Sejak masih belum berkeluarga, penulis sering mengamati perilaku para tetangga. Ada yang suaminya pulang kerja, istri hampir selalu tak ada di rumah. Suami harus menyusul ke warung atau rumah tetangga tempat sang istri biasa berkumpul. Tidak hanya jarang di rumah, sering timbul perselisihan juga akibat bergunjing. Dari sanalah penulis belajar dan memetik pelajaran penting dari sekolah kehidupan, istri sebaiknya lebih banyak di rumah daripada ngumpul dan ngerumpi.
Wanita suka ngerumpi, begitulah pandangan umum masyarakat kita. Penulis memang sering mendapati sekelompok ibu yang ngumpul di warung ketika membeli pulsa. Belanjanya sedikit, ngobrolnya yang banyak (baca: lama).
Penulis lebih suka istri yang di rumah saja, mengurus anak dan suami daripada ngumpul dan ngerumpi. Dan beruntung penulis mendapatkan istri yang sesuai kriteria tersebut.
Banyak aktivitas yang lebih bermanfaat yang dapat dikerjakan di rumah daripada sekedar ngumpul dan ngerumpi. Memasak, mencoba resep kue baru dari tabloid, membaca atau hal lain jauh lebih bermanfaat. Kalau ngerumpi, selain melakukan perbuatan yang tidak baik, juga bisa mendatangkan akibat yang tidak baik.
Bisa saja apa yang dibicarakan sampai ke yang dibicarakan, akhirnya terjadi perselisihan. Suami harus turun tangan dan hubungan dengan tetangga pun jadi kurang baik. Dan urusan seperti ini tampaknya tidak akan terjadi di keluarga kami.
Sejak masih belum berkeluarga, penulis sering mengamati perilaku para tetangga. Ada yang suaminya pulang kerja, istri hampir selalu tak ada di rumah. Suami harus menyusul ke warung atau rumah tetangga tempat sang istri biasa berkumpul. Tidak hanya jarang di rumah, sering timbul perselisihan juga akibat bergunjing. Dari sanalah penulis belajar dan memetik pelajaran penting dari sekolah kehidupan, istri sebaiknya lebih banyak di rumah daripada ngumpul dan ngerumpi.
Sejak masih belum berkeluarga, penulis sering mengamati perilaku para tetangga. Ada yang suaminya pulang kerja, istri hampir selalu tak ada di rumah. Suami harus menyusul ke warung atau rumah tetangga tempat sang istri biasa berkumpul. Tidak hanya jarang di rumah, sering timbul perselisihan juga akibat bergunjing. Dari sanalah penulis belajar dan memetik pelajaran penting dari sekolah kehidupan, istri sebaiknya lebih banyak di rumah daripada ngumpul dan ngerumpi.
Ehm... penulis beruntung dan bersyukur mendapatkan istri yang demikian. Ssst... jangan disampaikan ke istri saya ya, kalau di blog ini dia dipuji.
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar