Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akhirnya baunya tercium juga. Mungkin pepatah seperti itulah yang pas. Ehm... kisah apa ini? Kisah tentang mantan kepala bagian saat penulis bekerja di perusahaan tekstil.
Tentu ini bukan tentang prestasi kerjanya, Anda bisa pastikan itu dari kata: bau bangkai. Hehehe... Dan lagi, jika cerita ini tentang prestasi kerjanya, kemungkinan besar tidak akan sampai ke telinga penulis. Bad news is a good news. Ya 'kan?
Memang untuk urusan uang, tak banyak yang tahan. Apa pun caranya, bagaimanapun sulitnya, siapa yang mereferensikan dirinya hingga bekerja di sana, siapa pun pemilik perusahaannya, tidak peduli. Yang penting, keinginannya bisa tercapai.
Dari jumlah gaji per bulan yang diterima (jumlahnya tidaklah besar), penulis pun bisa tahu kira-kira bagaimana taraf hidupnya. Pria beristri dengan 3 anak yang sudah bersekolah, dan istrinya ibu rumah tangga. Itu bukan perhitungan matematika yang rumit. Tidak perlu pakai rumus sulit, tak perlu kalkulkator.
Nah... sayangnya, si JS (sebut saja JS), tidak pandai menyembunyikan hasilnya. Dalam waktu singkat si JS ini bisa membeli mobil mewah dengan plat nomor polisi khusus, beli rumah di kompleks elit, dan royal banget mengeluarkan uang. Terlalu mencolok mata!
Singkat cerita, ketahuanlah cara tak wajarnya menghasilkan rupiah. Terpaksa berurusan dengan polisi dan kekayaannya yang ketahuan diperoleh dengan cara tidak halal, disita. Biar bagaimana pun JS sumputan (bahasa daerah yang artinya: bersembunyi) dari akibat perbuatan buruknya, akhirnya "Apa yang ia tanam, itu pula-lah yang ia petik."
Soal uang, memang sulit diprediksi. Saat keserakahan akan uang sudah merasuk, manusia bisa "jahat" luar biasa. Tidak peduli siapa yang jadi referensi hingga dia mendapat posisi tersebut (tak bisa jaga nama baik seorang akuntan yang telah berbaik hati), tidak peduli sosoknya yang terlihat "manis" dan taat beribadah, tak peduli pemilik perusahaan masih ada hubungan kekerabatan, tak peduli apa pun. Bahasa kasarnya, "Persetan dengan itu semua, yang penting saya kaya!"
Ehm...masih untung urusan mendekam di dalam penjara tidak terlalu lama. Tapi, masihkan Anda bisa berjalan dengan kepala tegak saat bertemu dengan orang yang Anda kenal???
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar