Medali Emas Perenang Kanada dan Ironi Kebijakan Satu Anak di China

Atlet renang Kanada Margaret berpose dengan medali Olimpiade Tokyo 2020 yang didapatkannya pada nomor renang 100 meter gaya kupu-kupu putri. (AFP/OLI SCARFF)

KOMPAS.com - Medali emas Margaret MacNeil di Olimpiade Tokyo 2020 membuat publik China "menyesali" kebijakan satu anak yang pernah ditetapkan oleh pemerintah negara mereka.

Margaret MacNeil mempersembahkan satu medali emas untuk negaranya, Kanada, pada Olimpiade Tokyo 2020.

Medali emas itu diraihnya di cabang olahraga akuatik nomor renang 100 meter gaya kupu-kupu putri di Tokyo Aquatics Centre, Senin (26/7/2021).

Perenang 21 tahun itu finis pertama dengan catatan waktu 55,59 yang merupakan rekor dunia di Benua Amerika.

Maggie - panggilan akrab Margaret MacNeil - unggul 0,05 detik dari perenang favorit juara asal China Zhang Yufei, yang akhirnya harus puas dengan medali perak.

Kemenangan MacNeil atas Zhang Yufei kemudian menjadi perbincangan di situs microblogging China, Weibo.

Berita tentang MacNeil langsung menjadi trending topic di media sosial tersebut karena menarik 400 juta viewers.

Namun, sebagian besar pembahasannya bukan ke prestasi MacNeil, tetapi lebih ke "warisan" China yang dimiliki sang atlet.

Melansir CNN, Rabu (4/8/2021), MacNeil lahir di Jijuang, Jiangxi, China, pada 26 Februari 2000, tetapi dia diadopsi oleh keluarga asing karena kebijakan satu anak yang diberlakukan China, saat itu.

Kebijakan itu berlaku hingga 2016, menyebabkan bayi perempuan diabrosi, ditinggalkan, dan bahkan dibunuh karena pandangan tradisional keluarga Tionghoa yang lebih "menyukai" memiliki anak laki-laki.

Hal itu kemudian membuat ketimpangan jenis kelamin dari jumlah bayi yang lahir di sana, dengan adanya surplus lebih dari 30 juta pria.

Kebijakan itu kemudian dihapus. Pemerintah China mengizinkan semua pasangan untuk memiliki dua anak pada 2016.

Tahun ini, kebijakan itu lebih longgar. Setiap keluarga boleh memiliki tiga anak.

Namun, bagi banyak netizen China, terutama wanita, kemenangan MacNeil menjadi pengingat tentang "kebijakan merusak" selama beberapa dekade, yang mengakibatkan ketidaksetaraan gender di sana.

"Dia (MacNeil) mungkin tidak berbakat jika dia dibesarkan di China. Sebaliknya, dia mungkin putus sekolah lebih awal untuk bekerja di pabrik," tulis satu komentar di Weibo.

"Kami kehilangan bakat seperti itu karena preferensi anak laki-laki daripada perempuan," tulis komentar lainnya.

Masih dari CNN, pemerintah Amerika Serikat melaporkan bahwa 84 persen dari sekitar 82.000 anak yang diadopsi keluarga Amerika pada rentang 1999-2009 berjenis kelamin perempuan.

Maggie MacNeil diadopsi pada 2001 bersama adik perempuannya oleh pasangan suami-istri Edward MacNeil dan Susan McNair. Mereka kemudian dibawa ke Kanada.

Maggie MacNeil telah menegaskan bahwa dia orang Kanada dan selalu tumbuh sebagai orang Kanada.

"Saya lahir di China dan saya diadopsi ketika saya masih sangat muda, jadi hanya sejauh itu warisan China saya," kata MacNeil.

"Jadi itu hanya sebagian kecil dari perjalanan saya ke tempat saya hari ini, dan itu sedikit tidak ada hubungannya dengan renang atau seberapa jauh saya berenang," ucapnya.

 

Sumber: Kompas 

0 Responses

Posting Komentar

abcs