Bangunan sekolah dan beberapa bangunan lainnya hancur total, terdengar suara tangis murid-murid yang terjebak dalam reruntuhan. Sekolah Li Wangziguo terdiri dari 5 lantai, namun hanya 3 yang masih dikenali. Li Guolin berteriak panik memanggil anaknya... Dalam kepanikannya dia mendengar suara tangisan yang tidak asing lagi, suara tangisan Li Wangziquo. Anak itu terkubur cukup dalam namun dalam keadaan sadar. Li Guolin tidak dapat menjangkaunya. Tiba-tiba seorang ibu memanggilnya dengan putus asa
"Pak Polisi, tolong, anak saya terkubur di reruntuhan."
Ternyata yang minta tolong tidak hanya satu orang, banyak orang tua yang kebingungan bagaimana menolong anak mereka. Sebagai polisi pertama yang tiba di tempat kejadian. Li Guolin merasa wajib menolong mereka. Dia berkata pada anaknya.
"Wangziguo, bertahanlah, beranilah, Ayah akan menolong mereka dulu."
Li Guolin segera memberikan instruksi pada semua yang ada di sana.
"Tolong yang bisa ditolong, tolong yang terkubur paling dangkal terlebih dahulu."
12 Mei 2009: Li Guolin menghabiskan seluruh waktunya menolong anak-anak yang bisa diselamatkan.
13 Mei 2009: Bantuan datang dan mulai menyelamatkan anaknya Li wangziguo.
14 Mei 2009 : Li Wangziguo meninggal sebelum berhasil dikeluarkan dari reruntuhan.
Polisi Li Guolin bersama orang tua murid berhasil mengevakuasi lebih dari 30 murid dan mereka selamat.
Andai Li Wangziguo (putra Li Guolin) masih hidup, kepada teman-temannya ia pasti akan berujar "Ayahku adalah seorang pahlawan."
Semoga kisah ini menginspirasi kita: "Kepatuhan seorang polisi dalam usaha penyelamatan korban bencana."
Berikut ini cerita dalam bentuk sketsa kartun yang diterbitkan di koran China serta foto korban (anak-anak sekolah) yang meninggal tertimpa reruntuhan sekolah.
Untuk melihat sketsa maupun foto lebih jelas, silakan klik gambar/ fotonya (gambar/ foto akan jadi lebih besar).
Kiriman Suherjati via email.