Istri yang Sangat Mengerti Suami

Minggu (24 Januari 2016) jadi hari yang "bersejarah" bagi penulis. Kami sekeluarga berlibur ke Jakarta (main ke salah satu mal di Jakarta). Sebenarnya main ke mal ini dijadwalkan saat liburan akhir tahun, tapi karena sesuatu dan lain hal, jadi batal.

Sebelum cerita soal jalan-jalan ini, penulis cerita sedikit tentang hobi penulis. Salah dua (bukan salah satu) hobi penulis adalah filateli (mengumpulkan prangko), yang sampai diabadikan dalam nama penulis  dan sulap.

Tapi sejak menikah, dengan penuh kesadaran, hobi terpaksan di-rem. Alokasi dana dipindahkan ke pos yang lebih penting (susu, mainan anak, biaya pendidikan,...). 

Dulu saat belum menikah, sering mampir ke kantor pos sepulang kerja. Lihat-lihat prangko counter filateli. Benar kata orang, kalau sudah hobi, memang susah ditahan. Rencana beli sedikit saja, tapi seringnya over budget.

Tapi untuk filateli, memang sudah nyaris ditinggalkan. Masih trauma karena semua koleksi prangko yang sudah sangat banyak dan berharga (prangko sejak zaman Hindia Belanda yang bertulisan Nederland Indie, koleksi prangko bergambar Presiden Soekarno yang banyak, seri lambang provinsi komplet, saat itu Indonesia masih terdiri dari 27 provinsi dan Timor Timur masih jadi provinsi ke-27, dan masih banyak lagi...), habis terbakar saat peristiwa kebakaran melanda kontrakan penulis di Palembang.

Untuk prangko, kalau ketemu saja (dari amplop surat yang ditemukan) masih dikumpulkan. Tapi untuk beli sendiri, tidak lagi. Lagi pula, komunikasi sekarang nyaris tidak bersentuhan dengan surat, prangko, dan kantor pos. Sudah via telepon, SMS, BBM, email.

Balik ke soal jalan-jalan ke Jakarta. Hobi sulap mulai ditekuni lagi (hanya hobi, bukan profesi). Kalau pas main ke mal dan ada yang jual alat sulap, paling beli 1 atau 2 barang yang murah meriah saja (rata-rata cuma Rp 20.000-an). Kalau bagi perokok, harganya hanya senilai sebungkus rokok. Hehehe...

Penulis lebih banyak belajar sulap yang menggunakan kemampuan sulap daripada mengandalkan alat. Jadi lebih suka sulap impromptu (sulap yang bisa dimainkan di mana saja dengan alat seadanya yang ditemukan). Tisu, kertas, korek api, pulpen, koin, dan lain-lain. Sulap jarak dekat (close up magic).

Rencana main ke mal di Jakarta ini sekalian mau beli alat sulap untuk panggung (untuk kegiatan sosial). Butuh alat sulap yang agak besar sehingga penonton dari jauh bisa melihat dengan jelas.

Rencananya, kemampuan sulap penulis akan digunakan untuk menghibur anaka-anak di Panti Asuhan atau Oma Opa di Panti Wredha atau menghibur yang sakit jika berkesempatan melakukan kunjungan ke rumah sakit. Sulap untuk menghibur.

"Paling banyak beli alat sulap senilai Rp 500.000", kata penulis. Tapi... apa mau dikata, karena melihat alat sulap yang keren, jadi lupa diri. Over budget. Hehehe...

Yang ini mau, yang itu mau. Setelah pilih-pilih dan dibuatkan bon, astaga... nyaris 3x lipat dari rencana. Tapi penulis bersyukur memiliki istri yang sangat pengertian. Ia mendukung semua keinginan penulis sejauh itu positif dan finansial memungkinkan.

Segala pengeluaran (pengeluaran suami maupun istri, selalu dirundingkan bersama). Terima kasih Mama Linda yang penuh pengertian. I Love U...

Kemampuan sulap sudah lumayanlah, alat sulap panggung (stage/ parlour) sudah ada. Tinggal menunggu momen pas, siap tampil untuk berbagi kebahagiaan.

Berbuat baik (berdana) tidak selalu harus berupa uang, yang punya kelebihan uang bisa dana uang, yang punya tenaga bisa bantu tenaga, yang punya keahlian (salah satunya sulap), bisa bermain sulap untuk menghibur dan memotivasi orang lain.

Sekali lagi, terima kasih atas segala dukungannya dan I U Mama Linda...

0 Responses

Posting Komentar

abcs