Kisah Inspiratif: Yang Sering Tak Terlihat

 

Sumber: Google

Seorang anak laki-laki usia SMP sedang marah besar kepada orang tuanya. Sudah berkali-kali ia minta HP lamanya diganti dengan HP baru tapi tidak dituruti orang tuanya. "Aku malu pakai HP ini, sementara HP teman-teman jauh lebih bagus," katanya.

Di puncak kekesalannya, ia memutuskan pergi dari rumah. Pergi dari rumah hanya karena tidak dibelikan HP baru. Padahal seharusnya ia tahu diri, penghasilan ayahnya tidak seberapa. Hanya pas-pasan untuk makan sekeluarga.

Ia berjalan tanpa tujuan. Yang terlintas hanya pergi jauh dari rumah.

Hari sudah menjelang sore. Ia pergi dari rumah sejak pagi-pagi sekali. Ia belum sarapan, sekarang waktu makan siang pun sudah lewat.

Jadi sejak pagi ia belum makan dan minum. Sekarang perutnya lapar, tapi di sakunya tak ada uang sama sekali. Ia pergi dengan terburu-buru agar tak ketahuan kedua orang tuanya. HP pun lupa dibawanya.

"Bagaimana aku bisa mengisi perutku yang sudah sangat lapar ini?" batinnya. "Dari mana aku bisa mendapatkan uang?"

Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang penjual mi ayam. Di sana sepi, tidak ada pembeli. Ia memberanikan diri untuk mendekat. "Aku minta makan saja kepada Bapak penjual mi ayam itu," pikirnya.

"Pak, saya lapar. Bolehkah saya minta makan dan minum?" tanya anak itu. "Oh, kamu sendirian di sini? Orang tuamu mana?

Anak itu menceritakan semuanya. Penjual mi ayam itu menyajikan seporsi mi ayam dan minuman. "Terima kasih Pak. Bapak sangat baik kepada saya, padahal Bapak tidak kenal saya. Terima kasih ... terima kasih ...," ucap anak itu berulang-ulang.

"Nak, seporsi mi ini tidak seberapa dibanding makanan yang setiap hari kau makan di rumah dan segala yang kau dapatkan dari orang tuamu. Itu semua berkat kerja keras ayah dan ibumu. Pernahkah kamu mengucapkan terima kasih kepada mereka?"

Anak itu menggeleng. "Nak, setelah selesai makan, kamu pulang ya? Atau mau Bapak antar? Ayah dan ibumu pasti sudah panik mencarimu," kata penjual mi itu. Anak itu makan mi dengan air mata berlinang.

Secara tak adar, mungkin kita pernah seperti anak itu. Kita sangat berterima kasih atas kebaikan kecil dari seseorang yang baru kita kenal. Sementara kebaikan yang jauh lebih besar yang sudah diberikan orang tua kita seolah tak terlihat.


0 Responses

Posting Komentar

abcs