Catatan untuk pengunjung blog ini, isi posting kali ini mungkin terasa "agak pamer". Mungkin tulisan ini membuat Anda muak dan mual, jika setelah membaca sedikit Anda merasa kurang nyaman, skip saja ya ...
Mengapa hal "pamer" ini ditulis? Karena penulis yakin, ini akan menginspirasi. Penulis sudah terbiasa membaca kontroversi di internet tentang hal ini. Apa pun yang Anda lakukan, ada saja yang julid.
Ketika Anda melakukan kebaikan, lalu Anda ceritakan lewat tulisan, foto atau video, ada saja netizen (yang maha benar dengan segala ucapannya), akan menulis kalimat bijak, "Seharusnya tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tau." Atau kalimat lain, "Perbuatan baiknya tidak ikhlas, berbuat baik lalu cerita kepada orang, pamer dan ingin dapat pujian," dan banyak lagi kalimat sejenis.
Lucunya seperti ini, jika suatu saat Anda dituduh pelit atau tidak pernah berbuat baik, di situ ada jebakan. Jika Anda posting atau cerita tentang kebaikan yang pernah Anda lakukan untuk menjawab tuduhan itu, jawabannya, "Berbuat baik kok pamer." Hahaha ... paling benar, nggak usah ditanggapi.
Anda posting kebaikan Anda, itu artinya Anda pamer (meski maksud Anda untuk menginspirasi). Anda tidak posting, Anda pelit.
Ehm ... ngomong-ngomong soal beasiswa, penulis merasa ada faktor lain yang belum pernah dibahas ketika menceritakan beasiswa yang didapat oleh kedua putra kami. Hingga posting ke-21 penulis membahas cara meraih beasiswa, apa yang perlu dipersiapkan, kedua putra penulis tak terlalu pintar tapi rajin, dan lain-lain.
Ada satu hal yang belum dibahas, yaitu faktor X. Di kesempatan ini penulis tak akan bicara soal agama tertentu. Pada dasarnya semua agama mengajarkan bahwa, "Jika Anda berbuat baik, Anda akan menuai kebaikan pula, begitu juga sebaliknya." Penulis yakin, dalam hal ini Anda akan sepakat.
Masyarakat lebih mengenal "hukum tabur tuai" ini dengan sebutan "hukum karma". Ada sedikit salah kaprah dengan istilah ini. Biasanya kita menyebut hukum karma jika melihat hal buruk yang terjadi. Padahal jika hal baik terjadi pun bisa disebut hukum karma (apa yang kita tanam, itu yang kelak kita petik). Tanam baik, petik baik. Tabur keburukan, keburukan itu akan kembali kepada pelakunya.
Punya Satu Kesamaan
Kami (penulis dan istri) beribadah di tempat ibadah yang berbeda (agama sama, hanya tempat ibadahnya berbeda). Waktu telah menikah dan kami cerita-cerita, ternyata ada satu kesamaan!
Dulu, Linda (istri penulis) pernah berdana untuk biaya sekolah adik dari salah satu umat di tempat ibadahnya. Umat ini dari keluarga yang kurang mampu. Linda berdana secara rutin untuk biaya pendidikan anak itu.
Di tempat lain, penulis juga melakukan hal yang sama, jadi donatur adik asuh. Di tempat ibadah penulis ada program adik asuh, dan penulis jadi salah satu kakak asuh yang rutin berdana setiap minggu. Bahkan penulis, yang memang sejak dulu suka berkorespondensi (surat menyurat), meminta alamat salah satu adik asuh dan rutin korespondensi dengan salah satu adik asuh. Penulis tetap berhubungan dengannya dari dia masih SD hingga kini sudah menikah dan punya satu putra!
Anak Juga Ikut Menanam
Penulis salut dengan didikan Linda. Kedua anak kami juga dididik untuk selalu berbagi (hingga kini mereka rutin berbagi, meski jumlahnya kecil). Selain itu, mereka juga dengan sukarela membantu mengajari teman mereka yang kurang mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru (berbagi ilmu). Guru sering meminta bantuan mereka untuk mengajar teman sekelasnya.
Sambil mengajar, secara tidak langsung mereka pun mengasah kemampuan mereka. Memang begitulah ilmu, semakin dibagi, kita jadi semakin banyak (pengetahuan).
Dulu Menabur, Sekarang Menuai
Ketika kedua anak kami mendapat beasiswa penuh di dalam dan luar negeri, penulis jadi teringat tentang hal ini, "Siapa menanam, ia akan memetik. Siapa menabur, ia akan menuai."
Dapat beasiswa adalah kumpulan dari berbagai faktor. Pada dasarnya nilai mereka cukup bagus, mereka rajin belajar (ini salah satu kuncinya), mereka giat mencari info tentang beasiswa, fasilitas untuk belajar (laptop dan wifi 24 jam kami sediakan), dan usaha lainnya. Sudah cukup? Belum. Usaha keras juga harus dibarengi dengan doa (termasuk melakukan banyak kebajikan).
"Jangan lelah untuk terus berbuat kebajikan. Semua akan berjalan otomatis, Anda menanam padi, suatu saat Anda akan memanen padi."
Bagaimana, Anda setuju???
atau