TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah mengungkapkan insiden di KJRI Jeddah, Minggu sore, merupakan puncak dari akumulasi kemarahan buruh migran Indonesia yang tidak mendapatkan pelayanan secara memadai dan manusiawi.
Copy paste berita dari Yahoo News
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah mengungkapkan insiden di KJRI Jeddah, Minggu sore, merupakan puncak dari akumulasi kemarahan buruh migran Indonesia yang tidak mendapatkan pelayanan secara memadai dan manusiawi.
Karena selama ini pelayanan yang diberikan pihak KBRI Ryadh maupun 
KJRI Jeddah, hanya merupakan pelayanan di dalam gedung saja. "Jadi hanya
 sebatas bagaimana orang diterbitkan dokumennya sudah sampai situ saja,"
 ungkap Anis di kompleks gedung DPR, Jakarta, Senin (10/6/2013).
Tetapi, imbuhnya, pelayanan di luar gedung KJRI dan KBRI, sama sekali
 tidak ada pelayanan. "Bisa dibayangkan udara di atas 40 derajat celcius,
 itu tidak ada tenda apa-apa. Jadi seperti berjemur orang untuk 
mendapatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP)," ujarnya.
Selain itu, para TKI juga tidak mendapatkan suplai air minum dan 
makanan serta tenaga selama berhari-hari mengantri di tengah terik 
matahari di depan gedung KBRI maupun KJRI.
Apalagi, sejak Pemerintah Saudi memberikan kemudahan dengan 
mengumumkan kebijakan amnesti bagi warga negara asing yang overstayer 
atau kabur dari majian yang dimulai dari 11 Mei hingga 3 Juli 2013, 
antrian sudah terjadi di KBRI maupun KJRI.
Karena itu, Migran CARE menolak pernyataan pihak KJRI Jeddah, bahwa 
kebakaran itu terjadi karena ketidaksabaran untuk mengantri. "Itu tidak 
benar. Ini murni karena puncak kemarahan atas kebobrokan pelayanan," 
tegas Anis.
Selain itu, kata dia, dalam menghadapi kebijakan amnesti dari 
pemerintah Saudi Arabiah, pemerintah Indonesia menunjukkan adanya 
kelambanan dan ketidakpastian untuk mengantisipasi puluhan ribu buruh 
migran yang tengah memproses pemutihan dokumen di KJRI Jeddah.
"Insiden yang bermula dari ketidakpuasan ribuan buruh migran yang 
mengantri di KJRI Jeddah yang tutup tidak melayani pengurusan dokumen. 
Karena sedang memproses dokumen yang sudah masuk," tuturnya.
Karena itu, tegas dia, harus ada investigasi mengusut akar masalah 
yang memicu kejadian itu. Bukan secara serampangan menyalahkan dan 
mengkriminalisasi buruh migran yang mengekspresikan kemarahannya.
"Investigasi akar masalah insiden pembakaran di KJRI Jeddah yang 
bersumber dari kelambanan dan ketidakseriusan perwakilan Indonesia dalam
 pemrosesan dokumen amnesty," tegas dia.
Selain itu, Migran CARE juga menuntut agar segera dilakukan proses 
pemutihan dokumen bagi seluruh buruh migran yang memerlukannya dengan 
pelayanan prima dan tanpa diskriminasi dengan menambah SDM yang 
memadai.
Lebih lanjut, perlu evaluasi kinerja KJRI Jeddah dan KBRI Riyadh selama masa amnesty, terutama dalam pelayanan dokumen.
"Mendesak adanya keseriusan pemerintah pusat untuk men-support 
terselenggaranya pelayanan pengurusan dokumen selama masa amnesty," 
katanya.
Sumber: Yahoo News 
Catatan: Baca komentar (kecaman) para pembaca berita ini sehubungan dengan buruknya pelayanan publik/ birokrasi terhadap pahlawan devisa ini dengan cara klik links berikut: Yahoo News
Beberapa komentar pembaca:
(untuk memperbesar, silakan klik pada gambar)
0 Responses
        
Langganan:
Posting Komentar (Atom)







Posting Komentar