Pandemi Covid=19 berdampak ke semua sisi kehidupan. Banyak kegiatan yang terpaksa dilakukan dari rumah. Di negara yang relatif sedikit pasien Covid-19, ada kegiatan yang bisa dilakukan di luar rumah, tapi tetap ada protokol kesehatan yang harus diikuti, seperti jaga jarak, pakai masker, dan sering mencuci tangan.
Karena pembatasan ini, rumah ibadah yang tadinya dapat menampung umatnya, bisa jadi kekurangan tempat karena ada batasan jarak antarorang. Nah di Jerman, pihak Kristiani menawarkan Gereja sebagai tempat umat Islam untuk beribadah untuk mengatasi hal ini. Indahnya toleransi.
Sumber video: Detik
Eagles - Hotel California Guitar Cover by Yujin
The Eagles - Hotel California solo (Cover by Chloé)
Eagles - Hotel California Solo Cover by EVANGELISTA (Eva Kourtes)
Hotel California Super Solo
Eagles - Hotel California - Guitar Solo Cover (4K)
Hotel California - Eagles (CANJATUBE - REDE SOCIAL DE MÚSICOS)
Hotel California Guitar Solos G-1275
HOTEL CALIFORNIA cover by Naudo Rodrigues
Hotel California (Don Henley, Glenn Frey, Don Felder) arranged and played by Soren Madsen
공민성 - Hotel California(Eagles, 편곡) [제8회 어쿠스틱기타 경연대회 축하공연]
(The Eagles) Hotel California - Sungha Jung (2009.2.16)
Cover by Power Dream
Hotel California Full Cover (Live 1994 - Hell Freezes Over)
Hotel California - Eagles by NSU University School Chorus & Guitar Ensemble
Hotel California-Eagles (GELOSH TRIBE Cover)
Hotel California (The Eagles cover) | Mina Phan & Thanh Điền Guitar
Karaoke version
Yang mau berkaraoke, silakan...
Senin, Mei 11, 2020
Diposting oleh
Hendry Filcozwei Jan
Sumber foto: Tumpukan Jerami & Jam Tangan Antik
Di sebuah desa, hiduplah keluarga bahagia yang terdiri dari suami istri dan tiga orang anak. Sang ayah dikenal sebagai orang tua yang bijak.
Suatu hari sang ayah ingin mengetahui dari ketiga anaknya ini manakah yang paling bijak dan akan menjadi penerus usahanya. Sang ayah membuat sebuah "permainan" yang nantinya akan memberikan jawaban tentang keingintahuan sang ayah.
"Anak-anakku, kemarin sewaktu ayah merapikan gudang penyimpanan jerami, jam tangan kesayangan ayah terjatuh tanpa ayah sadari. Ayah sudah coba mencarinya, tapi tidak berhasil menemukan jam tangan peninggalan kakek kalian itu. Hari ini ayah minta kalian untuk membantu mencarikan jan tangan tersebut," kata sang ayah.
Si sulung yang pertama mendapat giliran. Ia masuk ke gudang dengan berbekal sekop. Ia memindahkan tumpukan jerami dengan sekop. Ketika tak menemukan yang ia cari, ia pindah ke tempat lain secara acak. Satu jam berlalu, ia keluar dari gudang tanpa hasil.
Kemudian giliran anak kedua. Ia membawa senter. Ia menggunakan senter untuk mencari jam tangan kesayangan ayahnya. Berbagai tempat yang ia duga sebagai tempat jatuhnya jam tangan disorot dengan senter. Seperti kakaknya, satu jam berlalu tanpa hasil.
Yang terakhir giliran anak bungsu. Ia masuk ke gudang tanpa peralatan. Sepuluh menit kemudian ia keluar dari gudang dengan membawa jam tangan kesayangan ayahnya.
"Nak, bagaimana cara kamu menemukan jam tangan ayah," tanya ayahnya.
"Saya hanya duduk dengan tenang di sudut gudang, lalu berkonsentrasi untuk mendengarkan detak jam tangan ayah. Jika belum mendengar suara detak jam, saya bergeser ke sebelahnya, begitu seterusnya sampai saya mendengar suara detak jam dan menemukannya," cerita si bungsu.
Suatu hari sang ayah ingin mengetahui dari ketiga anaknya ini manakah yang paling bijak dan akan menjadi penerus usahanya. Sang ayah membuat sebuah "permainan" yang nantinya akan memberikan jawaban tentang keingintahuan sang ayah.
"Anak-anakku, kemarin sewaktu ayah merapikan gudang penyimpanan jerami, jam tangan kesayangan ayah terjatuh tanpa ayah sadari. Ayah sudah coba mencarinya, tapi tidak berhasil menemukan jam tangan peninggalan kakek kalian itu. Hari ini ayah minta kalian untuk membantu mencarikan jan tangan tersebut," kata sang ayah.
Si sulung yang pertama mendapat giliran. Ia masuk ke gudang dengan berbekal sekop. Ia memindahkan tumpukan jerami dengan sekop. Ketika tak menemukan yang ia cari, ia pindah ke tempat lain secara acak. Satu jam berlalu, ia keluar dari gudang tanpa hasil.
Kemudian giliran anak kedua. Ia membawa senter. Ia menggunakan senter untuk mencari jam tangan kesayangan ayahnya. Berbagai tempat yang ia duga sebagai tempat jatuhnya jam tangan disorot dengan senter. Seperti kakaknya, satu jam berlalu tanpa hasil.
Yang terakhir giliran anak bungsu. Ia masuk ke gudang tanpa peralatan. Sepuluh menit kemudian ia keluar dari gudang dengan membawa jam tangan kesayangan ayahnya.
"Nak, bagaimana cara kamu menemukan jam tangan ayah," tanya ayahnya.
"Saya hanya duduk dengan tenang di sudut gudang, lalu berkonsentrasi untuk mendengarkan detak jam tangan ayah. Jika belum mendengar suara detak jam, saya bergeser ke sebelahnya, begitu seterusnya sampai saya mendengar suara detak jam dan menemukannya," cerita si bungsu.
Begitulah dalam keseharian kita. Terkadang yang kita butuhkan hanya duduk tenang agar kita bisa lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu.
Sumber: Kiriman teman di group WA
Tiap tanggal 2 Mei kita memperingati hari pendidikan nasional. Tanggal itu adalah tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara (di Pakualaman, 2 Mei 1889, meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun). Beliau terlahir dengan nama Soewardi Soerjaningrat (Wikipedia).
Waktu sekolah dulu, penulis mengenal peringatan hari lahirnya pahlawan nasional pendiri Taman Siswa ini dengan akronim Harpenas (Hari Pendidikan Nasional). Jika Anda yang mengenal atau menyebut hari pendidikan nasional dengan akronim Harpenas, bisa dipastikan Anda sudah cukup berumur (hehehe...).
Anak-anak zaman sekarang (atau sering disebut anak zaman now), menyebut Hardiknas (masih kependekan dari Hari Pendidikan Nasional).
Mungkin akronimnya diganti karena kata "pe" bisa merujuk ke banyak kata yang berawalan "pe" seperti: pendidikan, penerangan, penanganan, pendaftaran, pendalaman, dan lain-lain.
Mungkin biar tidak membingungkan, kata "pendidikan" diambil suku katanya: dik. Mungkin juga singkatan (akronim) yang mengandung kata pendidikan seragam diambil kata "dik" sehingga muncul akronim: depdikbud, diknas, kemdiknas, kemdikbud.
Sebenarnya bagus-bagus saja sih, akronim Harpenas diubah jadi Hardiknas. Tapi menurut penulis, (sayangnya) kebetulan kata "hardik" terdengar agak kurang enak di telinga. Kata "hardik" menurut KBBI Kemdikbud dan KBBI Web: perkataan yang keras (untuk memarahi dan sebagainya); bentakan. 😊😁😀
Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Waktu sekolah dulu, penulis mengenal peringatan hari lahirnya pahlawan nasional pendiri Taman Siswa ini dengan akronim Harpenas (Hari Pendidikan Nasional). Jika Anda yang mengenal atau menyebut hari pendidikan nasional dengan akronim Harpenas, bisa dipastikan Anda sudah cukup berumur (hehehe...).
Anak-anak zaman sekarang (atau sering disebut anak zaman now), menyebut Hardiknas (masih kependekan dari Hari Pendidikan Nasional).
Mungkin akronimnya diganti karena kata "pe" bisa merujuk ke banyak kata yang berawalan "pe" seperti: pendidikan, penerangan, penanganan, pendaftaran, pendalaman, dan lain-lain.
Mungkin biar tidak membingungkan, kata "pendidikan" diambil suku katanya: dik. Mungkin juga singkatan (akronim) yang mengandung kata pendidikan seragam diambil kata "dik" sehingga muncul akronim: depdikbud, diknas, kemdiknas, kemdikbud.
Sebenarnya bagus-bagus saja sih, akronim Harpenas diubah jadi Hardiknas. Tapi menurut penulis, (sayangnya) kebetulan kata "hardik" terdengar agak kurang enak di telinga. Kata "hardik" menurut KBBI Kemdikbud dan KBBI Web: perkataan yang keras (untuk memarahi dan sebagainya); bentakan. 😊😁😀
Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Dulu Anda pernah mendengar lagu ini?
Lagu tentang guru yang sering diputar di TVRI.
Sumber video: kiriman teman di grup WA
Langganan:
Postingan (Atom)