MERDEKA.COM. Anggota DPRD DKI Jakarta Abraham Lulung
Lunggana (Haji Lulung) mengatakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) benar-benar alami gangguan jiwa (gila). Bahkan,
Lulung mengaku bakal 'membinasakan' karier Ahok sebagai wakil gubernur
DKI Jakarta.
Lulung mengatakan Ahok sempat menyebut DPRD
merupakan sarang koruptor apabila Rancangan Undang-undang Pemilihan
Kepala Daerah (RUU Pilkada) disahkan. Menurut Lulung, Ahok hanya suka
menebar sensasi untuk mencapai popularitasnya.
"Ahok itu harus dibinasakan, binasakan kariernya jadi wakil gubernur," ujar Lulung di Gedung DPRD DKI, Jakarta, Kamis (11/9).
Bahkan,
Lulung bakal menjegal Ahok untuk menjadi gubernur DKI Jakarta. Menurut
dia, mantan bupati Belitung Timur ini tidak mempunyai etika dalam
memimpin DKI. Hal tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah.
"Kalau dulu saya bilang harus
diperiksa kesehatan jiwanya, hari ini terbukti, semua orang bilang dia
gila. Makanya saya bilang, saya binasakan kariernya Ahok. Enggak bakalan
dia dilantik jadi gubernur," kata Lulung.
Seperti diketahui,
Ahok resmi mengajukan surat pengunduran diri dari Partai Gerindra. Ahok
mengaku tidak sejalan dengan partainya, terkait rancangan undang-undang
(RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang menginginkan pilkada
dipilih oleh DPRD.
Setelah membaca berita ini, terlintas pertanyaan: Siapa yang pantas "dibinasakan"? Apakah Ahok atau justru Haji Lulung?
Ada baiknya Anda klik (Yahoo News) untuk membaca suara rakyat pada bagian komentar, persis di bawah berita tersebut.
Apakah mereka pro Haji Lulung yang jadi wakil rakyat atau pro Ahok, calon Gubernur DKI yang prorakyat?
Zaman sudah berbeda, rakyat sudah cerdas, tidak mudah lagi diprovokasi dan dibodohi. Dulu, isu SARA adalah cara paling gampang menaklukkan lawan politik. Sayang, sekarang (setidaknya saat pasangan Jokowi-Ahok bertarung untuk jadi DKI 1 & 2 serta saat Jokowi-JK bertarung untuk jadi RI 1 & 2) isu SARA sudah tidak begitu efektif. Koalisi partai dengan suara yang jauh lebih besar pun bukan lagi jaminan untuk menang.
Rakyat memilih figur yang rekam jejaknya baik, bukan partai pengusungnya. Koalisi sekian banyak partai dengan suara perolehan di atas 50% (yang konon mempresentasikan sekian banyak suara rakyat yang terwakili), toh saat pilpres hasilnya tidak sejalan dengan prosentase tersebut.
Apakah ini pertanda partai tidak peka terhadap aspirasi rakyat? Rakyat memilih capres A, sedangkan elit partai justru berkoalisi dengan capres B.
Hari Kamis, 11 September 201: Haji Lulung: Ahok Harus Dibinasakan!
Lalu baca juga apa kata Haji Lulung pada Minggu, 14 September 2014 (klik saja):
Posting Komentar