51. Bandung Kreatif
Untuk urusan makanan (kuliner) orang Bandung memang kreatif. Selalu saja ada menu baru yang muncul untuk memanjakan lidah konsumen. Tidak heran, tiap weekend, Bandung dibanjiri mobil plat B (Jakarta). Apalagi kalau ada harpitnas (hari kejepit nasional), banyak jalan yang macet.
Serabi (di Bandung disebut surabi) yang biasanya dimakan dengan gula cair, di tangan kreatif muncul jadi 20-an rasa (keju, strawberry, sosis,...). Kemudian ada brownies kukus, pisang molen, peuyeum molen (peuyeum = tape singkong), sop buah (variasi baru dari es buah or es teler). Pernah muncul cimol (makanan berbahan aci alias sagu berbentuk bulat, digoreng lalu dimakan dengan aneka taburan bumbu), baso tomat.
Menurut penulis, untuk laku, memang harus tampil unik (lain daripada yang lain). Ada beberapa hal yang bisa menarik konsumen: harga murah, makanan enak, makanan unik, suasana unik, atau namanya yang unik.
Pelajaran: Untuk terus bertahan (laku), kita harus kreatif dan selalu melakukan inovasi.
***********
52. Menarik Perhatian
Masih soal kuliner. Makanan murah meriah (meski tak terlalu enak) ramai pengunjung, itu biasa. Makanan enak banyak yang antri? Juga biasa. Makanan unik? Ya, seperti surabi aneka rasa itu.
Suasana unik? Salah satunya adalah rumah makan Bancakan di Bandung. Tempat ini menjual suasana kampoeng tempo doeloe. Yang unik adalah peralatan makannya. Piring dan cangkir kaleng!
Nama kuliner unik? Nama yang unik/ aneh pasti memancing rasa ingin tahu kita. Gimana sih... bentuknya, gimana rasanya? Kalaupun akhirnya tidak sesuai selera kita, setidaknya kita pernah coba 1 kali. Di Bandung ada perkedel bondon (bondon = WTS, karena “jam praktik” warung ini tengah malam), sop buah (minuman, bukan makanan).
Ada 1 lagi faktor yang terlupa, pelayanan. Pelayanan bagus juga bisa jadi daya tarik. Ini cerita waktu SMA. Why tempat makan itu ramai dikunjungi? Murah atau enak? Ternyata bukan! Pelayanannya. Waiter-nya adalah anak pemilik yang cantik! Wow..
Pelajaran: Yang unik memang menarik perhatian.
***********
53. Jago Singkatan
Anda yang pernah mampir ke Bandung, tentu pernah mendengar nama kuliner seperti ini: cireng, comro, misro, gehu,... Nama yang aneh & unik ya? Tahukah Anda itu semua singkatan, dan warga Bandung memang jago buat singkatan.
Cireng = aci digoreng (aci = sagu), comro = oncom di jero (jero = dalam, makanan berbahan singkong ini, di dalamnya berisi oncom), misro = amis di jero (amis = manis, isi di dalamnya manis), gehu = toge di dalam tahu. Lalu ada comro mini dengan sebutan comet. Ternyata juga singkatan. Comet = comro saeutik (comro sedikit/ kecil).
Cimol (pernah booming tapi sekarang sudah nyaris hilang). Penulis cari tahu asal usul namanya. Ternyata juga singkatan. Cimol = aci digemol (makanan dari aci yang dibuat dalam bentuk bulat). Lalu ada pula cilok = aci dicolok (mirip baso tapi bahannya aci, dan dimakan dengan bumbu kacang kayak batagor). Dan batagor = baso tahu goreng. Ada lagi basreng = baso goreng.
Pelajaran: Mungkin ini bagian dari strategi bisnis, nama yang unik?
***********
54. Jawaban Pedagang
Anda ingin membeli jeruk dan di pajangan tak ada tester (jeruk yang bisa dicicipi). Apa yang Anda lakukan? Biasanya kita bertanya pada penjual jeruk itu. “Bang, jeruknya manis?” Sebenarnya ini mirip kalimat retoris (kalimat bertanya, tapi tidak bermaksud bertanya). Hampir pasti jawabannya: “Manis.” Siapa yang mau jujur bilang jeruknya asam, salak-nya sepet?
Kalau dagangannya (buah-buahan) yang dijual itu manis, biasanya ada tester-nya. Dan pedangang itu rajin menawari kita untuk mencicipi. Tapi, meskipun manis, tak tertutup kemungkinan buah yang kita beli itu asam karena yang dicoba dan yang dijual kadang tidak sama.
Atau kita tanya, “Roti ini baru Bang?” Jawabannya: “Baru Neng. Baru diantar tadi pagi.” Meskipun roti itu sudah dititip 2 hari lalu.
Reaksi jujur baru akan kita dapatkan bila pedagang itu teman baik atau saudara kita. Mereka akan memberitahukan bahwa yang itu kurang bagus, sebaiknya beli yang ini.
Pelajaran: Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula.
***********
55. Matematika Lucu
Penulis bukanlah orang yang suka dengan pelajaran matematika. Tapi penulis suka bila bermain angka untuk permainan sulap. Intinya suka pada angka, tapi bukan pada hal-hal njlimet seperti sin, cos, tangen, integral, diferensial,...
Ada 2 perhitungan matematika lucu yang penulis temukan. Pertama pada pedagang tahu keliling dan kedua pada penjual baso. Harga 1 tahu Rp 300, kalau beli 3 Rp 1.000. Sama dengan penjual baso. Harga kerupuk Rp 300, kalau makan 3 kerupuk jadi Rp 1.000. Penulis tahu, ini pasti karena mereka kerepotan menyediakan uang receh untuk kembalian. Jadi biar gampang hitungnya.
Lucunya lagi, tak banyak ibu-ibu atau penikmat baso yang protes. Kami, biasanya beli 5, jadi tak masalah. Pernah ada seorang ibu yang protes. “Gimana sih... 1 tahu = Rp 300, beli 3 seharusnya Rp 900, kok jadi Rp 1.000?” “Gak ada kembaliannya Bu” tangkis pedagang tahu.
Kok tak pernah terpikir untuk mengatakan harganya Rp 350 per buah?
Pelajaran: Alergi dengan pelajaran matematika ya Bang?