Penulis membaca berita seperti ini: Nagih Pakai Kekerasan, 5 Debt Collector Ditangkap. Ini tentu bukan berita baru, pemilik kartu kredit atau juga pembeli kendaraan bermotor lewat leasing pasti sudah biasa mendengar kata "debt collector" alias penagih hutang.
Apa yang ditulis di berita tadi, mungkin bukan "barang baru" alias sudah umum terjadi. Menagih baik-baik, tentu tidak mudah mendapatkan bayaran. Untuk bertemu klien yang harus ditagih pun tidaklah mudah. Yang punya hutang selalu menghindar. Kalau sudah putus asa, seringkali cara kekerasan yang dipakai (mulai ancaman via SMS atau telepon, sampai secara langsung). Kalau sudah melanggar hukum, pasti akan berurusan dengan aparat penegak hukum.
Penulis berpikir, mengapa pihak penagih hutang tidak menggunakan cara lain? Dengan menggunakan sanksi sosial (mempermalukan klien misalnya), tentu saja dengan cara yang halus. Tidak perlu-lah memajang foto copy-an tagihan kartu kredit atau surat teguran dari bank di tembok, tiang listrik, dan lain-lain.
Saat menyambangi rumah klien yang akan ditagih dan seringnya klien kucing-kucingan, mengapa tidak coba mampir ke warung terdekat atau tetangga? Pura-pura tanya: kapan Pak Anu pulang? Saya sudah beberapa kali datang, tapi tak pernah bertemu. Saya diminta kantor (bank anu) menagih hutangnya senilai 5 juta sudah menunggak 5 bulan, dan seterusnya.
Atau datang ke kantor dan "membocorkan" rahasia dapur klien secara "tidak sengaja" kepada satpam atau curhat kepada orang lain di kantor klien via telepon "Titip pesan ke Pak Anu, saya sudah bolak-balik ke sini tapi tak pernah ketemu. Kapan hutangnya yang 5 juta itu akan dicicil?"
Rasanya hal seperti ini lebih cocok. Tidak melangar hukum dan penagih hutang tidak harus berurusan dengan polisi.
Apakah logika berpikir seperti ini tidak penah terlintas? Atau... hal seperti ini tidak akan berpengaruh karena sanksi sosial dan sanksi moral tidak akan mempan? Lha... koruptor saja (yang mencuri uang negara ratusan juta sampai miliaran) dan disorot kamera TV, disaksikan jutaan pemirsa masih bisa tersenyum saat ditanya wartawan. Cuek saja... emang gue pikirin???
Kalau memang demikian adanya, penulis tak bisa bicara lagi...
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar