Kalau memang ingin "menguji fisik" mahasiswa baru/ maba (bukan mengenalkan mahasiswa dengan cara belajar dan lingkungan barunya), sekalian saja bantu pemerintah. Misalnya lokasi universitas di Jakarta, sekalian saja bersihkan sungai, saluran air dari sampah, dan lain-lain. Atau bersihkan tembok dari corat-coret atau poster, iklan, dan lain-lain. Baik untuk mahasiswa, baik untuk kota dan masyarakat, baik untuk nama universitas. Baik bagi semua dan jauh lebih bermanfaat.
Untuk universitas di Bandung, penulis rasa bisa coba hubungi walikota Bandung (Ridwan Kamil alias Kang Emil) jika memang ingin ospek lebih bermanfaat. Penulis yakin, Kang Emil pun akan menyambut baik. Coba perbantukan maba untuk membersihkan saluran air, membersihkan dinding fasilitas umum yang ditempel aneka poster iklan, merapikan taman, dan lain-lain. Menurut penulis, ospek dengan membantu pemerintah dalam menjaga kenyamanan, kebersihan, dan keindahan kota, jauh lebih bermanfaat daripada "sekedar menyiksa" maba dengan hasil yang tak bermanfaat (malah bisa berakhir dengan kematian). Atau kerja bakti di kampus sendiri.
Contoh masa perkenalan mahasiswa yang layak ditiru (silakan klik):
Mau membimbing adik mahasiswa baru memasuki dunia baru (dulu sekolah sekarang kuliah, dulu guru sekarang dosen, dulu siswa sekarang mahasiswa, dulu lulus-nya terbatas, umumnya 3 tahun, kuliah umumnya 4,5 tahun tapi kalau pintas bisa mengambil SKS lebih banyak dan lulus lebih cepat, dan lain-lain)? Mengapa tidak mengundang psikolog untuk seminar atau pakar disiplin ilmu lain untuk membantu adik-adik Anda?
Herannya, pihak pemegang kebijakan di universitas "keukeuh" mempertahankan atau setidaknya mengizinkan plonco (atau apa pun namanya). Tapi ketika jatuh korban, semua berusaha cuci tangan dan lepas tangan. Mereka membantah ada tindak kekerasan, kadang menyalahkan mahasiswa yang melaksanakan plonco tanpa pengawasan, dan lain-lain. Jika memang tak yakin bisa mengawasi, mengapa "keukeuh" mempertahankan adanya plonco yang tidak berguna ini???
Pada masa penulis kuliah, penulis mengenalnya dengan nama Opspek (Orientasi program studi dan pengenalan kampus). Bagaimana ceritanya mengenalkan kampus tapi lokasi di luar kampus? Apa hubungan pukulan, tendangan, tamparan, dan aneka siksaan ala plonco (silakan lihat video di bagian bawah) dengan tujuan mulia senior membimbing junior? Pengalaman penulis waktu di-opspek dan jadi panitia opspek, jarang ada dosen yang mengawasi meski lokasi kegiatan di kampus (kejadian plonco di video di bawah juga terjadi di kampus seperti halnya kekerasan di IPDN dulu). Pihak universitas memberi izin, tidak mengawasi, ketika ada korban meninggal, saling menutupi, dan tak ada yang gentle angkat tangan dan menyatakan bertanggung jawab.
- Buang air kecil dijaga panitia dan dihitung 1 sampai 3 harus keluar, banyak yang keluar dengan kondisi resliting belum ditutup, celana basah karena mungkin belum selesai, tidak sempat membasuh setelah buang air kecil.
- Tidak boleh mandi, badan dan baju dalam keadaan kotor (kena tanah, pasir, lumpur) tetap sholat seperti itu.
- Jatah makan pun dihitung dengan menu langganan berupa pecel ditambah sepotong tempe goreng.
- Jatah minuman setengah botol air mineral kemasan 1,5 liter untuk sepuluh orang. Sedangkan, panitia biasa makan dengan lauk ikan laut tanpa batasan jumlah minuman.
- Fikri dibanting dan ditendang
- Warga Marah dan Tak Tega Mahasiswa ITN Dipelonco
- Begini Brutalnya Pelonco ITN Versi Warga Sitiarjo
- Pelonco Maut ITN, Mahasiswa Tak Pernah Mandi
- Pelonco ITN (liputan majalah Tempo)
- Perpeloncoan di ITN Sudah Jadi Tradisi
- Orientasi di ITN, Mahasiswa Disuruh Aksi Hubungan Intim
- Wakil Rektor ITN Malang Akui Ada Kekerasan Seksual Saat Ospek
- Menguak Misteri Kematian Maba ITN Pada Kemah Bakti Desa Mahasiswa 2013
- Petisi Menuntut Keadilan Pada Kasus Kematian MABA Saat Ospek ITN 2013
- 10 Alasan Mengapa Ospek Harus Dihapuskan Dari Sistem Pendidikan di Indonesia
- Ini Foto-Foto Penyiksaan Ala Ospek ITN
- Hasil Visum Fikri, Korban Pelonco ITN Dirahasiakan
- Mahasiswa Baru Perpeloncoan ITN Terima Ancaman
- PDN (STPDN) Meminta Korban Plonco-an Lagi!
- Prahara di IPDN Pasca Kematian Cliff
- Lagi, Praja IPDN Tewas: Mimpi Jadi Pejabat Pulang Jadi Mayat
- Sejak 1993-2007, 35 Praja Tewas, Tiga Misterius - 18 Tewas dengan Dada Retak
- Praja IPDN Asal Medan Tewas (Ada Daftar 18 Praja yang Tewas Misterius)
- Ini Dia Korban-korban Kekerasan di STPDN/IPDN (9 Orang)
- STPDN/IPDN Hadir Untuk Mencetak “Mesin Pembunuh?”
- Praja Tewas di "Kandang Macan"
- IPDN: Olah Otot atau Otak?
- LUAR BIASA, Praja2 IPDN Pembunuh Wahyu Hidayat (2003) Itu Rupanya DIPELIHARA Negara!!
- Alumni IPDN Terkait Terorisme, Pelaku Pembunuhan Wahyu Hidayat
- Duh! 'Plonco' Masih Terjadi di Kediri
- Siswa Senior Don Bosco Diduga Culik dan Plonco Juniornya
- Heboh!!! Beredar Video Ploncoan Santri Telanjang
- Trauma, Yunior Paskibraka Diperintah Push up Bugil di Atas Tubuh Rekan
- Perploncoan Nista Ala Paskibraka
- Empat Siswa Meninggal Saat MOS
- Tragedi MOS dengan Kekerasan (1)
- Tragedi MOS dengan Kekerasan (2)
- Kembali Siswa Baru Meninggal Karena MOS, Masih Pentingkah Diadakan MOS?
- Plonco, OSPEK, MOS, Apa pun Itu? HENTIKAN!
- Hentikan Kekerasan Pada MOS!
- Masih Perlukah MOS?
Baca buku "Mereka Membunuhku Pelan-Pelan" (pengakuan seorang praja IPDN melawan gerakan tutup mulut) dengan cara klik: "Mereka Membunuhku Pelan-Pelan"
Nama tunas bangsa yang meninggal akibat plonco (disusun sesuai abjad nama). Ini hanya sebagian saja:
- Amanda Putri Lubis (15)
- Anindya Ayu Puspita (16)
- Arfiand Caesar Al Irhami (16)
- Cliff Muntu (20)
- David Richard Djumaati (18)
- Fikri Dolasmantya Surya (19)
- Muhamad Rajib (16)
- Padian Prawiro Dirya (16)
- Roy Aditya Perkasa (16)
- Soni Galaxi Putra (17)
- Wahyu Hidayat (20)
Masihkah harus ditambah lagi???
Anda yang membaca tulisan ini punya 2 pilihan: membagikan kepada teman-teman Anda dan dukung penghapusan Ospek atau apa pun namanya yang jauh melenceng dari tujuan semula atau biarkan saja hal ini terus terjadi sambil terus berdoa dan berharap kakak, adik, keponakan, sepupu, atau cucu Anda tidak menjadi korban tewas akibat plonco.
Miris melihat tayangan video seperti di atas (ini mungkin hanya sebagian kecil rekaman yang terkuak, mungkin masih banyak kejadian tapi tak ada bukti rekamannya). Koruptor yang sudah merampok uang negara sekian miliar pun (jelas-jelas menyengsarakan rakyat) tidak "dibimbing" (baca: disiksa) sedemikian rupa, lha... ini mahasiwa baru yang tidak melakukan kesalahan apa-apa disiksa secara sadis sampai ada yang meninggal.
Tambahan (sumber: Tempo)
Ingin berbagi tulisan ini? Ini tautan singkatnya: www.tiny.cc/STOP-PLONCO
- Ini Kesadisan Senior Dimas Dikita Handoko di STIP (tanggal berita: 26 April 2014)
- Siswa SMA 3 Jakarta Tewas, Guru dan Senior di Eskul Pecinta Alam Diperiksa Polisi (tanggal berita: 21 Juni 2014)
- Siswa Sekolah Usaha Perikanan Tegal Tewas Dianiaya 3 Senior (tanggal berita: 23 Juni 2014)
- Korban Tewas Akibat Plonco di SMA 3, Tambah 1 Orang Lagi (tanggal berita: 3 Juli 2014)
Masih haruskah daftar nama korban terus bertambah???
Posting Komentar