Penulis perhatikan, tembok bangunan yang retak tidak hanya bangunan rumah di kompleks perumahan biasa, tapi sampai rumah atau ruko di kawasan yang lumayan bagus juga mengalami keretakan. Baik yang retak kecil (hanya berupa garis saja), sampai retak besar dan renggang hingga bagian dalam tembok terlihat.
Begitu juga rumah penulis. Ketika renovasi dilakukan (sambil mengecat dan memperbaiki bagian lain yang rusak), penulis juga minta tukang memperbaiki bagian tembok yang retak.
Beberapa kali sudah diperbaiki, hasilnya masih sama (retak lagi). Dari yang hanya mengisi bagian yang retak dengan dempul tembok, dempul gypsum, semen putih yang dicampur lem kayu, sampai yang memecahkan bagian yang retak lalu diplester kembali dengan semen. Selesai diperbaiki sih tembok terlihat mulus, tapi setelah beberapa bulan, retak kembali.
Penulis tanya kepada tukang: apa penyebab tembok bisa retak, jawabannya pun bervariasi. Ada yang mengatakan tanahnya labil, proses pengeringan semen tidak merata, saat bata dipasang tidak disiram atau direndam dulu, dan lain-lain.
Tapi penulis berpikir, salah satu penyebabnya mungkin berasal dari bahan bangunan. Kualitas pasir yang dipakai memang tidak sesuai spesifikasi. Untuk cor, dipakai pasir beton (pasir cor yang warnanya gelap atau tukang menyebutnya warna hitam). Ini memang pasir. Tapi untuk tembok (memasang bata), mereka memasang pasir pasang (warnanya kecoklatan). Bagi penulis, pasir (yang mereka sebut pasir pasang), lebih layak disebut tanah liat daripada pasir. Di berbagai tempat di Bandung, setiap ada tumpukan pasir pasang, lalu ada hujan, maka pasir pasang itu berubah menjadi lumpur. Dan pasir pasang kalau diambil dan dikepal, akan membentuk gumpalan yang jika dilempar kembali ke tanah, memang cenderung masih menggumpal karena kandungan tanahnya cukup banyak. Ini tentu berbeda dengan karakter pasir cor atau pasir beton yang tidak mudah menggumpal.
Penulis belum pernah mencoba, jika 1 kg pasir pasang itu dimasukkan ke dalam ember dan "dicuci" (disiram air atau dibilas untuk menghilangkan tanahnya), berapa banyak pasir yang tersisa? Lain kali akan penulis coba, dan hasilnya akan ditambahkan di sini.
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar