Cukup Kantongi Satu Izin Usaha

Dulu, untuk memulai usaha, ada banyak perizinan yang diperlukan (HO, SIUP, TDP, dan lain-lain). Sekarang cukup NIB (Nomor Izin Berusaha).

Bagaimana info lengkapnya, silakan baca berita ini dan aneka tautan ke berita dan info terkait tentang izin usaha ini.


* Kirno: Sejalan dengan Program Jokowi

PALOPO — Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Pengusaha Barang dan Jasa Indonesia (Aspanji) Kota Palopo, menyambut baik kebijakan pemerintah kalau ini benar. Izin usaha sudah tidak diperlukan lagi belasan izin seperti SIUP dan TDP. Cukup satu izin yaitu Nomor Izin Berusaha (NIB).

Informasi yang sebenarnya dinanti-nanti para pengusaha sudah beredar luas di sosial media. Baik lewat facebook, WhatsApp, dan lainnya. ”Saya kira ini sangat sejalan dengan program Jokowi, presiden RI,” ujar Sukirno, SH, ketua Aspanji Kota Palopo, usai melaksanakan salat zuhur secara berjamaah di Masjid Agung Palopo, kemarin.

Ia sangat merespon ini. Tinggal nanti bagaimana kesiapan di OPD yang selama ini mengurusi soal izin. ”Saya sudah bacara pesan berantainya. Sangat bagus,” ucapnya.

Hal ini, kata dia, sejalan dengan program Presiden Jokowi mempermudah perizinan dan perlancar investasi. Di PP Nomor 91 Tahun 2017, pemerintah terus berusaha mengimplementasikan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Di PP tersebut, urai Kirno–sapaan akrab ketua Aspanji Kota Palopo, pemerintah mengubah paradigma birokrasi, dari yang tadinya ‘Penguasa dan Birokrat’ menjadi ‘Pelayan Masyarakat’. ”Persis sekali ini. Kalau selama ini urus izin sampai belasaran, sekarang cukup satu izin saja. Namanya NIB,” ucapnya.

Di pesan yang beredar disebutkan NIB mulai berlaku Senin 21 Mei 2018. Kalau mau mengajukan izin usaha, sudah tidak diperlukan lagi belasan izin seperti, SIUP, TDP, dll.

Cukup satu izin, yaitu NIB (Nomor Ijin Berusaha) yang akan selesai dalam 30 menit. Untuk yang sudah memiliki ijin lama, lanjutnya, tunggu saja sampai salah satunya mau habis, langsung mengajukan NIB melalui online. Di situ juga memberi petunjuk untuk  info yang lebih lengkap. Silakan unduh file pdf dari kementrian koordinator bidang perekonomian RI.

Salah seorang pengusaha yang kebetulan mendengar perbincangan tersebut, ikut nimbrung. Ia mengaku sangat mendukung kebijakan tersebut. ”Dunia usaha pasti bergairah. Karena urus izin tidak perlu bawa banyak usulan, cukup satu saja,” papar pengusaha yang sudah pengalaman urus SIU dan TDP, kemarin. (ary)

Sumber: Palopo Pos

Baca juga:
  1. Paket Kebijakan XII, Presiden Jokowi: Urus HO, SIUP, TDK Selesai Sehari, Amdal Satu Saja
  2. Permendag Baru Ditandatangani,  SIUP  Tak Perlu Diperpanjang
  3. Urus Izin Usaha Hanya 2 Menit, Presiden Jokowi: Kenapa Harus 2 Minggu?
  4. Nomor Izin Berusaha (NIB) Berfungsi Sebagai SIUP, TDP, API, dan Kepabeanan
  5. Jokowi: Bikin SIUP Harusnya Cuma 2 Menit, Nggak Perlu Lama
  6. PERIZINAN USAHA: OSS Harus Diterapkan Bertahap
  7. Prosedur & Syarat Pembuatan NIB (Nomor Induk Berusaha)
  8. Begini Cara Urus Izin Usaha lewat "Online Single Submission"
  9. Tutorial Pendaftaran NIB dan Mengajukan Perizinan OSS (video)
  10. Pedoman Perizinan Berusaha Melalui Online Single Submission (OSS) (video)
  11. Mulai Hari Ini, Kalau Ingin Mengajukan Izin Berusaha Sudah Tidak Diperlukan Lagi Belasan Izin (video)

Kontrasnya Kehidupan: Perokok vs Pemilik Pabrik Rokok

Yang jadi perokok ada dari semua kalangan. Dari anak-anak (SMP bahkan anak SD pun ada yang merokok). Khusus anak-anak, cari uang jelas belum bisa, bakar uang sudah bisa. Pekerja? Dari yang penghasilan minim (pemulung, pengemudi becak, bahkan pedagang asongan penjual rokok), hingga orang terkaya, ada yang merokok.

Bagi orang kaya (konglomerat), mungkin tidak terlalu masalah untuk merokok. Mereka bisa makan dengan gizi baik, mampu minum vitamin atau suplemen mahal, mampu akses ke dokter terkenal yang mahal, rumah sakit yang jutaan biayanya per hari, sampai berobat ke luar negeri pun tak masalah.

Yang bermasalah justru yang berpenghasilan rendah. Penghasilan rendah, itu pun masih dikurangi untuk membeli rokok (bisa klik ini: Miris! Di Keluarga Miskin, Rokok Masih Jadi Prioritas Kedua Setelah Beras) sehingga gizi untuk mereka (dia, anak, dan istri) tidaklah cukup. Makan tak bergizi, istirahat mungkin kurang, tak bisa beli makanan suplemen atau vitamin, akses berobat juga sulit, dan masih harus ditambah dengan asap beracun dari rokok.

Perokok tidak perlu menyalahkan pihak lain. Tidak ada yang memaksa Anda untuk membeli rokok dan mengisapnya, itu pilihan Anda (Anda bebas memilih).

Anda dengan mudah menemukan penderita kanker paru dan TBC dari kalangan miskin dan tak mampu berobat. Itu potret miris kehidupan perokok (yang dari segi ekonomi memang kurang mampu, ditambah kondisi sakit dan tak mampu berobat).

Sekarang mari kita lihat kehidupan pemilik pabrik rokok. Silakan klik: Sama-Sama Mewah! Ini Fakta Pernikahan Anak Bos Sampoerna Vs Gudang Garam 
  
Sekali lagi, tidak perlu mengumpat, mencaci maki, dan mengeluarkan sumpah serapah, yang buat pabrik rokok tidak pernah memaksa siapa pun untuk membeli dan mengisap rokok. Pilihan ada di tangan Anda.


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.

Hari AntiHoaks Nasional

Baru saja kita merayakan hari batik nasional (Selasa, 2 Oktober 2018). Hari Rabu, 3 Oktober 2018 kita dihebohkan dengan konferensi pers (pengakuan) Ratna Sarumpaet (RS).

Kisah heboh ini diawali dengan beredarnya foto dan pengakuan bahwa RS jadi korban penganiayaan orang tak dikenal pada Jumat, 21 September 2018 di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Padahal, hasil penyelidikan polisi, Jumat, 21 September 2018 RS berada di RS Bina Estetika, Jakarta untuk keperluan sedot lemak di wajahnya.

Bisa jadi, peristiwa ini adalah peristiwa paling menghebohkan. Di saat kita tengah berduka akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala dan menjelang pilpres 2019, justru muncul kasus hoaks yang sangat menghebohkan ini.

Penulis hanya merangkum (menampilkan tautan ke berbagai sumber) di internet tentang kasus heboh ini. Siapa tau, suatu saat tanggal 3 Oktober ditetapkan sebagai Hari AntiHoaks Nasional, dari sinilah sejarahnya.

  1. AWAL KISAH
  2. Ratna Sarumpaet Disebut Dikeroyok di Bandara Bandung
  3. Ratna Sarumpaet Babak Belur Dipukuli, Wajahnya Bengkak
  4. Wajah Ratna Sarumpaet (Sebelum dan Sesudah "Pengeroyokan") 
  5. Prabowo Yakin Ada Motif Politik di Balik Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet 
  6. Ini Konpers Prabowo & Amien Rais Sebelum Pengakuan Dusta Penganiayaan Ratna Sarumpaet 
  7. Fadli Zon: Ratna Sarumpaet Dianiaya 2-3 Orang Lelaki
  8. Fahri Hamzah : Yang Aniaya Ratna Sarumpaet Itu Biadab Betul 
  9. Dahnil Anzar Ungkap Momen Penganiayaan Ratna Sarumpaet: Dikeroyok lalu Dimasukkan ke Mobil 
  10. Soal Penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet, Mardani Ali Sera: Ini Bencana Demokrasi dan Kemanusiaan 
  11. Rizal Ramli: Kalau Ratna Sarumpaet Operasi Plastik, Klinik Bangkrut 
  12. Andi Arief: Saya Kenal Ratna Sarumpaet 20 Tahun, Dia Orangnya Jujur
  13. Hanum Rais: Ratna Sarumpaet adalah Cut Nyak Dien dan Kartini Masa Kini
  14. Beredar Foto Ratna Sarumpaet Babak Belur, Rachel Maryam Beri Konfirmasi: Penganiayaan Benar Terjadi
  15. Rachel Maryam Minta Ridwan Kamil Usut Kasus Ratna Sarumpaet 
  16. VIDEO: Ratna Sarumpaet Babak Belur Dipukuli Orang Tak Dikenal, Ferdinand Hutahaean: Gila Edan!
  17. Fahri Hamzah hingga Eggi Sudjana Gelar Aksi Peduli Ratna Sarumpaet 
  18. Gelar Aksi Peduli Ratna Sarumpaet, Eggi Sudjana: Jokowi Harus Tanggung Jawab 
  19. Hariman Siregar: Ratna Sarumpaet Mulutnya Pedas pada Rezim 
  20. Hariman Siregar: Ratna Sarumpaet Dipukuli di Dalam Mobil
  21. Sambil Menahan Tangis, Hanum Rais Sebut Ratna Sarumpaet Cut Nyak Dien Masa Kini 
  22. Inilah PEMBELAAN Hanum Rais Ke Ratna Sarumpaet Sebelum Tahu diBOHONGIN! 
  23. Ratna Sarumpaet Dikeroyok, Mahfud MD: Dokter Bilang Lukanya Aneh, Kalau Mainan Politik Kita Kutuk
  24. 5 Fakta Kabar Ratna Sarumpaet Dikeroyok Hingga Babak Belur, Berikut Kronologi Hingga Kondisi Terkini
  25. Tompi Ungkap Ratna Sarumpaet Bukan Dikeroyok, tapi Bengkak karena Habis Operasi Plastik   
  26. KONFERENSI PERS RATNA SARUMPAET
  27. Berurai Air Mata, Ratna Sarumpaet Blak-blakan Soal Penganiayaan
  28. Ratna Sarumpaet: Saya Pencipta Hoaks Terbaik Saat Ini
  29. SETELAH KONFERENSI PERS RATNA SARUMPAET
  30. Ratna Sarumpaet: Saya Minta Maaf ke Pak Prabowo dan Amien Rais 
  31. Ratna Sarumpaet soal Penganiayaan: Itu Cerita Khayal, Cerita Setan 
  32. Prabowo Subianto Minta Maaf Sudah Termakan Dusta Ratna Sarumpaet
  33. Ratna Sarumpaet Bohong Dianiaya, Fadli Zon: Itu Persoalan Kecil
  34. Fadli Zon Nilai Mungkin Saja Ratna Sarumpaet Penyusup
  35. Fahri Hamzah: Kebohongan Ratna Menguntungkan Prabowo
  36. Sempat Sindir Tompi, Fahri Hamzah Kini Justru Tuntut Ratna Sarumpaet Minta Maaf Jika Bersandiwara 
  37. VIDEO: Fadli Zon Sebut Hoaks Ratna Sarumpaet Sebuah Pengkhianatan
  38. Ferdinand Hutahaean: Saya Minta Maaf kepada Semua Pihak Atas Sikap Bela Ratna Sarumpaet
  39. Dahnil: Saya Minta Maaf karena Lalai Percaya ke Bu Ratna 
  40. Rizal Ramli Minta Maaf Lantaran Jadi Korban Hoax Ratna Sarumpaet 
  41. Putri Amien Rais Ikut Memeriksa Luka Ratna Sarumpaet dan Berbohong karena Pertemanan 
  42. Sempat NANGIS Bombay Bela Ratna, Kini Hanum Rais MINTA Maaf Ikut Sebarkan Hoax Ratna Sarumpaet 
  43. Hanum Rais Samakan Ratna dengan Cut Nyak Dien, Warga Aceh Ngamuk 
  44. Anak Amien Rais, Hanum Rais Dikecam Tokoh NU dan Profesor Gara-gara Cuitannya di Twitter
  45. Ratna Sarumpaet Berbohong, Sandiaga: Kita Akan Laporkan Ke Polisi 
  46. Alasan Sandiaga Uno Tak Jadi Melaporkan Ratna Sarumpaet ke Polisi 
  47. Benny Harman Disarankan Minta Maaf Kepada Jokowi
  48. Rachel Maryam Minta Maaf soal Kebohongan Ratna Sarumpaet 
  49. Sandiaga Sebut Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Pengalihan Isu
  50. Disoal NasDem terkait Hoax Ratna, Benny Harman: Saya Tak Serang Jokowi 
  51. Tweet Elite PD yang Kaitkan Hoax Ratna dengan Jokowi Disoal NasDem 
  52. Deddy Corbuzier Ungkap Alasan Ratna Sarumpaet Lakukan Kebohongan Publik
  53. Polisi: Ratna Sarumpaet Bayar Oplas dengan Rekening Bantuan Toba
  54. Polisi: Rekening Ratna untuk Operasi dan Bantuan Toba Sama
  55. Ratna Sarumpaet Ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta 
  56. Advocat Pembela Demokrasi Laporkan Prabowo, Fadli Zon, Ratna Sarumpaet dan Beni K Harman
  57. Ramai Kasus Ratna Sarumpaet, Netizen Seru #SaveRioDewanto
  58. Gerindra Yakin Hoaks Ratna Sarumpaet Naikkan Elektabilitas Prabowo




Merokok Bukan Satu-satunya Penyebab Kanker Paru-paru

Minggu, 07 Juli 2019   Dadi Haryadi   

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Sebesar 90 persen kasus kanker paru memang disebabkan kebiasaan merokok, tapi bukan berarti orang yang tidak merokok akan jauh dari penyakit tersebut, justru ada beberapa faktor lain yang menjadi penyebab kanker paru. 

Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia pada Minggu pukul 02.00 WIB di Guangzhou, China, setelah menjalani pengobatan kanker paru-paru. 

Sebelum meninggalkan Tanah Air untuk pengobatan lebih lanjut di Guangzhou pada 15 Juni 2019, Sutopo mengaku kaget dirinya divonis kanker paru stadium empat karena ia bukanlah perokok. 

Setidaknya enam faktor yang menyebabkan berkembangnya sel kanker paru, selain kebiasaan merokok aktif, seperti dikutip dari Antara, Minggu (7/7/2019). 

1. Perokok pasif 
Perokok pasif atau menghirup asap tembakau dari orang lain yang berada di sekitar Anda dapat menjadi penyebab kanker paru. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang tidak merokok yang tinggal dengan perokok memiliki peningkatan risiko kanker 24 persen jika dibandingkan dengan bukan perokok lainnya, bahkan 7.300 kematian akibat kanker paru-paru terjadi setiap tahun di Amerika Serikat yang disebabkan oleh perokok pasif. 

2. Serat asbes 
Serat asbes adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup di jaringan paru-paru setelah terpapar asbes. 

Tempat kerja adalah sumber paparan serat asbes yang umum, karena dulu asbes banyak digunakan untuk bahan isolasi termal. Saat ini, penggunaan asbes terbatas atau dilarang di banyak negara termasuk Amerika Serikat. 

Paparan asbes jangka panjang terkait dengan peningkatan risiko kanker paru-paru. Penambang, pekerja pabrik atau orang yang mungkin menghirup serat asbes memiliki risiko lebih besar terkena kanker paru-paru. 

3. Gas radon 
Radon adalah gas inert alami yang secara kimia merupakan produk peluruhan alami uranium. Gas itu meluruh untuk membentuk produk yang memancarkan jenis radiasi ion. Gas radon diketahui sebagai penyebab kanker paru-paru, dengan perkiraan 12 persen kematian akibat kanker paru-paru disebabkan oleh gas radon, atau 15.000 hingga 22.000 kematian terkait kanker paru-paru setiap tahun di AS. 

Gas radon dapat melakukan perjalanan melalui tanah dan memasuki rumah melalui celah di fondasi, pipa, saluran air, atau lubang lainnya. Badan Perlindungan Lingkungan AS memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumah di AS mengandung tingkat gas radon yang berbahaya. Gas radon tidak terlihat dan tidak berbau, tetapi dapat dideteksi dengan alat tes sederhana. 

4. Genetik 
Faktor genetik juga dapat berperan dalam peluang seseorang terkena kanker paru-paru. Riwayat keluarga dengan kanker paru-paru mungkin menimbulkan risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Jika orang lain di keluarga Anda pernah atau pernah menderita kanker paru-paru, penting untuk mengungkapkan hal ini ke dokter Anda. 

5. Menghirup bahan kimia 
Menghirup bahan kimia atau mineral, seperti asbes, arsenik, kromium, nikel, jelaga, atau tar dari waktu ke waktu dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada seseorang. Pekerja di industri manufaktur atau pertambangan tertentu mungkin memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap bahan kimia ini. 

6. Polusi Partikel 
Polusi partikel mengacu pada campuran partikel padat dan cair yang sangat kecil di udara yang kita hirup. Bukti menunjukkan bahwa polusi partikel seperti yang berasal dari asap knalpot dan polusi udara dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Penulis: Dadi Haryadi
Editor : Dadi Haryadi

Sumber: AyoBandung
---------


Anda mau merokok, orang lain tak bisa melarang. Itu hak asasi Anda. Tapi tidakkah Anda berpikir, Anda bisa menjadi "pembunuh" bagi orang di sekitar Anda. Orang lain itu (selain Anda), bukan cuma seperti Pak  Sutopo Purwo Nugroho di dalam berita di atas. Orang lain itu bisa istri Anda, anak Anda, orangtua Anda, kakak dan adik Anda, juga kerabat Anda yang lain.


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.

Mulai 2014, Bikin KTP, KK, dan Akta Kelahiran GRATIS

Petugas mengujicoba penggunaan mesin pembaca chip e-KTP (card reader) di Kementerian Dalam Negeri, Rabu (8/5/2013). Kementerian Dalam Negeri menghimbau kepada seluruh instansi pemerintah dan perbankan untuk menyediakan card reader e-KTP, sebab terhitung sejak 1 Januari 2014 KTP non elektronik tidak berlaku lagi. Selain itu e-KTP juga tidak boleh difotocopy karena dapat merusak chip.(KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

JAKARTA, KOMPAS.com —
Proses pengurusan dan penerbitan semua dokumen kependudukan, mulai dari akta kelahiran, kartu tanda penduduk (KTP) elektronik, hingga akta kematian akan bebas dari pungutan biaya.

Hal ini tercantum dalam Rancangan Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan yang baru saja disahkan dalam forum rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Selasa (26/11/2013).

Wakil Ketua Komisi II DPR Arief Wibowo menuturkan, pengurusan dan penerbitan itu meliputi penerbitan baru, penggantian karena rusak atau hilang, perbaikan akibat salah tulis, dan atau akibat perubahan elemen data.

"Dengan demikian, diharapkan, semua warga negara dapat dengan mudah memiliki segala dokumen kependudukan yang diperlukan," ujar Arief saat membacakan laporan Komisi II DPR terkait proses pembahasan RUU yang sudah diusulkan sejak tahun 2012 ini.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, semua anggaran untuk penerbitan dokumen itu sudah ditanggung oleh anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk sama-sama mengawasi aparatur perangkat daerah untuk memastikan bahwa tidak ada pungutan liar (pungli) yang terjadi dalam proses kepengurusan data kependudukan. Ia meminta agar masyarakat segera melapor jika ada aparat yang mengumpulkan pungli.

"Apa pun dokumen kependudukannya, mulai dari akta kelahiran, ada KTP, akta kematian, tidak boleh dipungut biaya. Semua anggaran itu akan dibiayai pemerintah pusat," katanya.

Sebelumnya, Gamawan menuturkan bahwa pemberlakuan biaya gratis dalam membuat dokumen kependudukan itu akan dimulai sejak awal Januari 2014. Pemerintah mengingatkan, aparat yang masih memungut biaya diancam dengan  pidana dua tahun penjara atau denda seberat-beratnya Rp 25 juta.

Selain itu, semua penerbitan dokumen kependudukan dikeluarkan oleh dinas  kependudukan dan catatan sipil (disdukcapil) di semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, warga tidak perlu lagi ke pengadilan hanya untuk mendapatkan akta kelahiran.


Penulis : Sabrina Asril 
Editor: Hindar Liauw

Sumber: Kompas


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mulai 2014, Bikin KTP, KK, dan Akta Kelahiran Gratis!", https://nasional.kompas.com/read/2013/11/26/1821506/Mulai.2014.Bikin.KTP.KK.dan.Akta.Kelahiran.Gratis..
Penulis : Sabrina Asril

Link ke berita sejenis: 
  1. Pembuatan Akte Lahir, KTP, dan KK Kini Gratis (Tempo)
  2. Catat! Pungli KTP, PNS Bisa Dibui 6 Tahun atau Denda Rp 75 Juta (Detik)
  3. Kalau Masih Ada Pungli, Bisa Dibui Atau Denda Rp 75 Juta (RMOL)
  4. Kemendagri: Urus E-KTP Gratis, Jangan Pernah Mau Bayar (Viva)
  5. Pembuatan e-KTP Gratis atau Berbayar? ( www.lapor.go.id)
  6. Pembuatan e-KTP Keluarkan Biaya? Segera LAPOR-kan (Pikiran Rakyat)

Pencak Silat Memeluk Semua yang Mencintainya

 

29 Agustus 2018

Segala hal tentang hidupku serupa paradoks.

Aku seorang perempuan. Aku berdarah Tionghoa dan papaku warga negara Singapura. Aku bertarung untuk Indonesia.

Ada sebuah streotipe di negara ini bahwa orang-orang Tionghoa pasti mapan dan berada. Tentu saja itu omong kosong. Percayalah, jika situasi ekonomi setiap keluarga ibarat garis start bagi anak-anak yang terlahir darinya, aku mulai jauh, jauh, dari belakang.

Pada mulanya keluarga kami berkecukupan. Namun, suatu ketika Papa, yang berbisnis kayu, ditipu rekannya sendiri. Hidup seketika jadi bak abu di atas tanggul. Segalanya goyah, lalu ambruk. Bank menyita rumah, mobil, dan harta lainnya. Hidup di kota semakin menekan. Kemiskinan mendesak kami ke tepi.

Papa memboyong seluruh keluarganya ke kampung halaman Mama di Ciamis. Tinggal di kota kecil tak serta merta membuat hidup kami membaik. Papa enggan menumpang di rumah nenek karena ia enggan jadi beban. Ia ingin mandiri walau sulit.

Kami tinggal di rumah kontrakan yang sempit. Papa dan Mama mencoba bangkit berkali-kali, mulai dari berjualan bakso hingga barang-barang kelontong. Kami berdiri, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi.

Utang membengkak. Kami bahkan tak sanggup menanggung biaya keperluan sehari-hari seperti beras, minyak, gula dan lain-lain. Suatu kali listrik rumah kami diputus karena pembayaran terlalu lama ditunggak. Bermalam-malam gelap gulita. Untuk mengecas ponsel Papa, satu-satunya alat komunikasi kami, aku terpaksa menumpang di rumah tetangga.

“Memang listrik punya nenek moyang lu?”

Bentakan itu akan selalu tergiang dalam kepalaku.

Papa bernama asli Yeo Meng Tong. Ketika ia masih berduit, orang-orang memanggilnya Mr. Tong dengan lagak manis. Begitu kami kere, orang enteng saja menyapanya Atong. Terkadang malah Otong. Itu membuatku jengkel. Kau tahulah, itu nama yang sering diberikan laki-laki buat alat kelaminnya sendiri.

Bagaimana pun, aku selalu merasa beruntung memiliki Papa yang tangguh dan penyabar. Dia tak pernah menyuruh istri atau anak-anaknya bekerja buat meringankan bebannya. Bahkan hal-hal sepele seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring, sering ia lakukan sendiri.

Aku pernah memergokinya berkata, dengan mesra, kepada Mama: “Biar Papa saja.” Papa adalah pemimpin keluarga kami, dan ia mengerti bahwa pemimpin sejatinya ialah pelayan.

Papa tak banyak bicara. Dia selalu memberi contoh dengan tindakan. Sifat konsekuen papa mulai kutiru sejak aku kecil. Sedari dulu aku sudah menyadari aku harus punya andil dalam keluarga ini.


Sejak kecil aku terbiasa bergaul dengan laki-laki. Aku jago bermain kartu dan gundu. Jika menang, gundu dan kartu mereka yang kumenangkan bisa kujual kembali. Uangnya kuserahkan ke Mama.

Itu bukan satu-satunya trik yang kupunya buat mencari uang. Bukan, bukan beternak tuyul. Dulu, ada snack berharga Rp 500 yang kadang berisi hadiah uang Rp 5.000. Di warung langgananku, satu demi satu bungkus snack itu kukocok, kutimbang, kudengarkan bunyinya. Kalau cocok, aku ambil. Jika tidak, dengan polosnya aku akan berlalu meninggalkan penjaga warung yang cemberut karena barang dagangannya aku acak-acak. Konyol, jelas. Naif, mungkin. Tapi kisah itu benar belaka.

Saat aku lahir, Papa menamaiku Yeo Chuwey. Dalam bahasa Indonesia, artinya cukup keren: nomor satu yang paling bersinar. Sayang, kegaduhan politik di Indonesia waktu itu membuat Papa berpikir nama Tionghoa hanya akan membuat hidupku makin sulit. Maka, di akta kelahiranku tertera nama utama yang “lebih Indonesia”: Wewey Wita.

Sampai di sini, setelah mengetahui latar belakang keluargaku, kau mungkin mengira aku seorang atlet badminton, wushu, kungfu, basket, bridge, atau olahraga-olahraga yang telanjur lekat dengan etnis Tionghoa. Salah, aku adalah seorang pesilat.

Pencak silat cenderung lebih dekat dengan identitas keindonesiaan yang dibatasi pada satu entitas yakni etnis Melayu. Berkulit coklat, bukan kuning. Tentu pencak silat sendiri tak melahirkan sekat-sekat itu. Pembatasan, kukira, hanya ada dalam kepala kita. Pencak silat, seperti Indonesia, memeluk siapa saja yang mencintainya, termasuk aku.

Aku sendiri tak menyangka silat bisa jadi bagian dari hidupku. Memang semasa kecil aku biasa bermain dengan anak lelaki dan ikut beragam ekstrakurikuler olahraga, mulai dari voli dan basket hingga karate dan taekwondo. Mama selalu memaksaku menampakkan sisi feminin, sampai-sampai dia pernah memaksaku ikut lomba peragaan busana yang diadakan Radio Pitaloka, stasiun radio terkenal di Ciamis. Aku terpilih sebagai juara 2.

Tetapi aku tak peduli. Buatku, berlenggak-lenggok itu tak nyaman. Kurasa bakatku memang olahraga. Semua guru olahraga mengenalku. Dalam berbagai kejuaraan olahraga antar sekolah, namaku selalu muncul dan mereka banggakan. Lalu, terjadilah sesuatu yang mengubah hidupku.

Dalam sebuah pesta perpisahan kakak kelas, seorang guru mendatangiku. Dengan enteng dia bilang: “Wewey, Bapak udah daftarin kamu, ya. Uang pendaftaran sudah masuk. Dua hari lagi pertandingan.”

Tentu aku terbelalak. “Tanding apa, Pak?” kataku.

“Silat.”

Aku bingung. Mau membantah takut durhaka. Tapi kalau harus mengembalikan uang pendaftaran, aku tak tahu harus mencari ke mana. Dengan terpaksa, aku menurut.

Hanya ada dua hari untuk belajar. Dan yang lebih ajaib, guru itu hanya mengajariku etiket masuk gelanggang, salam kepada wasit, dan hal-hal sepele lainnya. Sama sekali tak ada teknik pertarungan. Dan, oh, untuk kejuaraan pertamaku itu, meski masih kelas 4 SD, berat badanku melewati ambang batas yang ditentukan. Maka, aku diturunkan melawan anak-anak SMP.

Takut? Jelas. Musuhku adalah atlet-atlet pencak yang punya jam terbang, sedangkan aku cuma berlatih memberi salam selama dua hari. Aku menang dengan skor 3-2 dalam pertandingan pertamaku berkat teknik tendangan karate. Tendang, tendang, dan tendang. Aku gagal menjadi juara umum, namun saat juara terbaik diumumkan, namaku disebutkan di podium. Sejak saat itulah aku diminta guru-guru menggeluti pencak silat secara serius.

Popwilnas. Popda. Popnas. Satu demi satu kejuaraan berjenjang untuk pelajar itu kuikuti.

Seperti aku jelaskan di awal, hidupku penuh paradoks. Dan itu terjadi lagi di kejuaraan senior pertamaku, saat membela Kabupaten Ciamis di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda).

Dalam sebuah kompetisi, lazimnya kasus pencurian umur terjadi saat si atlet mengurangi umur agar tak melebihi batasan. Aku malah sebaliknya. Waktu itu, atlet Porda harus berusia 17-35 tahun, sedangkan aku baru 14 tahun. "Kalau kamu siap, gampang, semuanya bisa diurus," kata pelatih kepadaku.

Saat itu, aku tak begitu paham dan peduli apakah yang kulakukan benar. Yang kuinginkan hanya ikut kejuaraan dan berprestasi. Lagi pula, kita sama-sama tahu, sulap-menyulap bukan hal yang aneh di negara ini.

Aku memenangkan emas. Kabar soal pencurian umur yang kulakukan pun bocor dan jadi perbincangan. Namun, orang-orang sepertinya malah bangga sebab seorang atlet berusia dini mampu mengalahkan atlet-atlet yang lebih senior.

Emas Porda itu semestinya berarti bonus Rp10 juta untukku, tetapi yang kuterima hanya Rp7,5 juta—kukira aku tak perlu menjelaskan kepadamu bagaimana itu bisa terjadi. Aku tak mempermasalahkan hakku yang raib, lagi pula Rp7,5 juta bagi seorang anak SMP sepertiku saat itu sudah teramat besar.

Dari titik itulah karierku sebagai atlet pencak silat melejit. Aku bergabung dengan PPLP di Bandung.

Selain Papa dan Mama, aku beruntung memiliki kakek dan nenek yang amat berjasa ketika aku meniti karier di Bandung. Meski sulit, mereka selalu memaksaku menerima uang pemberian mereka, yang aku tahu didapat dengan susah payah.

Saat di Bandung, aku kadang tak bisa makan dengan lahap. Apakah keluarga di Ciamis sudah makan atau belum? Aku merasa telah meninggalkan keluargaku dalam situasi sulit.

Namun, pilihan pelik merantau ke Bandung harus kuambil. Hanya dari sanalah aku bisa berharap membantu Mama, Papa, dan lima adikku menyambung hidup dengan uang saku dan bonus kemenanganku di pelbagai kejuaraan.

Jika boleh jujur, aku sebenarnya sudah letih. 15 tahun aku bertarung, bertarung, bertarung. Aku sadar bahwa menjadi atlet bukan jaminan pasti untuk masa depan—ibarat bunga, segar dipakai, layu dibuang. Namun, di sisi lain, kerja belum selesai, belum apa-apa. Aku akan berhenti hanya jika sudah memberikan prestasi terbaik bagi bangsaku, negaraku: Indonesia.


Tulisan: Wewey Wita (atlet pencak silat, peraih medali emas ke-30 bagi Indonesisa di Sea Games ke-18 Jakarta-Palembang - Indonesia, dikutip dari: Tirto

Pembuatan Aplikasi GRATIS untuk Komunitas

Ada kabar bagus nih buat komunitas. Ada pembuatan aplikasi GRATIS untuk komunitas. 

Untuk komunitas apa nih?
Komunitas apa saja (asal positif ya?).

Apa saja syaratnya? Hubungi ke mana? 

Untuk info selengkapnya, silakan download aplikasi di bawah ini (klik saja gambar di bawah ini), semua info ada di sana. 

Cerita Panjang dari Sebatang Rokok yang Pendek

  1. "Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan Kehamilan dan Janin”yang tertera di bungkus rokok, tidak terlalu berpengaruh bagi perokok.
  2. "Peringatan: Merokok Membunuhmu" yang jadi gantinya juga tidak banyak berpengaruh.
  3. Jika seseorang merokok dan beberapa saat kemudian orang tersebut langsung meninggal akibat asap rokok yang dihisapnya, mungkin orang-orang baru akan stop merokok. Selama tidak memberi efek langsung, cuek saja...
  4. Info mengenai bahaya merokok sudah sangat banyak, perokok tidak peduli (info bahaya merokok, silakan klik "Fakta Mengejutkan Tentang Rokok dan Perokok")
  5. Wanita merokok, tidak usah heran (bahkan wanita hamil sekalipun). Anak kecil merokok, tidak perlu heran. Seorang dokter merokok, ini baru heran.
  6. Perokok ditegur karena merokok di depan umum, mereka bisa lebih galak daripada yang menegur. Merokok adalah hak asasi (dia tak tahu, orang lain juga punya hak asasi untuk menghirup udara bebas asap rokok).
  7. Merokok dapat memperpendek usia seseorang (tangkisan dari perokok: hidup, mati, jodoh, rezeki,... ada di tangan Tuhan). Kalau belum ajalnya, orang tidak akan mati. Sayang tidak ada yang berani menguji teori ini dengan melompat dari gedung tinggi (di bawah hanya aspal atau semen, tak ada jaring penyelamat di bawahnya). Sambil melompat dari gedung tinggi Anda berucap, "Jika belum ajal, saya tidak akan mati."
  8. Cerita humor: Seorang perokok membaca berita di koran, merokok akan membunuhmu. Sejak saat itu, si perokok berhenti. Ya, sejak saat itu ia berhenti membaca koran (tetap melanjutkan merokok). 
  9. Saya yang mengendarai motor beberapa kali kelilipan debu rokok ketika dengan santainya perokok mengeluarkan tangannya dari jendela mobil sambil menjentikkan abu rokok dari rokok yang dipegangnya.
  10. Setiap ada wacana stop rokok demi kesehatan rakyat Indonesia, diskusi ini selalu beralih pada masalah "banyaknya manfaat rokok". Berapa banyak petani tembakau, penyerapan tenaga kerja (buruh pabrik rokok), penyumbang pajak terbesar, dan lain-lain. 
  11. Kontradiksi: Acara olahraga (di Indonesia dan juga dunia) yang bertujuan menyehatkan tubuh banyak disponsori oleh produsen rokok.
  12. Lucu juga rasanya bila mendengar seorang pria mengatakan bahwa ia sangat mencintai istrinya dan sangat menyayangi anaknya tapi merokok di dalam ruangan yang sama dengan istri dan anaknya. Juga mengurangi uang belanja dan uang jajan anak demi kelangsungan kebiasaan merokoknya.
  13. Panjang jika mau dituliskan kerugian yang disebabkan rokok: bahaya bagi perokok, bagi orang di sekitarnya (perokok pasif), bau yang ditimbulkan (tangan, pakaian, mulut,...). Api rokok sering menyebabkan terjadinya kebakaran, merusak banyak fasilitas umum, dan lain sebagainya.   


Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar


Peringatan Bahaya Merokok (bagian ke-2)


Kandungan Racun Dalam Sebatang Rokok


Catatan
Pada posting dengan label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat.

Silakan saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di sekitar Anda.
abcs