Sumber foto: Taksi vs Ojol
Ojol menjadi pilihan masyarakat (dibanding transportasi kenvensional: ojek pangkalan/opang dan taksi), tentu karena banyak keunggulannya. Alasan pertama, kemungkinan karena harga yang lebih murah.
Dari rumah penulis ke sekolah anak, tarif Rp 3.000 (motor). Dari rumah penulis ke mal terdekat Rp 3.000 (tarif promo dan bukan dengan pembayaran tunai). Bayangkan saja...
Mana ada ojek pangkalan yang pasang tarif segitu. Dari rumah penulis ke depan (gerbang kompleks perumahan saja) dengan opang paling nggak ceban (sepuluh ribu rupiah). Dulu... tarif mobil (taksi), buka pintu taksi saja argo-nya sudah ceban.
Jadi, dengan pilihan tarif seperti ini, mana mungkin konsumen pilih yang lebih mahal plus faktor lain.
Motor jelas ojol lebih baru dan terawat. Kalau pakai opang, penumpang harus jalan kaki ke pangkalan ojek. Pakai ojol, cukup pesan via aplikasi, penumpang dijemput sampai di rumah.
Mobil? Naik ojol, tarifnya flat. Naik taksi, jantung bisa berdebar kencang saat terjebak macet, argonya jalan terus. Cukupkah uangku untuk bayar taksi??? Belum lagi kalau sopir taksi nakal yang muter-muter agar jarak tempuh lebih jauh dan tentu saja tarifnya jadi lebih mahal. Di dunia taksi, Anda tentu pernah dengar istilah argo kuda. Ojol? Mau putar-putar ke mana, mau berapa lama terjebak macet, tarifnya flat.
So...???
Pelajaran: Kalau ada yang lebih murah dan bagus, buat apa bayar lebih mahal???
Sumber gambar: Ojol vs Opang
Penulis adalah salah satu pengguna setia Ojol (Ojel Online), tapi di tiap posting dengan label "Obrol Ojol" akan diawali dengan tulisan BroJol dan angka (yang menandakan tulisan kesekian).
Keberadaan ojol seiring perkembangan teknologi informasi tak bisa dibendung. Mau tidak mau, suka tidak suka, yang bisa dilakukan hanyalah ikut (gabung ke Ojol) atau mati (jika tetap dengan cara konvensional alias opang = ojek pangkalan). Atau beralih profesi, itu pilihan lainnya.
Setiap naik ojol (penulis lebih sering naik ojol mobil), hampir pasti penulis akan mengajak sopir (driver)-nya ngobrol seputar ojol. Biasanaya, sepanjang perjalanan biasanya penulis "mewawancarai" sang sopir, yang akhirnya dijadikan serial tulisan di blog ini.
Pasti ngobrol? Nggak juga, tergantung mood pengemudi ojol. Kalau saat penulis berserta anak dan istri naik, sopir sudah mulai ngomel, jalanan macet, susah cari alamat, dan "curhat" lain, penulis biasanya diam sepanjang perjalanan. Bahkan indikasi diam seribu bahasa ini bisa dimulai saat chat via aplikasi saat order kami masuk ke smartphone pengemudi. Ada yang minta kami yang cancel dengan berbagai alasan yang "tidak masuk akal" (sudah lumrah penulis baca di media online), maka "perang dingin" akan berlangsung sepanjang perjalanan jika memang akhirnya driver itu yang mengantar kami.
Balik ke judul posting "Tak Bisa Melawan Arus". Dalam perjalanan (tentu dengan sopir yang ramah), penulis menanyakan bagaimana kabar perseteruan ojek online vs ojek konvensional (opang, taksi, dan "taksi gelap" di stasiun kereta api). Saat itu, ojol dan ojek konvensional masih "perang" dan sering ada aksi sweeping opang ke ojol. Ojol masih "malu-malu" pakai jaket atau helm dengan logo perusahaan ojol. "Yah... begitulah Pak. Kadang ada sweeping, kadang mereda. Semoga ke depannya tidak ada sweeping lagi agar kami dapat mencari nafkah dengan tenang," kata pengemudi ojol.
Di kesempatan lain, obrolan ini berlanjut (suasana sudah mereda, sudah jarang terdengar ada sweeping).. "Harusnya mereka gabung ke ojol. Dunia terus berkembang, kita harus ikut jika tak ingin mati," kata penulis.
"Iya Pak. Sekarang perusahaan taksi juga sudah ada yang gabung ke ojol," kata pengemudi ojol.
"Nah... itu memang pilihan yang bijak. Kalau tidak, perlahan tapi pasti transportasi konvensional (opang, taksi, apalagi "taksi gelap") akan mati," kata penulis.
Pelajaran: Kalau tak mampu berkompetisi, mengapa kita tidak bersinergi saja?
Selasa, Januari 01, 2019
Diposting oleh
Hendry Filcozwei Jan
Mata Anda mungkin akan melotot membaca judul tulisan ini. Apa benar ada keuntungan untuk para perokok? Bukannya rokok mengakibatkan banyak kerugian? Iya, merokok memang merugikan kesehatan dan banyak akibat buruk lainnya. Keuntungan ini hanya guyonan teman penulis (zaman kuliah dulu).
Penulis tidak ingat semua guyonan ini, yang teringat sampai sekarang ada 2 keuntungan bagi perokok, yakni:
- Awet muda. Kok bisa awet muda? "Iya-lah, orang perokok kemungkinan mati muda. Saat Anda mengenang dia (almarhum teman Anda yang perokok), meski usia Anda sudah tua, yang terbayang adalah wajah teman Anda yang masih muda. Hahaha..." tawa teman penulis. Huh... kirain bener-bener bisa awet muda.
- Rumahnya jarang kemalingan. Apa korelasinya merokok dengan kemalingan? "Perokok sering batuk-batuk. Nah ... kalau ada pencuri yang sudah masuk ke rumah lewat plafon, pencuri menunggu suasana hening, yang artinya pemilik rumah sudah tertidur pulas. Perokok sering batuk-batuk, dan pencuri mengira pemilik belum tidur. Batuk-batuk terus, akhirnya malingnya nggak sabar menunggu, pencuri pun pergi dan cari sasaran rumah lain."
Catatan:
Pada posting dengan
label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek
negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang
yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah
saja, semua orang bebas berpendapat.
Silakan
saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang
di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang
tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di
sekitar Anda.
BANDUNG, AYOBANDUNG.COM -- Timur Tengah dan Barat diterjang isu sektarianisme agama yang sarat konflik dan perpecahan umat manusia. Seakan menjadikan agama sebagai alat untuk memperjuangkan alasan perang dan permusuhan. Provokasi dan perang urat saraf kerap dilakukan sehingga melahirkan kebencian dan asumsi negatif.
Namun nyatanya hal tersebut tidak serta merta menutup rasa kasih manusia yang senantiasa terselip rapi dalam nurani. Soalnya beberapa manusia memilih untuk berpegangan tangan sekadar berdamai tanpa melihat latar belakang agama. Untuk itu ayobandung merangkum lima kisah toleransi agama paling menyejukkan di dunia yang pernah terjadi. Berikut rangkumannya:
1. Pria Kristen Pembangun Sahur di Israel
Lelaki itu bernama Michael Ayoub, seorang Kristen keturunan Arab
Israel yang tinggal di Kota Acre. Selayaknya relawan mesaharaty maka
kehidupan Ayoub dimulai sejak dini hari ketika sebagian manusia justru
tengah terlelap tidur. Mesaharaty adalah para sukarelawan yang bertugas
membangunkan warga untuk melakukan sahur di bulan Ramadan.
Seperti dikutip dari Daily Mail sejak 14 tahun lalu di setiap bulan
Ramadan Ayoub selalu memukul halus rebananya sembari menyusuri jalanan
Kota Acre sekedar meneriakan seruan sahur pada umat Islam Israel. Meski
tidak menjalankan ibadah puasa namun Ayoub mengaku selalu merindukan
datangnya Ramadan.
2. Penduduk Muslim Membangun Gereja di Pakistan
Terjangan banjir menghancurkan sebuah Gereja Katolik Desa Khalsabad di Kota Gojra pada tahun 2015 lalu.
Bencana yang menyeret para pemeluk Katolik di desa tersebut tidak dapat
beribadah sedari lama. Satu tahun berselang bantuan hadir sebagai upaya
membangun kembali gereja. Namun bukan berasal dari sesama Kristen
karena bantuan diberikan oleh warga Muslim Khalsabad.
Seperti dikutip dari BBC bila alasan pemberian bantuan oleh warga
Muslim tersebut karena menganggap bahwa gereja selayaknya masjid yang
sama-sama merupakan rumah Tuhan. Artinya warga Kristen memiliki hak yang
sama untuk beribadah selayaknya Muslim.
Bantuan yang diberikan bukan hanya membantu secara fisik dalam
pembangunan gereja namun juga warga Muslim setempat melakukan
penggalangan dana. Sedikitnya sebanyak 143 orang warga muslim terlibat
dalam donasi dan bersama pemeluk Kristen membangun Gerja. Padahal
pemeluk Kristen di desa tersebut hanya berjumlah 70 orang.
Sikap toleransi tersebut memecah kebuntuan karena hingga kini
Pakistan termasuk negara yang sering mengalami konflik berbasis
sektarianisme agama. Serangan teror dari kelompok militan kerap terjadi
menyasar umat minoritas termasuk Katolik.
3. Pria Kristen Mengajar Mengaji di Mesir
Usianya
sudah tidak muda lagi karena telah menginjak 80 tahun. Namun kakek
bernama lengkap Ayad Shaker Hanna asal Kota Minya telah mengabdikan
hidupnya selama beberapa dekade untuk mengajarkan anak-anak Muslim
mengaji dan memahami Alquran. Padahal Ayad Shaker merupakan penganut
agama Kristen.
Menurut Ayad Shaker seperti dikutip dari Aljazeera bila tidak ada
yang salah dari apa yang dilakukannya. Soalnya kedua kitab suci baik
Injil maupun Alquran sama-sama mengajarkan kebaikan. Hebatnya Ayad
Shaker kerap memberikan pengajaran ilmu secara gratis pada anak yang
dinilai kurang mampu.
4. Pria Muslim Meninggal Ketika Menyelematkan Misa Natal di Indonesia
Perayaan Natal di Indonesia pada tahun 2000 menjadi
hari yang penuh kewaspadaan. Soalnya kala itu ancaman bom kerap
memberikan teror terlebih pada pemeluk agama diluar Islam. Sehingga
organisasi pemuda Nahdlatul Ulama menurunkan anggota untuk menjaga
perayaan misa Natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto.
Salah satu anggota Nahdlatul Ulama yang turut serta mengamankan
bernama Riyanto. Seorang yang tidak disangka menjadi penyelamat begitu
banyak umat Nasrani meski harus mengorbankan diri. Kala itu ditemukan
sebuah bingkisan hitam yang berada di luar gereja. Riyanto berinisiatif
untuk datang memeriksa dan nyatanya didapati sebuah bom peledak.
Seperti dikutip dari Deutsche Welle bila kala itu aparat kepolisian
lantas memerintahkan semua orang untuk mundur dan tiarap. Namun tanpa
berpikir panjang pemuda kelahiran Kediri tersebut kemudian berlari
membawa serta bom dalam dekapan untuk mengamankan. Tidak berselang lama
bom meledak dalam dekapan Riyanto. Tubuhnya seketika hancur dan terbang
melayang sejauh 100 meter dari lokasi ledakan. Riyanto adalah contoh
bila perbedaan agama bukan alasan untuk saling tidak melindungi.
5. Buka Puasa Bersama Yahudi dan Kristen di Inggris
Komunitas Yahudi di Kota London menjadi salah satu contoh toleransi
beragama di Eropa. Soalnya mereka mengundang umat Muslim London untuk
menjalankan ibadah buka puasa di rumah ibadah Yahudi pada tahun 2016.
Baik Yahudi maupun Islam memang mengenal puasa dengan praktik berbeda.
Kala itu kedua kelompok lebih gemar mencari kesamaan daripada perbedaan.
Selain itu seperti dikutip dari BBC bila gelaran buka puasa lintas
agama di London tidak hanya terjalin dengan Yahudi namun juga bersama
pemeluk Kristen di Gereja Anglikan Saint James. Lebih dari 200 orang
hadir dari berbagai agama temasuk Wali Kota London Sadiq Khan yang
seorang pemeluk Islam.
Sumber: https://www.ayobandung.com/read/2017/09/27/24098/ini-5-kisah-toleransi-agama-paling-menyejukkan
Selasa, Desember 25, 2018
Diposting oleh
Hendry Filcozwei Jan
Pagi itu aku membawa mobilku menuju sebuah rumah bercat hijau. Kubunyikan klakson sebagai tanda bahwa taksi yang dipesan telah siap di depan rumahnya. Aku menunggu beberapa menit. Namun tidak ada tanda-tanda seseorang akan keluar dari rumah itu.
Tadinya aku ingin membunyikan klason lagi tapi perasaanku mengatakan aku harus keluar dan mengetuk pintu rumah itu saja.
Aku membuka pintu mobil, berjalan melalui taman di depan rumahnya. “Taman yang cukup terawat,” pikirku. Aku mulai mengetuk pintu rumahnya. Terdengar sebuah suara, “Tunggu sebentar ya.” Suaranya lemah, sepertinya sudah berusia senja. Lalu aku mendengar langkah kaki dan sesuatu yang diseret menuju ke pintu tempat aku berdiri.
Tak lama pintu terbuka. Seorang wanita tua berdiri di depanku. Dia mengenakan baju berwarna ungu dan kerudung berwarna senada yang dipakai di atas kepalanya.
Aku menebak umurnya mungkin sekitar 70-an tahun.
Di sampingnya terdapat sebuah koper kecil yang tadi terdengar diseret. Tidak ada orang lain di rumah itu, bahkan aku perhatikan semua perabotan di sana sudah kosong, terlihat beberapa dus bekas dan meja kecil yang ditutup koran.
Sepertinya pemiliknya akan meninggalkan rumah itu dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak ingin kembali ke sana.
“Apakah Anda bisa membawa koper saya ke mobil?" dia bertanya.
Aku mengangguk lalu mengambil koper dan memasukannya dalam bagasi taksi, kemudian kembali untuk membantu wanita itu.
Dia memegang lenganku dan kami berjalan perlahan menuju tepi jalan tempat aku memarkirkan kendaraanku.
Wanita tua itu berterima kasih kepadaku karena mau memegangnya saat menuju taksi tadi.
"Tidak mengapa Bu..., itu sudah seharusnya saya lakukan.” Saya jadi teringat Ibu saya sendiri. Saya senang jika Ibu saya diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Jadi sudah seharusnya saya juga melakukan hal yang sama pada Ibu.
“Oh, Anda sepertinya anak yang baik ya,” katanya. Aku hanya tersenyum.
Ketika kami sampai di dalam taksi, wanita itu memberi aku sebuah alamat dan kemudian bertanya, "Bisakah Anda berkendara melalui pusat kota?"
"Pusat kota..? Bukankah itu malah menjadi lebih jauh kalau mau ke alamat ini Bu?" jawabku cepat.
“Oh ya, saya mengerti, tapi saya tidak terburu-buru, saya sedang dalam perjalanan ke panti jompo Nak.”
Aku melihat di kaca spion. Matanya berkilauan sepertinya dia menahan tangis. Terlihat jelas ada kesedihan terpendam di wajahnya.
"Saya tidak punya keluarga lagi Nak..," lanjutnya dengan suara lembut. “Suami saya sudah meninggal, saya tidak punya anak. Dokter mengatakan saya punya penyakit serius. Jika sendirian di rumah, dokter khawatir terjadi apa-apa dengan saya, jadi dokter menyarankan agar sisa hidup saya ini dihabiskan di panti jompo saja Nak."
Aku diam-diam mengulurkan tangan dan mematikan argometer. “Ibu ingin lewat jalan apa? Biar saya antar jalan-jalan dengan taksi saya ini.”
Ibu itu pun lalu memintaku untuk melewati jalan di kota yang cukup ramai. Beliau menunjukkan gedung tempat dia pernah bekerja sebagai seorang sekretaris. Kami melaju melalui sebuah perumahan, di mana ia dan suaminya pernah tinggal ketika masih pengantin baru.
Lalu beliau juga memintaku untuk berhenti di depan sebuah gudang mebel yang pernah menjadi ballroom gedung kesenian tempat di mana dia menjadi penari saat masih gadis.
Kadang-kadang dia memintaku untuk memperlambat di depan sebuah bangunan tertentu atau berhenti di sebuah sudut jalan, kemudian dia keluar dari mobil. Dia duduk di situ, menatap ke sekeliling, terkadang dia menyentuh tembok atau benda yang ada di sana.
Pandangannya menunjukkan rona kesedihan, namun tidak mengatakan apa-apa. Tanpa terasa matahari sudah mulai meninggalkan cakrawala. Hari sudah berganti gelap. Dia tiba-tiba berkata, "Aku lelah..., ayo pergi sekarang."
Kami melaju dalam keheningan ke alamat yang telah dia berikan padaku.
Sesampainya di sana, aku melihat Itu adalah sebuah bangunan, seperti rumah peristirahatan kecil.
Sekelilingnya penuh dengan tanaman hias aneka warna. Suasananya sejuk, sangat cocok untuk menenangkan diri. Ada kolam ikan di dekat jalan menuju pintu masuk. Beberapa kandang burung juga ada di sana. Menambah semarak suasana sekitar rumah tersebut.
Ada dua orang perempuan berbaju perawat yang keluar dari rumah kecil itu. Mereka membawa sebuah kursi roda. Terihat garis kecemasan di wajah perawat itu. Mungkin mereka sudah mengharapkan wanita tersebut dari sejak siang tadi.
Aku membuka bagasi, mengambil koper kecil dan membawanya menuju pintu masuk. Wanita itu sudah duduk di kursi roda.
“Berapa yang harus saya bayar untuk ongkos taksinya Nak...? “
(dia bertanya sambil merogoh tasnya).
"Nggak usah Bu," kataku.
"Wah gak boleh begitu, Anda 'kan mencari nafkah," jawabnya.
“Nggak papa Bu..., nanti 'kan ada penumpang yang lain," aku menjawab yakin.
Tanpa berpikir panjang, aku membungkuk dan memeluknya di kursi roda. Dia balas memelukku dan memegang erat-erat tanganku.
"Nak... Anda sudah memberikan kepada seorang wanita tua ini sebuah kegembiraan yang tiada tara." Anda sudah memberikan perjalanan terakhir yang menyenangkan untuk saya kenang. Terima kasih untuk semua kebaikanmu ya Nak.”
Aku meremas tangannya, dan kemudian berjalan ke dalam cahaya malam yang redup.
Di belakangku terdengar pintu menutup. Rasanya pilu, dingin dan menyeramkan. Seperti tertutupnya satu buah harapan dalam kehidupan.
Aku tidak mengambil lagi penumpang di jalan meski ada beberapa yang meminta taksiku berhenti. Aku pergi tanpa tujuan, melamun. Selama sisa hari itu, aku hampir tidak bisa bicara.
Pikiranku melayang saat pertama kali bertemu dengan wanita tua itu. Bagaimana jika bukan aku sopir taksi yang menjemputnya.
Bagaimana jika sopir taksi yang menjemputnya itu tidak keluar dari mobil dan hanya marah-marah sambil klakson berkali-kali untuk memberitahu bahwa taksi sudah datang...?
Bagaimana jika sopir taksi itu tidak mau mengantarnya jalan-jalan seharian karena di jalan banyak penumpang yang akan memakai jasa taksinya?
Aku akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa aku telah melakukan sesuatu yang benar, selain mencari uang di jalanan dengan taksiku ini.
Bukankah hidup bagaikan roda yang berputar Bagaimana jika wanita tua itu adalah Ibuku sendiri? Bagaimana jika wanita tua itu adalah istriku sendiri Bagaimana jika wanita tua itu adalah anakku sendiri. Atau bahkan diriku sendiri.
______
Pesan:
Sebuah tindakan kecil bisa jadi merupakan sebuah hal besar untuk orang lain. Anda mungkin tidak akan mengingat apa yang telah Anda lakukan untuk orang lain. Namun orang lain akan selalu mengingat apa yang telah Anda perbuat sehingga membuat hidupnya menjadi lebih berarti. Maka teruslah memberi manfaat untuk orang lain dan lakukan dengan sepenuh hati, sebab hati tidak pernah berbohong. Hati tahu mana yang harus Anda lakukan atau harus Anda tinggalkan.
Semoga kita juga, bisa memaknai hidup kita dan bermanfaat bagi orang lain ...
Tadinya aku ingin membunyikan klason lagi tapi perasaanku mengatakan aku harus keluar dan mengetuk pintu rumah itu saja.
Aku membuka pintu mobil, berjalan melalui taman di depan rumahnya. “Taman yang cukup terawat,” pikirku. Aku mulai mengetuk pintu rumahnya. Terdengar sebuah suara, “Tunggu sebentar ya.” Suaranya lemah, sepertinya sudah berusia senja. Lalu aku mendengar langkah kaki dan sesuatu yang diseret menuju ke pintu tempat aku berdiri.
Tak lama pintu terbuka. Seorang wanita tua berdiri di depanku. Dia mengenakan baju berwarna ungu dan kerudung berwarna senada yang dipakai di atas kepalanya.
Aku menebak umurnya mungkin sekitar 70-an tahun.
Di sampingnya terdapat sebuah koper kecil yang tadi terdengar diseret. Tidak ada orang lain di rumah itu, bahkan aku perhatikan semua perabotan di sana sudah kosong, terlihat beberapa dus bekas dan meja kecil yang ditutup koran.
Sepertinya pemiliknya akan meninggalkan rumah itu dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak ingin kembali ke sana.
“Apakah Anda bisa membawa koper saya ke mobil?" dia bertanya.
Aku mengangguk lalu mengambil koper dan memasukannya dalam bagasi taksi, kemudian kembali untuk membantu wanita itu.
Dia memegang lenganku dan kami berjalan perlahan menuju tepi jalan tempat aku memarkirkan kendaraanku.
Wanita tua itu berterima kasih kepadaku karena mau memegangnya saat menuju taksi tadi.
"Tidak mengapa Bu..., itu sudah seharusnya saya lakukan.” Saya jadi teringat Ibu saya sendiri. Saya senang jika Ibu saya diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Jadi sudah seharusnya saya juga melakukan hal yang sama pada Ibu.
“Oh, Anda sepertinya anak yang baik ya,” katanya. Aku hanya tersenyum.
Ketika kami sampai di dalam taksi, wanita itu memberi aku sebuah alamat dan kemudian bertanya, "Bisakah Anda berkendara melalui pusat kota?"
"Pusat kota..? Bukankah itu malah menjadi lebih jauh kalau mau ke alamat ini Bu?" jawabku cepat.
“Oh ya, saya mengerti, tapi saya tidak terburu-buru, saya sedang dalam perjalanan ke panti jompo Nak.”
Aku melihat di kaca spion. Matanya berkilauan sepertinya dia menahan tangis. Terlihat jelas ada kesedihan terpendam di wajahnya.
"Saya tidak punya keluarga lagi Nak..," lanjutnya dengan suara lembut. “Suami saya sudah meninggal, saya tidak punya anak. Dokter mengatakan saya punya penyakit serius. Jika sendirian di rumah, dokter khawatir terjadi apa-apa dengan saya, jadi dokter menyarankan agar sisa hidup saya ini dihabiskan di panti jompo saja Nak."
Aku diam-diam mengulurkan tangan dan mematikan argometer. “Ibu ingin lewat jalan apa? Biar saya antar jalan-jalan dengan taksi saya ini.”
Ibu itu pun lalu memintaku untuk melewati jalan di kota yang cukup ramai. Beliau menunjukkan gedung tempat dia pernah bekerja sebagai seorang sekretaris. Kami melaju melalui sebuah perumahan, di mana ia dan suaminya pernah tinggal ketika masih pengantin baru.
Lalu beliau juga memintaku untuk berhenti di depan sebuah gudang mebel yang pernah menjadi ballroom gedung kesenian tempat di mana dia menjadi penari saat masih gadis.
Kadang-kadang dia memintaku untuk memperlambat di depan sebuah bangunan tertentu atau berhenti di sebuah sudut jalan, kemudian dia keluar dari mobil. Dia duduk di situ, menatap ke sekeliling, terkadang dia menyentuh tembok atau benda yang ada di sana.
Pandangannya menunjukkan rona kesedihan, namun tidak mengatakan apa-apa. Tanpa terasa matahari sudah mulai meninggalkan cakrawala. Hari sudah berganti gelap. Dia tiba-tiba berkata, "Aku lelah..., ayo pergi sekarang."
Kami melaju dalam keheningan ke alamat yang telah dia berikan padaku.
Sesampainya di sana, aku melihat Itu adalah sebuah bangunan, seperti rumah peristirahatan kecil.
Sekelilingnya penuh dengan tanaman hias aneka warna. Suasananya sejuk, sangat cocok untuk menenangkan diri. Ada kolam ikan di dekat jalan menuju pintu masuk. Beberapa kandang burung juga ada di sana. Menambah semarak suasana sekitar rumah tersebut.
Ada dua orang perempuan berbaju perawat yang keluar dari rumah kecil itu. Mereka membawa sebuah kursi roda. Terihat garis kecemasan di wajah perawat itu. Mungkin mereka sudah mengharapkan wanita tersebut dari sejak siang tadi.
Aku membuka bagasi, mengambil koper kecil dan membawanya menuju pintu masuk. Wanita itu sudah duduk di kursi roda.
“Berapa yang harus saya bayar untuk ongkos taksinya Nak...? “
(dia bertanya sambil merogoh tasnya).
"Nggak usah Bu," kataku.
"Wah gak boleh begitu, Anda 'kan mencari nafkah," jawabnya.
“Nggak papa Bu..., nanti 'kan ada penumpang yang lain," aku menjawab yakin.
Tanpa berpikir panjang, aku membungkuk dan memeluknya di kursi roda. Dia balas memelukku dan memegang erat-erat tanganku.
"Nak... Anda sudah memberikan kepada seorang wanita tua ini sebuah kegembiraan yang tiada tara." Anda sudah memberikan perjalanan terakhir yang menyenangkan untuk saya kenang. Terima kasih untuk semua kebaikanmu ya Nak.”
Aku meremas tangannya, dan kemudian berjalan ke dalam cahaya malam yang redup.
Di belakangku terdengar pintu menutup. Rasanya pilu, dingin dan menyeramkan. Seperti tertutupnya satu buah harapan dalam kehidupan.
Aku tidak mengambil lagi penumpang di jalan meski ada beberapa yang meminta taksiku berhenti. Aku pergi tanpa tujuan, melamun. Selama sisa hari itu, aku hampir tidak bisa bicara.
Pikiranku melayang saat pertama kali bertemu dengan wanita tua itu. Bagaimana jika bukan aku sopir taksi yang menjemputnya.
Bagaimana jika sopir taksi yang menjemputnya itu tidak keluar dari mobil dan hanya marah-marah sambil klakson berkali-kali untuk memberitahu bahwa taksi sudah datang...?
Bagaimana jika sopir taksi itu tidak mau mengantarnya jalan-jalan seharian karena di jalan banyak penumpang yang akan memakai jasa taksinya?
Aku akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa aku telah melakukan sesuatu yang benar, selain mencari uang di jalanan dengan taksiku ini.
Bukankah hidup bagaikan roda yang berputar Bagaimana jika wanita tua itu adalah Ibuku sendiri? Bagaimana jika wanita tua itu adalah istriku sendiri Bagaimana jika wanita tua itu adalah anakku sendiri. Atau bahkan diriku sendiri.
______
Pesan:
Sebuah tindakan kecil bisa jadi merupakan sebuah hal besar untuk orang lain. Anda mungkin tidak akan mengingat apa yang telah Anda lakukan untuk orang lain. Namun orang lain akan selalu mengingat apa yang telah Anda perbuat sehingga membuat hidupnya menjadi lebih berarti. Maka teruslah memberi manfaat untuk orang lain dan lakukan dengan sepenuh hati, sebab hati tidak pernah berbohong. Hati tahu mana yang harus Anda lakukan atau harus Anda tinggalkan.
Semoga kita juga, bisa memaknai hidup kita dan bermanfaat bagi orang lain ...
Sumber: Kiriman dari teman via WA
Sumber foto: Nenek dan Sopir Taksi
Ini kisah yang pernah penulis alami. Dalam sebuah angkot penuh sesak, ada penumpang yang asyik merokok. Biasanya yang komplain adalah perempuan. Merokok di angkot jelas sebuah tindakan yang tidak tepat. Jelas melanggar hak asasi penumpang lain yang ingin udara bebas asap rokok. Dan ... yang seharusnya jadi perhatian adalah di sana ada penumpang yang masih balita!
"Mas, tolong rokoknya dimatikan," kata seorang perempuan.
Yang ditegur cuek saja, seolah tidak mendengar.
"Mas, tolong rokoknya dimatikan. Di sini ada anak-anak, asap rokok tidak baik bagi kesehatan," ulang perempuan tadi.
Saat itu penulis masih SMP, cowok yang merokok itu dewasa dan ia tidak sendirian. Penulis hanya bisa diam jadi penonton, penumpang lain pun tidak bereaksi.
"Bu, kalau mau nyaman, jangan naik angkot. Naik mobil pribadi," jawab teman perokok tadi. Penumpang lain pun tidak bereaksi. Akhirnya perempuan itu minta sopir menyetop angkotnya dan ia turun meski tujuannya belum sampai.
Note:
Mungkin banyak yang lupa, setiap orang punya hak yang sama. Perokok punya hak asasi untuk merokok, orang lain punya hak asasi menghirup udara bersih.
Contoh kasus lain seperti ini: Anda bayangkan Anda sedang sakit gigi, tetangga Anda nyetel musik dengan suara kenceng-kenceng. Anda pasti marah. Jawaban tetangga Anda, "Ini radio saya, saya beli dengan uang saya, saya setel di rumah saya, kok lu yang sewot? Kalau nggak suka, pindah sono ke hutan.
Note:
Mungkin banyak yang lupa, setiap orang punya hak yang sama. Perokok punya hak asasi untuk merokok, orang lain punya hak asasi menghirup udara bersih.
Contoh kasus lain seperti ini: Anda bayangkan Anda sedang sakit gigi, tetangga Anda nyetel musik dengan suara kenceng-kenceng. Anda pasti marah. Jawaban tetangga Anda, "Ini radio saya, saya beli dengan uang saya, saya setel di rumah saya, kok lu yang sewot? Kalau nggak suka, pindah sono ke hutan.
* * * * *
Di kemudian hari, penulis terlibat debat sejenis di dunia maya (topiknya tentang orang yang merokok di tempat umum, bertindak seenaknya saja tanpa peduli orang lain).
Kali ini, lucunya yang membela perokok adalah seorang perempuan. Kami semua yang berdiskusi tidak dalam satu kendaraan, hanya diskusi dari status seseorang tentang tingkah laku perokok. Jadi di kasus itu, tak ada di antara kami yang berdiskusi ini, terlibat langsung dalam kejadian tersebut.
"Kalau mau nyaman, nggak terganggu asap rokok, tinggal saja di hutan," kata perempuan itu.
Wow ... dunia memang sudah terbalik.
Ada orang yang bertindak tidak sesuai norma, kita yang harus pergi. Jika ada tetangga sebelah rumah Anda komplain saat Anda membakar sampah di depan rumah Anda yang mengakibatkan asap dan abu pembakaran masuk ke rumahnya, Anda tinggal teriak saja, "Kalau tidak mau terganggu asap, tinggal saja di hutan."
Hmmm ... penulis tak sanggup berkata-kata lagi.
Kalau pun akan bicara, mungkin kalimat ini yang akan penulis lontarkan, "Halo, Ibu sehat???"
Catatan:
Pada posting dengan
label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek
negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang
yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah
saja, semua orang bebas berpendapat.
Silakan
saja merokok, asalkan jangan bagi racun (baca: asap-nya) kepada orang
di sekitar Anda. Anda bebas merokok (Anda yang beli dan risiko Anda yang
tanggung sendiri), ya itu tadi, asal jangan bagi racun ke lingkungan di
sekitar Anda.
Catatan hitam tentang korupsi di Indonesia
Reza Gunadha
Reza Gunadha
Kamis, 06 Desember 2018 | 14:55 WIB
Adik Gubernur Banten nonaktif, Atut Chosiyah Chasan, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, terpidana kasus suap sengketa Pilkada Lebak, Banten, di Rutan KPK, Jakarta, Selasa (17/3).
"Teman wanita TCW yang bukan istrinya, rincinya akan diungkap pada persidangan, jelasnya.
"Teman wanita TCW yang bukan istrinya, rincinya akan diungkap pada persidangan, jelasnya.
Suara.com - Bekas Kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husen didakwa menerima suap dari narapidana korupsi Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan sejumlah Rp 63,39 juta, karena memberikan kemudahan izin keluar lapas.
Dalam persidangan perdana kasus itu di Pengadilan Negeri Bandung, Rabu (5/12/2018), Jaksa Penuntut Umum KPK Trimulyono Hendradi membacakan surat dakwaan yang juga menyebut Wawan menyuap Wahid Husen demi menginap di hotel bersama teman wanitanya.
Selang sehari, Kamis (6/12), Jaksa KPK M Takdir mengungkapkan Wawan menyuap Wahid Husen agar bisa keluar Lapas Sukamiskin, yang salah satunya untuk tidur di salah satu hotel Kota Bandung. Dia diduga menyewa kamar hotel bersama teman wanita diduga artis.
"Ya teman wanitanya itu diduga artis," kata M Takdir. Namun, Takdir tak mau menyebutkan nama maupun inisial artis tersebut.
Ia menuturkan, semua bukti tersebut akan diungkap dalam persidangan nanti.
"Semua yang termuat dalam surat dakwaan, termasuk teman wanita TCW yang bukan istrinya, rincinya akan diungkap pada persidangan,” jelasnya.
Dalam surat dakwaan JPU KPK pada persidangan Rabu kemarin, disebutkan Wawan yang merupakan adik dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah adalah narapidana yang menjalani hukuman di lapas Sukamiskin sejak 2015 atas beberapa tindak pidana korupsi.
"Pada Maret-Juli 2018, terdakwa Wahid Husen memberikan 'kemudahan' izin keluar lapas untuk Wawan antara lain pada 5 Juli 2018 dalam bentuk ILB," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK Trimulyono Hendradi.
"Alasannya mengunjungi ibunya yang sedang sakit di Serang, Banten. Padahal terdakwa mengetahui bahwa izin keluar dari Lapas tersebut sengaja disalahgunakan oleh Wawan untuk pergi menginap di Hotel Hilton Bandung selama 2 hari," tambah jaksa Trimulyono.
Wawan memiliki asisten pribadi yaitu Ari Arifin yang pernah dipenjara. Namun, setelah keluar, ia tetap bertugas membantu segala kebutuhan Wawan seperti mengurusi makanan, berkoordinasi dengan pihak-pihak luar yang ingin bertemu dengan Wawan, hingga mengurus izin keluar dari Lapas seperti izin berobat dan Izin Luar Biasa (ILB) kepada Wahid.
Selain itu, Wahid juga memberikan kemudahan izin berobat ke rumah sakit pada 16 Juli 2018 dengan alasan berobat ke RS Rosela, Karawang. Padahal Wahid mengetahui izin tersebut disalahgunakan untuk menginap di luar lapas.
"Yakni dengan cara mobil ambulans dibawa staf keperawatan lapas Sukamiskin Ficky Fikri tidak menuju RS Rosela, tapi hanya sampai parkiran RS Hermina Arcamanik, Bandung. Lalu Wawan pindah ke mobil Toyota Innova yang dikendarai Arifin menuju rumah milik kakaknya Ratut Atut di Jalan Suralaya IV Bandung," ungkap jaksa.
Setelah itu, perjalanan dilanjutkan kembali menuju hotel Grand Mercure Bandung dan Wawan menginap di hotel tersebut bersama teman wanitanya.
Atas berbagai kemudahan izin itu, Wawan lalu memberikan uang kepada Wahid yang sebagian besar diterima melaui Hendry Saputra antara lain pada 25 April 2018 (Rp 1 juta) untuk membayar makanan di Restoran Al Jazeerah; pada 26 April 2018 (Rp 1 juta) untuk membayar makanan Kambing Kairo; pada 30 April 2018 (Rp 730 ribu) untuk membayar makanan satai Haris.
Selanjutnya pada 7 Mei 2018 (Rp 1,5 juta) untuk membayar karangan bunga yang dipesan Wahid; pada 9 Mei 2018 (Rp 20 juta), pada 28 Mei 2018 (Rp 4,7 juta) untuk membayar makanan di Resto Al Jazeerah; pada 4 Juni 2018 (Rp 1 juta) untuk membayar makanan di Restoran Abuba dan sebesar Rp 2 juta untuk membeli parsel.
Kemudian pada 11 Juni 2018 (Rp 2 juta) untuk biaya perjalanan dinas Wahid ke Jakarta; pada 21 Juni 2018 (Rp 10 juta) untuk biaya perjalanan dinas Wahid ke Cirebon dan pada sekitar akhir Juni 2018 (Rp 20 juta).
Selain mendapat hadiah dari Wawan, Wahid Husen juga mendapatkan 1 unit mobil Mitsubishi Triton jenis Double Cabin senilai Rp427 juta, sepasang sepatu bot, sepasang sandal merek Kenzo, 1 buah tas merk Louis Vuitton, dan uang berjumlah Rp 39,5 juta dari narapidana korupsi Fahmi Darmawansyah.
Selain itu, Wahid Husen juga menerima suap dari Fuad Amin Imron seluruhnya Rp 71 juta dan fasilitas peminjaman mobil Toyota Innova serta dibayari menginap di hotel Ciputra Surabaya selama 2 malam.
Atas perbuatannya, Wahid didakwa Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Sumber: Suara.com
Catatan:
Semua masih dalam proses di pengadilan, jadi catatan ini masih diduga. Dari berita di atas, Wawan diduga melanggar hukum negara dan juga hukum agama:
- korupsi uang negara,
- menyuap,
- menginap dengan wanita yang bukan istrinya.
Dalam persidangan perdana kasus itu di Pengadilan Negeri Bandung, Rabu (5/12/2018), Jaksa Penuntut Umum KPK Trimulyono Hendradi membacakan surat dakwaan yang juga menyebut Wawan menyuap Wahid Husen demi menginap di hotel bersama teman wanitanya.
Selang sehari, Kamis (6/12), Jaksa KPK M Takdir mengungkapkan Wawan menyuap Wahid Husen agar bisa keluar Lapas Sukamiskin, yang salah satunya untuk tidur di salah satu hotel Kota Bandung. Dia diduga menyewa kamar hotel bersama teman wanita diduga artis.
"Ya teman wanitanya itu diduga artis," kata M Takdir. Namun, Takdir tak mau menyebutkan nama maupun inisial artis tersebut.
Ia menuturkan, semua bukti tersebut akan diungkap dalam persidangan nanti.
"Semua yang termuat dalam surat dakwaan, termasuk teman wanita TCW yang bukan istrinya, rincinya akan diungkap pada persidangan,” jelasnya.
Dalam surat dakwaan JPU KPK pada persidangan Rabu kemarin, disebutkan Wawan yang merupakan adik dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah adalah narapidana yang menjalani hukuman di lapas Sukamiskin sejak 2015 atas beberapa tindak pidana korupsi.
"Pada Maret-Juli 2018, terdakwa Wahid Husen memberikan 'kemudahan' izin keluar lapas untuk Wawan antara lain pada 5 Juli 2018 dalam bentuk ILB," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK Trimulyono Hendradi.
"Alasannya mengunjungi ibunya yang sedang sakit di Serang, Banten. Padahal terdakwa mengetahui bahwa izin keluar dari Lapas tersebut sengaja disalahgunakan oleh Wawan untuk pergi menginap di Hotel Hilton Bandung selama 2 hari," tambah jaksa Trimulyono.
Wawan memiliki asisten pribadi yaitu Ari Arifin yang pernah dipenjara. Namun, setelah keluar, ia tetap bertugas membantu segala kebutuhan Wawan seperti mengurusi makanan, berkoordinasi dengan pihak-pihak luar yang ingin bertemu dengan Wawan, hingga mengurus izin keluar dari Lapas seperti izin berobat dan Izin Luar Biasa (ILB) kepada Wahid.
Selain itu, Wahid juga memberikan kemudahan izin berobat ke rumah sakit pada 16 Juli 2018 dengan alasan berobat ke RS Rosela, Karawang. Padahal Wahid mengetahui izin tersebut disalahgunakan untuk menginap di luar lapas.
"Yakni dengan cara mobil ambulans dibawa staf keperawatan lapas Sukamiskin Ficky Fikri tidak menuju RS Rosela, tapi hanya sampai parkiran RS Hermina Arcamanik, Bandung. Lalu Wawan pindah ke mobil Toyota Innova yang dikendarai Arifin menuju rumah milik kakaknya Ratut Atut di Jalan Suralaya IV Bandung," ungkap jaksa.
Setelah itu, perjalanan dilanjutkan kembali menuju hotel Grand Mercure Bandung dan Wawan menginap di hotel tersebut bersama teman wanitanya.
Atas berbagai kemudahan izin itu, Wawan lalu memberikan uang kepada Wahid yang sebagian besar diterima melaui Hendry Saputra antara lain pada 25 April 2018 (Rp 1 juta) untuk membayar makanan di Restoran Al Jazeerah; pada 26 April 2018 (Rp 1 juta) untuk membayar makanan Kambing Kairo; pada 30 April 2018 (Rp 730 ribu) untuk membayar makanan satai Haris.
Selanjutnya pada 7 Mei 2018 (Rp 1,5 juta) untuk membayar karangan bunga yang dipesan Wahid; pada 9 Mei 2018 (Rp 20 juta), pada 28 Mei 2018 (Rp 4,7 juta) untuk membayar makanan di Resto Al Jazeerah; pada 4 Juni 2018 (Rp 1 juta) untuk membayar makanan di Restoran Abuba dan sebesar Rp 2 juta untuk membeli parsel.
Kemudian pada 11 Juni 2018 (Rp 2 juta) untuk biaya perjalanan dinas Wahid ke Jakarta; pada 21 Juni 2018 (Rp 10 juta) untuk biaya perjalanan dinas Wahid ke Cirebon dan pada sekitar akhir Juni 2018 (Rp 20 juta).
Selain mendapat hadiah dari Wawan, Wahid Husen juga mendapatkan 1 unit mobil Mitsubishi Triton jenis Double Cabin senilai Rp427 juta, sepasang sepatu bot, sepasang sandal merek Kenzo, 1 buah tas merk Louis Vuitton, dan uang berjumlah Rp 39,5 juta dari narapidana korupsi Fahmi Darmawansyah.
Selain itu, Wahid Husen juga menerima suap dari Fuad Amin Imron seluruhnya Rp 71 juta dan fasilitas peminjaman mobil Toyota Innova serta dibayari menginap di hotel Ciputra Surabaya selama 2 malam.
Atas perbuatannya, Wahid didakwa Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Sumber: Suara.com
Catatan:
Semua masih dalam proses di pengadilan, jadi catatan ini masih diduga. Dari berita di atas, Wawan diduga melanggar hukum negara dan juga hukum agama:
- korupsi uang negara,
- menyuap,
- menginap dengan wanita yang bukan istrinya.
Catatan hitam tentang korupsi di Indonesia
5 December 2018 12:48 WIB

Fahmi Darmawansyah diperiksa sebagai saksi perkara dugaan suap Kalapas Sukamiskin Wahid Husen di Gedung KPK, Selasa (25/9/2018). (Foto: Eny Immanuella Gloria)
Fahmi Darmawansyah menjadi salah satu koruptor yang turut menyuap Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Wahid Husen. Terpidana kasus korupsi proyek di Badan Keamanan Laut (Bakamla) itu menyuap Wahid berupa uang hingga mobil agar diberikan fasilitas istimewa, termasuk soal kebutuhan biologis.
Wahid membiarkan Fahmi membangun 'bilik asmara' dalam ruangan seluas 2x3 meter di areal lapas. Tak hanya untuk keperluannya sendiri, Fahmi juga mematok tarif kepada narapidana lainnya jika ingin menggunakan bilik tersebut.
Sehingga, meski berstatus tahanan, suami aktris Inneke Koesherawaty itu tetap memiliki pendapatan dari bisnis yang ia kelola bersama seorang narapidana kasus pembunuhan yang menjadi asisten pribadinya, Andri Rahmat. "Dilengkapi dengan tempat tidur untuk keperluan melakukan hubungan badan suami-istri, baik itu dipergunakan Fahmi Darmawansyah saat dikunjungi istrinya, maupun disewakan Fahmi Darmawansyah kepada warga binaan lain dengan tarif Rp 650 ribu," ujar anggota penuntut umum KPK Muhammad Takdir Suhan saat membacakan surat dakwaan Wahid Husen di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung, Selasa (5/12).
Sebagai imbalannya, Fahmi memberikan hadiah berupa mobil jenis Double Cabin 4x4 merek Mitsubishi Triton berwarna hitam kepada Wahid. Kesepakatan itu didapat setelah Andri Rahmat berbicara dengan Wahid di ruang kerja kalapas, April 2018. Adapun pilihan jenis mobil itu memang didasari oleh keinginan Wahid sendiri.

Inneke Koesherawati dalam sidang vonis Bakamla (Foto: Hafidz Mubarak/kumparan)
"Saat itu Andri sedang memijat terdakwa (Wahid) yang sedang browsing internet melihat mobil jenis Double Cabin 4x4, lalu Andri menawarkan apabila menginginkan jenis mobil itu, maka Andri akan menyampaikannya ke Fahmi," tutur jaksa Takdir.
"Esok harinya, Andri menyampaikan hal ini kepada Fahmi yang kemudian memutuskan untuk membelikan produk terbaru mobil jenis Double Cabin 4x4 merek Mitsubishi Triton," sambung jaksa Takdir.

Adik Inneke Koesherawati, Ike Rahmawati usai menjalani pemeriksaan di KPK, Rabu (8/8/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Dalam transaksi suap ini, Fahmi melibatkan Inneke untuk mencarikan mobil jenis itu di dealer. Inneke lalu meminta bantuan adik iparnya, Deni Marchtin, untuk mencari mobil tersebut di pameran JIExpo, Jakarta. Deni memesan mobil itu dengan harga on the road (OTR) sebesar Rp 427 juta.
Pemesanan mobil sempat dibatalkan lantaran hanya bisa dibeli secara inden, sehingga harus menunggu dalam kurun sebulan. Wahid yang merasa keberatan akan hal itu, meminta Andri untuk mencari dealer lain di kawasan Bekasi.
Pada 19 Juli 2018, Double Cabin incaran Wahid akhirnya didapat dan diantar ke rumah Wahid di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, sekitar pukul 22.00 WIB. Mobil itu dibawa langsung oleh adik ipar Fahmi, Ike Rachmawaty, dan diserahkan langsung ke Wahid.

Tersangka kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husen memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Suap untuk Wahid diberikan agar Fahmi mendapat fasilitas mewah di dalam sel. Kamar sel Fahmi dilengkapi dengan televisi--beserta jaringan TV kabel, pendingin ruangan (AC), tempat tidur spring bed, hingga dekorasi interior high pressure laminated (HPL). Fahmi juga diizinkan menggunakan telepon genggam selama di dalam lapas.
Wahid bahkan mempercayakan Fahmi dan Andri untuk mengelola kebutuhan narapidana, seperti membuka jasa renovasi sel hingga pembuatan saung. Selain bilik asmara, Fahmi juga memiliki kebun herbal di areal lapas.
"Selain itu, Fahmi juga mendapatkan kemudahan untuk berizin obat ke luar lapas," ungkap jaksa Takdir.
Fahmi Darmawansyah merupakan terpidana kasus suap pengadaan satellite monitoring dan drone untuk Badan Keamanan Laut. Suap diberikan agar perusahaan Fahmi, PT Melati Technofo Indonesia (MTI) dan PT Merial Esa, menjadi pemenang dalam tender proyek itu. Hakim pun memvonisnya dengan hukuman 2 tahun 8 bulan penjara.
Sumber: Kumparan
Ada 2 video eksperimen sosial yang ingin penulis bagikan kepada Anda. Kedua video eksperimen sosial ini berasal dari channel KitaBisa.com. Langsung saja klik video di bawah ini...
Kami menggunakan mesin cuci LG front loading yang dibeli 25 Januari 2014. Sudah dipakai cukup lama, sekitar 4,5 tahun lebih. Semua lancar-lancar saja. Selama ini mesin cuci berfungsi dengan baik. Kalaupun error, di display muncul tulisan apa penyebab error yang masih dapat ditangani sendiri. Misalnya di display tertulis: IE (Instalation Error) atau DE (Door Error).
IE biasanya disebabkan oleh saluran airnya (instalasinya kotor). Solusinya: matikan dulu mesin cuci (tekan tombol power), cabut kabel dari stop kontak, lalu lepas slang air (slang air yang terpasang ke mesin cuci. Di sana ada saringan, bersihkan saja saringannya, lalu pasang kembali. Biasanya mesin cuci berjalan normal lagi. Secara berkala, bersihkan juga saringan air yang terpasang di dekat keran air. Lepas dan bersihkan dengan sikat gigi.
Tidak semua error IE karena saluran air yang kotor. Terkadang IE hanya karena kita lupa membuka keran air sehingga saat mesin cuci mulai akan bekerja, ternyata tidak ada pasokan air karena lupa membuka keran air.
Door error biasanya karena pintu mesin cuci tidak tertutup sempurna.
Nah... kira-kira 3 bulan lalu, proses mencuci belum selesai, mesin cuci berhenti berputar, di display tampil tulisan: PF (Power Failure). Sudah coba dimatikan beberapa menit, lalu dinyalakan lagi, hasilnya tetap sama. Ini di luar kemampuan penulis, jadi terpaksa telepon ke teknisi LG.
Setelah diperiksa, kata teknisi display-nya (bagian depan) yang rusak dan harus diganti. Karena stok tidak ada, harus menunggu dulu sampai sparepart tersebut dikirim. Saat display-nya sudah ada, teknisi datang dan memasangnya. Biaya service (sparepart , biaya service, dan biaya kunjungan Rp 528.000, 15 Agustus 2018) Mesin cuci langsung dicoba, seolah mencuci (tapi tanpa pakaian). Proses mencuci berjalan lancar hingga selesai.
Keesokan harinya, saat mencuci, mesin cuci kembali terhenti dan muncul lagi tulisan: PF. Akhirnya mesin cuci dibawa ke service center (dirawat inap), 16 Agustus 2018. Lumayan lama mesin cucinya dirawat inap. Kata teknisi, saat dicoba, terkadang proses mencuci berjalan lancar, terkadang berhenti sebelum selesai. Jadi setelah di-service, diuji coba lagi, kalau berjalan lancar, barulah mesin cuci diantar.
Akhirnya selesai di-service (14 September 2018). Ada sparepart yang diganti lagi, namanya pressure switch (total biaya + sparepart = Rp 227.260) Mesin cuci berfungsi normal kembali. Tapi sayangnya 12 November 2018 mesin cuci error lagi dengan tulisan yang sama: PF.
Teknisi datang dan periksa. Kesimpulan sementara, kali ini PCB-nya harus diganti, harganya berkisar Rp 900.000 sampai Rp 1.000.000. Dan spareparts tersebut tidak ada stoknya. Jadi harus dipesan dulu.
Sparepart mesin cuci (1 blok mesin cuci terdiri dari bagian depan yang bernama display dan bagian belakang bernama PCB). Sebelumnya sudah ganti bagian depan plus pressure switch dan mesin cuci sudah berfungsi kembali. Sekarang mengalami masalah yang sama (di display tertulis: PF = Power Failure) dan harus ganti PCB.
Pakaian terpaksa dicuci secara manual tanpa dikeringkan mesin. Dan karena hampir tiap hari hujan, cucian tanpa dikeringkan mesin, susah kering.
Setelah mesin cuci istirahat beberapa hari (masih menunggu stok PCB yang tidak ada di service center Bandung, harus pesan ke kantor pusat), iseng penulis gunakan mesin cuci untuk pengeringan saja. Proses pengeringan normal 13 menit, kalaupun nantinya proses pengeringan baru berjalan 5 menit dan mesin cuci terhenti, lumayanlah. Setidaknya hasil "perasan" mesin lebih kering daripada hasil perasan dengan menggunakan tangan.
Eh... ternyata 2 kali dicoba, proses pengeringan berjalan lancar sampai selesai. Bagaimana kalau besok dicoba untuk mencuci. Maka keesokan harinya, mesin cuci digunakan untuk proses mencuci. Ternyata proses mencuci berjalan lancar. Keesokan hari dan seterusnya mesin cuci dipakai untuk mencuci pakaian. Hasilnya, proses berjalan lancar. Semoga seterusnya juga lancar sehingga tidak harus ganti PCB yang harganya lumayan mahal.
Mesin cuci kami pakai setiap hari dan cucian tidak banyak (keluarga kecil dengan 2 anak). Kalaupun cucian agak banyak, kami tidak memaksakan dicuci sekaligus, tapi dibagi jadi 2 kali cuci. Dengan kasus ini (error PF alias mesin cuci berhenti sebelum proses mencuci selesai), solusinya tidak selalu harus ganti sparepart. Mungkin mesin cucinya hanya "kecapekan" dan hanya butuh istirahat beberapa hari.
Jika Anda menggunakan mesin cuci merek dan tipe yang sama dan mengalami hal yang sama? Setelah diberi "cuti" beberapa hari, coba gunakan kembali mesin cuci Anda. Siapa tau mesin cuci itu berfungsi normal kembali...
Boleh jadi mesin cuci juga seperti manusia, ingin cuti dan bersantai sejenak setelah bekerja Senin sampai Minggu tanpa ada hari libur.
Penulis menuliskan pengalaman ini karena memang suka menulis (sekaligus catatan apa yang penulis alami, maklum agak pelupa), semoga saja pengalaman ini bermanfaat bagi Anda.
Versi Indonesia-nya, silakan klik: Anak Kecil Merokok di Tempat Umum, Lihat Apa Reaksi Masyarakat - Social Experiment
Video BONUS
Catatan:
Pada posting dengan
label "Sebatang Rokok", penulis akan menceritakan banyaknya efek
negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Penulis yakin, banyak orang
yang tidak sepakat dan akan memberikan aneka bantahan. Itu sah-sah
saja, semua orang bebas berpendapat.
Jumat, 9 November 2019 penulis sekeluarga ke Festival Citylink, Bandung. Pertama untuk mengantarkan si bungsu ke pesta ulang tahun temannya, kedua ingin menonton film.
Sambil menyelam minum softdrink, sambil menonton film (kumpul bersama keluarga) penulis berharap ada nilai-nilai positif yang bisa dipetik dari film. Kami merencanakan menonton film A Man Called Ahok. Ini film ketiga yang kami tonton dalam rangka edukasi lewat film. Pertama film Sabtu Bersama Bapak, lalu film LIMA (dalam rangka hari lahir Pancasila), dan film A Man Called Ahok (menjelang hari Pahlawan).
Menyaksikan sepak terjang Ahok dari berita di layar kaca, membaca kisahnya dari dunia maya, plus film ini, penulis teringat kisah-kisah orang jujur yang memang semakin langka di dunia ini.
Dalam sejarah Indonesia, ada 2 sosok yang langsung terlintas di benak penulis jika membicarakan tentang kejujuran. Pertama Bung Hatta (Proklamator) dan kedua: Jendral Hoegeng Imam Santosa (mantan kapolri).
Kembali ke soal film Ahok. Niatnya ingin nonton film sekitar pukul 19.00, tapi apa daya, jam tayang terdekat semuanya nyaris penuh. Hanya menyisakan 2 baris terdepan! Daripada harus datang besok lagi atau memaksa nonton film di deretan depan, penulis putuskan membeli tiket pukul 21.30. Itu pun bagian tengah sudah penuh, terpaksa kami memilih yang kursi di deretan kanan (yang penting tidak di barisan depan).
Khawatir juga nonton film malam-malam. Khawatir kedua buah hati kami tertidur (biasanya paling telat jam sembilan malam mereka sudah tidur) dan khawatir sulit mendapatkan ojek online saat pulang. Untungnya kedua kekhawatiran itu tidak terjadi. Kedua buah hati kami tidak tertidur dan saat pulang sekitar 23.15 kami tidak kesulitan mendapatkan transportasi online.
Penulis termasuk orang yang sangat sensitif. Tidak harus menyaksikan film sedih, dengar lagu atau bercerita tentang sesuatu yang inspiratif pun, air mata bisa mengalir deras. Nonton video YouTube What Would You Do? penulis selalu menitikkan air mata.
Nonton film Ahok? Jelaslah air mata mengalir deras. Pop corn dan softdrink tidak tersentuh. Penulis terhanyut pada kisah mantan gubernur DKI Jakarta. Bagus nggak filmnya?
Silakan Anda saksikan sendiri. Saat menulis artikel ini penulis baru tau, ternyata ada "perang" antara film Ahok dengan film Hanum & Rangga. Ahok dikenal dekat dengan Jokowi (capres petahana) dan film H&R yang diangkat dari novel Hanum Rais, putri Amien Rais (pendukung capres Prabowo) yang beberapa waktu lalu jadi topik pembicaraan karena membela Ratna Sarumpaet.
Ada 3 kesamaan di kedua film nasional ini: sama-sama diangkat dari buku (satu karya Hanum Rais, satu karya Rudi Valinka), sama-sama tayang perdana 8 November 2018, dan meski kisahnya bukan tentang politik tapi keduanya ada "aroma politiknya". Film mana yang lebih laris? Nanti kita lihat saja beritanya di media.
.
Anda ingin nonton yang mana, terserah kepada Anda. Itu pilihan Anda. Pilihan penulis untuk film keluarga kali ini adalah film Ahok. Tidak ada unsur politis. Kami menonton dengan membeli tiket (antre sendiri, pakai uang sendiri, tidak ada pembagian tiket gratis atau promo beli 1 gratis 1). Saat kami antre tiket, kebetulan antrean pembeli tiket film Ahok lebih panjang daripada antrean pembeli tiket Hanum & Rangga.
Silakan pilih film yang akan Anda tonton, selera kita mungkin berbeda. Begitu juga pilihan kita saat pilpres nanti. Apa pun pilihan Anda, kita tetap berteman, kita sama-sama cinta NKRI dengan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika-nya.
Bagi penulis, setidaknya ada 2 hal yang bisa dipetik dari film ini, kejujuran dan toleransi. Salut atas didikan King Nam (ayah Ahok) yang menanamkan nilai kejujuran (jujur dan berani melawan ketidakjujuran) dan toleransi (tak peduli suku Padang, suku Jawa, suku Ambon, suku Papua, atau suku mana pun, bantulah mereka yang membutuhkan).
Bagi penulis, setidaknya ada 2 hal yang bisa dipetik dari film ini, kejujuran dan toleransi. Salut atas didikan King Nam (ayah Ahok) yang menanamkan nilai kejujuran (jujur dan berani melawan ketidakjujuran) dan toleransi (tak peduli suku Padang, suku Jawa, suku Ambon, suku Papua, atau suku mana pun, bantulah mereka yang membutuhkan).
Langganan:
Postingan (Atom)