Kita diajarkan berbagi (berdana, bersedekah, membantu orang lain). Semua agama mengajarkan hal itu. Tapi bukan hal itu yang akan penulis bahas.
Pengalaman penulis tentang berbagi seperti ini. Dalam memberi sesuatu, lebih baik memberi kepada orang yang tidak kita kenal.
Mengapa? Alasan pertama adalah jika memberi kepada orang yang Anda kenal (tetangga yang kurang mampu), berdasarkan pengalaman penulis, ada "kewajiban" Anda untuk memberinya lagi di lain waktu. Padahal pemberian Anda itu pemberian insidental, bukan tunjangan rutin. Ini berdasarkan beberapa pengalaman pribadi penulis.
Ketika Anda memberikan uang atau barang, orang yang menerima pemberian Anda akan overacting setiap bertemu Anda. Membungkuk hormat dan tersenyum lebih lebar daripada biasanya. Sampai kapan? Sampai suatu saat (saat Anda dianggap wajib memberinya lagi). Jika saat itu Anda memberinya lagi. Kalau tidak? Wajahnya tidak akan semanis sebelum Anda pernah memberinya dulu.
Jika Anda belum pernah memberinya apa-apa, saat bertemu, meski tak menyapa, ia akan tersenyum. Setelah Anda pernah memberinya, lalu tidak pernah memberi lagi (karena bagi dia itu kewajiban Anda untuk memberinya, mungkin setidaknya setahun sekali), wajahnya terlihat lebih tidak enak dipandang dibanding Anda dulu belum pernah memberinya apa-apa. Pengalaman ini bukan sekali penulis alami.
Alasan kedua? Nilai ketulusan kita akan semakin baik jika memberi kepada orang yang tidak Anda kenal. Jika dalam perjalanan, Anda melihat orang yang kesusahan dan layak dibantu, bantulah. Membantu orang yang tidak Anda kenal, secara tidak langsung membantu Anda melatih ketulusan.
Jika membantu orang yang Anda kenal (kadang terlintas di benak kita), semoga saja kelak ia membantu (membalas) kebaikan saya. Kalau orang yang tidak Anda kenal? Tidak ada harapan itu. Dia tidak tahu siapa Anda, tidak tahu di mana rumah Anda, dan lain-lain.
Yah... mirip Anda membuang sampah saja. Berbuat baik juga seperti itu. Anggap saja Anda sedang melatih ketidakterikatan Anda pada apa pun. Jika harta, semua itu tidak kekal. Sampai waktunya, semua akan Anda tinggalkan. Sebagian harta yang Anda bagikan, anggap saja sampah yang harus dibuang. Tidak perlu dilihat lagi, tidak perlu diingat lagi, tidak perlu memikirkan kelak orang itu akan membalas kebaikan Anda. Semua akan berjalan otomatis, Anda harapkan ataupun tidak. Anda menanam padi, otomatis akan tumbuh padi.
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar