Kontrasnya Kehidupan: Perokok vs Pemilik Pabrik Rokok

Yang jadi perokok ada dari semua kalangan. Dari anak-anak (SMP bahkan anak SD pun ada yang merokok). Khusus anak-anak, cari uang jelas belum bisa, bakar uang sudah bisa. Pekerja? Dari yang penghasilan minim (pemulung, pengemudi becak, bahkan pedagang asongan penjual rokok), hingga orang terkaya, ada yang merokok.

Bagi orang kaya (konglomerat), mungkin tidak terlalu masalah untuk merokok. Mereka bisa makan dengan gizi baik, mampu minum vitamin atau suplemen mahal, mampu akses ke dokter terkenal yang mahal, rumah sakit yang jutaan biayanya per hari, sampai berobat ke luar negeri pun tak masalah.

Yang bermasalah justru yang berpenghasilan rendah. Penghasilan rendah, itu pun masih dikurangi untuk membeli rokok (bisa klik ini: Miris! Di Keluarga Miskin, Rokok Masih Jadi Prioritas Kedua Setelah Beras) sehingga gizi untuk mereka (dia, anak, dan istri) tidaklah cukup. Makan tak bergizi, istirahat mungkin kurang, tak bisa beli makanan suplemen atau vitamin, akses berobat juga sulit, dan masih harus ditambah dengan asap beracun dari rokok.

Perokok tidak perlu menyalahkan pihak lain. Tidak ada yang memaksa Anda untuk membeli rokok dan mengisapnya, itu pilihan Anda (Anda bebas memilih).

Anda dengan mudah menemukan penderita kanker paru dan TBC dari kalangan miskin dan tak mampu berobat. Itu potret miris kehidupan perokok (yang dari segi ekonomi memang kurang mampu, ditambah kondisi sakit dan tak mampu berobat).

Sekarang mari kita lihat kehidupan pemilik pabrik rokok. Silakan klik: Sama-Sama Mewah! Ini Fakta Pernikahan Anak Bos Sampoerna Vs Gudang Garam 
  
Sekali lagi, tidak perlu mengumpat, mencaci maki, dan mengeluarkan sumpah serapah, yang buat pabrik rokok tidak pernah memaksa siapa pun untuk membeli dan mengisap rokok. Pilihan ada di tangan Anda.


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.
0 Responses

Posting Komentar

abcs