Waktu pertama menyaksikan tayangan Mata Hati (setelah diberitahu Mas Maman via SMS), saya langsung teringat Hitam Putih-nya Deddy Corbuzier. Apanya yang mirip? Sama-sama mewancarai artis, setting panggungnya sama (bintang tamu duduk di sofa di sisi kiri, host di meja di sisi kanan), dan kepala host-nya sama-sama gundul!
"Ya Mas, memang setting panggungnya sama dengan Ray Leno, tapi percayalah acaranya akan berbeda" begitu salah satu balasan SMS Mas Maman. Kami akan mengambil sisi yang berbeda, begitulah inti percakapan saya dengan Mas Maman via SMS.
Penulis percaya itu. Mas Maman memang baru di layar kaca, tapi di dunia media, beliau bukan orang baru. Beliau sudah banyak makan asam garam dunia media massa. Pernah jadi wartawan, sampai jadi pemimpin redaksi SeRu! (sudah almarhum hehehe) yang juga terbitan Kompas Gramedia. Juga sempat punya acara Pasti SeRu! di TV7 saat stasiun TV tersebut masih milik Kompas Gramedia sebelum diambil alih Trans Corp. dan berubah nama jadi Trans7. Sempat mencapai posisi bagus di Avicom (lalu mundur karena mempertahankan prinsip, jadi kayak almarhum Sophan Sophiaan nih), dan sekarang muncul sebagai pembawa acara Mata Hati di KompasTV (balik ke Kompas Gramedia lagi). Dulu di belakang layar, sekarang di depan layar.
Mata Hati mengingatkan penulis akan jingle iklan Kompas yang dulu pernah penulis dengar di iklan, yang sepotong syair-nya: "...Kompas Mata Hati, Kompas Kata Hati..."
Episode semalam menampilkan Widyawati sebagai bintang tamu dan menghadirkan 2 sahabat pasangan sejati Sophan Sophiaan - Widyawati: Hengky Sulaiman dan Slamet Rahardjo Djarot.
Memang agak berbeda bila pewawancara adalah mantan wartawan. Pertanyaan bisa lebih mendalam/ pribadi dan banyak tahu karena memang dulunya pernah mewawancarai narasumber (bukan hanya titipan daftar pertanyaan yang tinggal dibacakan atau info yang dibacakan adalah data yang berhasil dikumpulkan oleh tim produksinya). Ini sedikit perbedaan yang penulis lihat.
Mas Maman juga "sedikit jahil" dengan membacakan data Sophan Sophiaan yang salah (baca: sengaja disalahkan) untuk memancing seberapa jauh Widyawati mengenal sepak terjang belahan jiwanya yang dipertemukan di film Pengantin Remaja tersebut.
Sesuai nama acaranya, Mata Hati, penulis berharap acara ini bukan sekedar wawancara dengan tokoh terkenal, tapi lebih menampilkan sisi humanis sang bintang tamu yang selama ini belum (atau jarang tergali), dengan pendekatan mata hati - kata hati (bicara dari hati ke hati) antara host dengan narasumber.
Ada hal baru yang penulis dapatkan dari Mata Hati episode ini. Penulis jadi tahu sikap jujur seorang Sophan Sophiaan lewat penuturan istri dan kedua sahabatnya. Sikap jujur tanpa kompromi yang tak banyak kita temukan di negeri tercinta ini, hingga beliau memilih mundur dari Ketua Fraksi PDIP di DPR karena melihat begitu banyak ketidakjujuran terjadi di sekelilingnya. Orang di sekitarnya diam saja, tapi almarhum tidak bisa tinggal diam, beliau tetap pada prinsipnya dan itulah sebabnya beliau memutuskan mundur. Hari ini, penulis tambahkan foto Sophan Sophiaan di posting lama penulis, (silakan klik): Masih Adakah Teladan Negeri Ini???
NB: Mas Maman, KompasTV sudah bisa dinikmati di seluruh Indonesia belum ya?
Pasangan sejati: Widyawati & Sophan Sophiaan
(sumber foto: Kompas)
Mata Hati yang dipandu Maman Suherman (Sumber: KompasTV)
Ray Leno mewawancarai Halle Berry (sumber: Allcurious)
Terima kasih sudah membahas dan ''memotret'' khusus #Matahati ......menambah semangat untuk terus berkarya dan memberikan yg terbaik dgn tetap mengikuti mprinsip Jurnalisme makna dan menggunakan matahatinurani .... (maman suherman)
Trims Mas Maman Suherman. Akhirnya mampir dan berkomentar di blog saya. Sekali lagi terima kasih. Sukses selalu...
Salam,
Hendry Filcozwei Jan
www.rekor.blogspot.com