Seingat penulis kalimat yang penulis jadikan judul posting ini berasal dari kata bijak berbahasa Mandarin. Maksud dari kalimat itu adalah kita umumnya selalu berpihak kepada "keluarga kita". Keluarga di sini bisa punya arti luas (keluarga dalam arti suami, istri, anak), keluarga besar di tempat kita bekerja, keluarga tempat kita bergabung dalam sebuah organisasi, dan lain-lain. Memang sudah seharusnya begitu, kalau ruas jari Anda ditekuk ke luar (pasti terasa sakit) dan kalau dipaksakan, jari Anda akan patah.
Kita, umumnya, akan membela keluarga kita (salah pun kadang kita bela, apalagi jika benar). Mungkin mirip dengan ungkapan "Right or wrong is my country".
Ehm... mungkin pembukaannya terlalu jauh. Penulis ingin membagikan cerita keseharian kami dan cerita Linda (istri penulis) dan teman-temannya di kantor.
Penulis merasakan besarnya rasa cinta Linda pada perusahaan. Bukan terlalu membesar-besarkan, tapi mungkin memang sudah seharusnya semua orang bersikap seperti itu. Ke mana pun kami pergi (berlibur atau sekedar main ke mal sehabis melaksanakan pujabakti di vihara pada hari Minggu), kalau minum, selalu produk Sosro yang kami cari. Mulai dari air minum Prim-a (biasa disebut air putih atau air minum kemasan atau dulu populer dengan sebutan air mineral), minuman dengan rasa teh dan buah (Teh botol Sosro, S-tee, Fruit tea, Joy Tea), hingga minuman karbonasi (Tebs) selalu jadi pilihan utama.
Uang gaji yang diterima dari hasil kerja, semua bersumber dari penjualan produk. Maka kalau keluarga kami minum, mengapa tidak meminum produk perusahaan itu sendiri? Setiap pembelian yang kami lakukan, jelas menambah omset penjualan, keuntungan perusahaan bertambah, perusahaan makin maju, semua pasti berimbas kepada diri sendiri. Itu tetap kami lakukan, meskipun harga jual produk Sosro lebih mahal daripada produk sejenis. Mau apa lagi, kalau kami sudah terlanjur sayang?
Juga ketika kami melakukan acara berbagi (bagi minuman) untuk yang kurang mampu. Selalu produk perusahaan yang jadi pilihan utama.
Ternyata hal ini tidak hanya di keluarga, tapi juga di lingkungan kerja. Istri dan teman-teman sekantor juga sering "jahil" kepada pemilik warung atau rumah makan. Saat mereka serombongan akan makan siang atau sekedar jajan, misalnya ke warung bakso, sebelum memesan bakso mereka tanya dulu ke penjual "Pak, ada Teh Botol Sosro?" Ketika pemilik warung menjawab "Tidak ada Neng, yang ada XXX (produk pesaing)" Serentak mereka semua tidak jadi masuk warung bakso tersebut.
Di lain waktu, mereka coba mampir lagi ke sana, ternyata sudah ada Teh Botol Sosro dan mereka makan di sana.
Menurut penulis, perusahaan telah berhasil menanamkan rasa cinta produk kepada karyawannya. Seandainya dalam skala besar, negara berhasil menanamkan rasa cinta pada produk dalam negeri (tidak sekedar slogan atau hanya dipakai pada saat pembuatan iklan atau poster/ baliho saja), tentu usaha dalam negeri akan maju pesat. Seringnya, kita melihat apa yang diucapkan pejabat kita tidak sejalan dengan kenyataan. Mereka menganjurkan penggunaan produk dalam negeri, tapi yang mereka pakai produk luar yang branded.
Penulis hanya sekedar menyentil saja. Hanya menggugah kesadaran, semua harus dimulai dari diri sendiri. Pokoknya "Apa pun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro" karena produk anak bangsa yang ber-tagline "Asli dari Sang Ahli" ini memang "Nikmatnya Tak Tergantikan..."
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar