Proses menginventarisir dilakukan saat ada waktu luang saja. Tidak ada target tertentu. Apa yang telintas saja dan ditemukan saat googling dengan kata kunci korupsi. Tulisan berjudul "Direktori Koruptor Indonesia" ini tidak pernah akan selesai. Selalu saja ada kasus korupsi baru.
Saat menemukan sebuah berita dengan judul: "Duh, 297 Kepala Daerah Terjerat Korupsi", penulis sudah geleng-geleng kepala. Itu baru kepala daerah saja sudah hampir 300 orang. Jadi setidaknya penulis harus googling minimal 300 kali (itu baru googling beritanya, belum googling fotonya). Tidak semua berita dilengkapi foto. Belum untuk pejabat di departemen lain, instansi lain. Dan data koruptor ini akan terus bertambah. Satu lagi, dalam setiap kasus korupsi, koruptornya tidak hanya satu (berjamaah)!
Dalam pengumpulan data ini, dilakukan acak saja (tidak mengumpulkan kepala daerah yang jadi tersangka koruptor dulu hingga selesai). Kadang ketika membaca sebuah berita korupsi, di dalamnya tertulis nama lain yang juga jadi tersangka, penulis pun terkadang ikut arus (googling nama koruptor itu). Tapi data ini akan terus ditambah...
Yang jadi koruptor (mengambil uang negara untuk kepentingan pribadi), tidak terbatas pada pegawai negeri tapi juga bisa pihak swasta yang menjadi rekanan. Intinya sama saja, merugikan keuangan negara yang pada akhirnya menyengsarakan rakyat Indonesia.
Penulis hanya membagi menjadi 2 kelompok: pejabat negara dan pihak swasta. Pejabat negara dari mulai pegawai negeri sipil jabatan paling rendah sampai ke yang paling tinggi (termasuk anggota dewan, dan politisi meskipun mereka bukan anggota dewan). Pihak swasta bisa pengusaha, konsultan, atau yang lainnya.
Penulis membedakan pria dan wanita, pria menggunakan tulisan berwarna biru dan wanita menggunakan tulisan berwarna merah. Nama disusun berdasarkan urutan abjad.
Ingin melihat wajah para koruptor dan baca beritanya? Silakan klik tulisan di bawah ini
Posting Komentar