merokok bagi kesehatan.

Namun, Robby Indra Wahyuda (27) tak menghiraukannya. Ia tak takut dengan pesan peringatan kesehatan tersebut. Percaya bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan saja tidak. Robby sudah kecanduan merokok. Apalagi, ia telah mencoba menghisap rokok sejak masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Baginya, merokok akan membuat penampilan tampak keren.

“Waktu saya merokok, saya enggak percaya yang namanya penyakit paru-paru. Merokok mati, enggak merokok mati, lebih baik merokok sampai mati,” ucap Robby dalam sebuah video yang diunggah di Youtube.

Tapi, Robby akhirnya menyadari ucapannya itu salah besar. Kesadaran akan bahaya merokok baru muncul setelah ia didiagnosa menderita kanker laring atau pita suara stadium 3. “Saya mendekati kematian,” lanjut Robby dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Akibat kanker itu, ia harus kehilangan jakun dan juga pita suaranya. Robby tak bisa lagi menyalurkan hobi menyanyinya. Robby akhirnya menyadari bahaya merokok itu benar-benar ada. Sejak itu, ia terus menyebarluaskan bahaya merokok dan berharap pemerintah dapat melindungi para generasi muda dari rokok.

Menurut Robby, harga rokok di Indonesia masih sangat murah sehingga mudah dijangkau oleh anak-anak sekalipun. Murahnya harga rokok tak sebanding dengan biaya pengobatan akibat merokok.

“Ketika orang bilang, aku sakit, aku butuh dana sekian. Itu mahal sekali. Dengan harga rokok yang murah sekali,” ucap Robby.

Ia tak ingin banyak anak muda bernasib sama sepertinya. Robby pun menulis petisi di change.org untuk Presiden Joko Widodo, agar bisa melindungi anak-anak dari asap rokok.

Tak bisa lagi bersuara lantang, Robby juga memilih banyak menulis di Facebook. Di media sosial itu, ia menunjukkan foto-foto selama pengobatan di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta. Terakhir, tulisan Robby lama tak muncul di laman Facebook-nya. Ia pun dikabarkan telah meninggal dunia pada Selasa (23/6/2015).

Sumber: Sripoku

Baca juga: Kisah Pasangan yang Tidak Jadi Menikah Gara- Gara Meninggal Akibat Asap Rokok  -  Fajar Saputra (perokok pasif) yang sudah melakukan foto prewedding dengan Della Nurmayanthi, calon istrinya, akhirnya meninggal dunia akibat sakit paru-paru. Bagaimana perasaan para perokok  di lingkungan sekitar Fajar yang memicu sakit yang diderita Fajar, hingga akhirnya meninggal? Adakah perasaan bersalah?

Saatnya Anda (para perokok) mengambil keputusan penting untuk hidup Anda dan hidup orang-orang di sekitar Anda. 


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.

Di Desa Ini, Muslim dan Nasrani Datangi Vihara Ucapkan Waisak


Di Thekelan, warga muslim dan nasrani ucapkan selamat Waisak (Foto: Eko Susanto/detikcom)

Kabupaten Semarang - Perayaan Waisak di lereng Merbabu, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, berlangsung khidmat. Umat lainnya menyampaikan ucapan selamat Waisak dengan menyalami dan memohon maaf layaknya saat lebaran.

Umat Buddha melakukan sembahyang dalam rangkaian Waisak di Vihara Buddha Bhumika di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Untuk sembahyang dilangsungkan sejak pagi yang diikuti ratusan umat Buddha.

Selanjutnya, warga dusun setempat yang beragama Islam, Kristen dan Katolik, baik anak-anak, remaja maupun orang tua berbondong-bondong berdatangan menuju vihara tersebut. Usai umat Buddha saling bersalam-salaman dengan sesama umat di vihara selesai, kemudian keluar berjajar di jalan kampung depan vihara tersebut.

Umat Buddha yang memakai baju warga putih tersebut, kemudian berdiri berjajar di sepanjang jalan. Ini pun dibedakan antara yang laki-laki dengan yang perempuan berdirinya berbeda. Selanjutnya, umat Muslim dan Nasrani yang perempuan menyalami umat Buddha yang perempuan. Demikian sebaliknya yang laki-laki berjajar terpisah.

Untuk ucapan ini, kali pertama dilakukan Kepala Desa Batur dengan diikuti Kepala Dusun Thekelan dan dilanjutkan warga lainnya.

"Selamat Hari Waisak. Maafkan kesalahan saya selama setahun," tutur seorang ibu sambil merangkul seorang ibu umat Buddha, sambil menangis terharu.

Kepala Desa Batur, Radik Wahyu Dwi Yuniaryadi, mengatakan atas nama pemerintah desa menyampaikan ucapan selamat Waisak.

"Senantiasa tali persaudaraan, contoh teladan bagi kita semua agar hubungan toleransi, hormat-menghormati akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan," katanya saat menyampaikan sambutan perayaan Waisak di Dusun Thekelan, Selasa (29/5/2018).

Sementara itu, Ketua Vihara Sanggar Theravada Indonesia (STI) Buddha Bhumika, Sukhadhamma Sukarmin, mengatakan khusus di Thekelan telah melaksanakan toleransi beragama.

"Pada hari ini yang umat Buddha merayakan Waisak, yang non-Buddha memberikan ucapan selamat Waisak. Ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Karena ini merasa suatu kebaikan, suatu hal yang baik maka harapan itu bisa dicontoh di tempat-tempat yang lain untuk menjaga toleransi beragama," katanya.

Dikatakan pula, sesuai pesan atau tema Waisak tahun 2562 BE Sangha Theravada Indonesia yaitu bertindak, berucap, berpikir baik akan memperkokoh keutuhan bangsa.

"Semoga tema Waisak ini dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari untuk menjaga keutuhan NKRI," kata dia.
Kepala Dusun Thekelan, Supriyo, menambahkan bahwa Thekelan merupakan kampung tertinggi di lereng Merbabu di ketinggian 1650 Mdpl. Masyarakatnya majemuk, ada yang menganut Buddha, Islam, Kristen, dan Katolik.

"Perayaan semacam ini tadi (Waisak), kami semua warga masyarakat ikut menyambut dan ikut mengucapkan selamat Waisak," katanya seraya menyebutkan umat Buddha ada 50 persen, Islam ada 30 persen serta Nasrani ada 20 persen.


Untuk membaca koleksi lengkap “Kisah Inspiratif” kami, silakan klik: www.facebook.com/papadhika.revata

Saksi Hidup "Sadisnya" Akibat Merokok


Sumber foto: Data Riau

Anda pernah melihat foto tenggorokan dengan sebuah lubang pada kemasan rokok atau iklan rokok? Anda bisa menyaksikan video tentang orang tersebut (Edison Poltak Siahaan). 

Ternyata, bukan hanya Edison, istrinya pun terkena stroke karena merokok.

Untuk menyaksikan video kesaksian Pak Edison, silakan klik tautan berikut ini: Disorot Media Asing, Ini Pengidap Kanker yang Fotonya Dipajang Pada Bungkus Rokok



Baca juga:
  1. Kisah Edison, Pita Suara Hilang dan Berobat Habis-habisan Gara-gara Rokok
  2. Ternyata Inilah Pria Pemilik Tenggorokan Bolong Pada Kemasan Rokok

Pilihan ada di tangan Anda, Setop Merokok atau lanjutkan saja?

Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.

Para Perawat Keragaman



Banyak cara agar kita menjadi lebih toleran dengan orang lain yang berbeda latar belakang. Dari sekadar mencoba untuk ngobrol dengan orang tersebut, hingga terjadinya sebuah peristiwa besar yang menggugah hati.

Bekerjasama dengan Proud Project, terjadilah perbincangan dengan beberapa orang tentang pengalamannya terhadap betapa indahnya hidup, jika bisa membina toleransi.

Dua di antaranya adalah Alfatih Timur, CEO Kitabisa.com, sebuah platform untuk menggalang dana dan berdonasi secara online (crowdfunding) di Indonesia.

Sementara Ai Nurhidayat, adalah pendiri sekolah multikultural SMK Bakti Karya Parigi di kawasan Pangandaran, Jawa Barat. Berikut ini pengalaman unik Ai tentang toleransi seperti yang diutarakannya dalam akun Instagram Proud Project:

“Dulu, saya pernah nanya ke murid saya, “Apa pendapatmu tentang orang etnis Tionghoa?” Dia bilang, “Woh, orangnya licik-licik.” Trus saya tanya lagi ke dia, “Pernah ngobrol sama orang mereka?” Dia bilang, “Blom sih.”

“Nah, di sini saya liat ada problem. Indonesia udah ngehasilin banyak orang pinter. Bahkan trilliunan anggaran negara masuknya ke pendidikan. Tapi kenapa masih ada isu SARA? Kenapa orang-orang masih bacok-bacokan atas nama agama? Kenapa masih ada orang yang antietnis atau agama berbeda? Untuk apa? Kenapa kita ga saling gandeng aja?”

“Saya dan kawan-kawan Sabalad mendirikan sekolah yang kami beri nama “Kelas Multikultural” SMK Bakti Karya Parigi di Pangandaran. Tiket perjalanan, uang sekolah, makanan sama tempat tinggalnya gratis. Murid-muridnya dari berbagai penjuru Indonesia. Sekarang udah dari 11 provinsi.

“Tujuan saya bikin sekolah ini tuh supaya anak-anak ngerasain langsung toleransi. Nah, anehnya, di tahun pertama, murid-murid saya duduknya malah misah. Yang Muslim duduk sama yang Muslim. Yang Kristen sama yang Kristen.”

“Tapi, setelah kita ajak mereka main bareng, sekarang mereka malah jadi saling sahabatan. Yang saya percaya, pendidikan tuh bukan sekedar untuk dapet nilai akademik. Pendidikan butuh pengalaman tentang toleransi. Untuk apa juga nilaimu bagus tapi hatimu kosong?”


Semua Tentang Kemanusiaan
Sementara ini adalah kisah inspiratif Alfatih: “Tahun 2016, ada gereja di bom di Samarinda yang sampe ngebunuh satu balita perempuan. Wah, sosmed jadi panas banget. Orang-orang jadi perang agama di sosmed.”

“Tapi, ada satu orang Buddha yang namanya Adjie Silarus. Dia fundraising di Kitabisa.com untuk bantu gereja ini. Dan campaign-nya viral banget. Target awalnya tuh 30 juta. Tapi jadinya ngumpulin 231 juta.”

“Dan indahnya, dana ini disalurin ke Samarinda sama “Aksi Cepat Tanggap” yang mayoritas Muslim. So, yang menggalang Buddha. Yang dibantu Kristen. Yang menyalurkan Muslim. Dan yang donasi tuh semua golongan. It was so beautiful.

So, gue percaya kalo agama ga pernah ngajarin kebencian. The problem is not about Muslims/Christians. It’s about humanity.

“Kami jadi saksi di Kitabisa.com. Kalo udah urusan tolong-menolong, nama Muhammad ato Michael bisa donasi sebelah-sebelahan. Gue yakin kalau kita lihatnya dari kacamata kemanusiaan, kita bisa meruntuhkan dinding-dinding perbedaan.”

“Gue juga yakin kalo sosial media kita panas BUKAN karena kita kebanyakan orang jahat. Tapi karena #OrangBaik kalah berisik. So, let’s make positivity louder!”


Sumber: Toleransi

Sapaan Hangat yang Menyelamatkan Nyawa

 

Sumber foto: Detik
 

Ini kisah nyata tentang seorang karyawati, supervisor pada sebuah perusahaan distribusi daging beku di China.

Saat jam kerjanya telah selesai, karyawati ini masuk ke ruang penyimpanan daging untuk memeriksa segala sesuatunya.

Malangnya, tiba-tiba pintu ruang pembeku daging tertutup! Ia seorang diri terkunci di dalam ruang pembeku daging. Ruangan penyimpanan daging itu seolah sebuah freezer raksasa dengan suhu sangat dingin.

Ia mencoba berteriak sekuat tenaga untuk meminta pertolongan dan memukul-mukul dinding ruang pembeku itu, tapi tak seorang pun yang mendengar teriakannya. 

Itu memang sudah jam pulang kerja, sebagian besar karyawan sudah pulang. Lagi pula, orang-orang di luar ruang pendingin memang tak bisa mendengar suara dari dalam ruang pembeku itu. Ia terkunci di dalam dan terancam mati beku, sangat kecil kemungkinan terselamatkan.

Lima jam kemudian, ketika ia sudah putus asa, tiba-tiba seorang petugas keamanan dari pabrik membuka pintu ruang pendingin. Satpam pabrik menemukan wanita itu sedang terduduk lemas kedinginan. Tubuhnya sudah hampir membeku, bibirnya sudah membiru, dan rambutnya sudah mulai tertutup bunga es. Secara ajaib, nyawa wanita itu terselamatkan oleh satpam pabrik!

Setelah keadaannya membaik, sang wanita mengucapkan terima kasih atas pertolongan satpam itu. Lalu wanita itu menanyakan bagaimana satpam tersebut dapat menemukannya.

"Saya sudah bekerja di pabrik ini selama 25 tahun. Ratusan pekerja datang di pagi hari dan pulang di sore hari seusai bekerja. Sebagian besar menganggap saya seperti tidak ada. Hari ini, kamu bekerja seperti biasa. Kamu selalu menyapa, 'Selamat pagi!' Hanya kamu yang selalu menyapa saya setiap hari. Tapi sore ini, setelah jam kerja selesai, saya merasa penasaran karena saya belum mendengar sapaan, 'Pak, mari pulang, sampai jumpa besok,'" satpam itu berhenti sejenak. 

"Saya merasa ada yang tidak beres. Pasti ada sesuatu yang menimpamu. Karena itu saya memutuskan untuk memeriksa ke setiap sudut di pabrik ini. Saya mencari dan terus mencari. Saya selalu teringat sapaan hangat selamat pagi dan sampai jumpa darimu. Karena ucapan sederhanamu itu membuat saya merasa dihargai."

 

Bersikaplah ramah dan peduli pada siapa pun di sekitarmu. Berilah kesan baik kepada orang-orang yang berpapasan denganmu setiap hari. Sapaan hangat dan senyumanmu akan menghangatkan hidup dan hari-hari orang di sekitarmu. 

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Siapa sangka, sapaan yang kita anggap sepele itulah yang telah menyelamatkan nyawa wanita itu.

Sumber: Kiriman teman di WA.

abcs